Laduni.ID, Jakarta - Tidak ada yang meragukan sama sekali bahwa Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asyari menguasai berbagai disiplin keilmuan Islam secara mendalam. Beliau hafal sekian ribu Hadis dan menguasai kitab-kitab babon Hadis, yang biasa disebut dengan Kutubus Sittah, yakni; Shohih Bukhari, Shohih Muslim, Sunan Abu Dawud, Sunan Tirmidzi, Sunan An-Nasa’i, dan Sunan Ibnu Majah.
Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy'ari adalah seorang yang tenang, sabar, dan tidak keburu nafsu. Menghadapi segala permasalahan dengan dada yang lapang dan tidak terseret perasaan. Karena itu beliau mampu memecahkan masalah-masalah berat sekalipun dalam situasi yang sulit dengan pemecahan yang tepat.
Di sela-sela agenda Multaqo ini, perwakilan Syuriah Nahdlatul Ulama yang turut hadir diwakili oleh Rois Syuriah, Dr. (HC.) KH. Afifuddin Muhajir dan rombongan menyampaikan undangan kepada Habib Umar dan Syaikh Ali Jumah. Keduanya dikabarkan menyambut baik undangan PBNU untuk berkunjung ke kantor PBNU di Jakarta.
Tradisi masyarakat islam di Indonesia sangat beragam. Kita banyak menjumpai praktek ekspresi dan ritual keislaman dengan berbagai macam. Salah satunya adalah peringatan haul seseorang yang telah wafat.
Untuk menyongsong Indonesia emas 2045, salah satu kunci agar tujuan itu bisa tercapai yaitu dengan menjaga kesatuan dan persatuan bangsa.
“Hari Santri Nasional”, tanggal 22 Oktober merupakan hadiah persembahan dari pemerintah Indonesia untuk mengenang hari lahirnya resolusi jihad yang diprakarsai oleh Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari.
Setiap kaum santri menyambut Hari Santri Nasional tanggal 22 Oktober dengan gegap gempita dan penuh suka cita.
Kerajaan Mataram berdiri pada tahun 1582. Pusat Kerajaan ini terletak di sebelah tenggara kota Yogyakarta, yakni di Kotagede. Dalam sejarah Islam,Kesultanan Mataram memiliki peran yang cukup penting dalam perjalanan secara kerajaan-kerajaan islam di Nusantara (Indonesia)
Pajang adalah kesultanan pasca Kesultanan Demak runtuh. ketika Hadiwijaya diangkat menjadi Sultan Demak ke V. dan Akhirnya Seluruh kegiatan dipindah ke daerah Pajang,
Demak adalah kesultanan Islam pertama di pulau Jawa. Sebelum berdirinya Kesultanan Demak, beberapa pelabuhan perdagangan Islam telah dikembangkan di Jawa, seperti Jepara, Tuban dan Gresik,