Biografi KH. Maksum Jauhari

 
Biografi KH. Maksum Jauhari
Sumber Gambar: Istimewa, Ilustrasi: laduni.ID

Daftar Isi:

1.    Riwayat Hidup dan Keluarga
1.1  Lahir
1.2  Riwayat Keluarga
1.3  Wafat

2.    Sanad Ilmu dan Pendidikan
2.1  Pendidikan
2.2  Guru-Guru

3.    Perjalanan Hidup dan Dakwah
3.1  Menjadi Ketua Pagar Nusa
3.2  Melawan PKI
3.3  Menjadi Juru Kampanye Nasional

4.    Karomah
5.    Teladan

1. Riwayat Hidup dan Keluarga

1.1 Lahir
KH. Maksum Jauhari atau yang biasa dipanggil dengan Gus Maksum adalah putra dari pasangan KH. Abdullah Jauhari dengan Nyai Aisyah. Beliau lahir di Kanigoro, Kras, Kediri, pada tanggal 8 Agustus 1944 M. Selain itu, Gus Maksum juga merupakan salah seorang cucu pendiri PP, Lirboyo, Mbah Manaf atau dikenal dengan nama KH. Abdul Karim.

Sebagai seorang anak kyai, Gus Maksum dianggap berprilaku nyeleneh menurut adat kebiasaan orang pesantren. Penampilannya itu memang nyentrik. Berambut gondrong, jenggot dan kumis lebat, kain sarungnya hampir mendekati lutut, dan selalu memakai sandal "bakiak".

Lalu, seperti kebiasaan orang-orang “jadug” di pesantren, Gus Maksum tidak pernah makan nasi, alias ngerowot. Uniknya lagi, beliau suka memelihara binatang yang tidak umum. Hingga masa tuanya, beliau diketahui memelihara berbagai jenis binatang, seperti beberapa jenis ular dan unggas, buaya, kera, oranghutan dan sejenisnya.

1.2 Riyawat Keluarga
KH. Maksum Jauhari menikah dengan sepupunya sendiri yakni Nyai Badi’ah. Dan mempunyai anak angkat yakni, Muhammad Jamil.

1.3 Wafat
KH. Maksum Jauhari wafat di Kanigoro pada tanggal 21 Desember 2003 M. dan dimakamkan di pemakaman keluarga PP. Lirboyo dengan meninggalkan semangat dan keberanian yang luar biasa dalam membela kebenaran dan membantu kaum lemah.

2. Sanad Ilmu dan Pendidikan

2.1 Pendidikan
Semasa kecil, Gus Maksum Jauhari belajar kepada orang tuanya, yakni KH. Abdullah Jauhari di Kanigoro. Kemudian beliau melanjutkan pendidikan formalnya di SD Kanigoro (1957 M). Setelah lulus, beliau melanjutkan ke Madrasah Tsanawiyah Lirboyo, namun tidak sampai tamat. Selebihnya, beliau lebih senang mengembara ke berbagai daerah untuk berguru ilmu silat, tenaga dalam, ilmu hikmah, dll. 

2.2 Guru-Guru

  1. KH. Jamaludin, Batokan, Kediri
  2. KH. Jufri, Mbah Jipang, Kediri
  3. KH. Muhammad, Batokan, Kediri
  4. Bapak Ahmad Fathoni (Pendekar dari Rengas Dengklok, Karawang, Jawa Barat) ahli ilmu pencak aliran Cikaret dan Cikalong
  5. KH. Kasidak (Kediri - Blitar)
  6. KH. Munawar, Jabang, Kediri
  7. KH. Muhajir, Mondo, Kediri
  8. KH. Zaenal, Kediri
  9. KH. Mansur, Kali Pucung, Blitar
  10. KH. Ahmad, Kemuning, Kediri
  11. KH. Ibrahim, Banjar Melati, Kediri
  12. Habib Jufri, Mrican, Kediri
  13. Habib Baharun, Mrican, Kediri
  14. KH. Mahrus Ali, Lirboyo, Kediri
  15. KH. Ya'kub, Lirboyo, Kediri
  16. KH. Ilyas, Buntet, Cirebon
  17. KH. Busro, Buntet, Cirebon

3. Perjalanan Hidup dan Dakwah

3.1 Menjadi Ketua Umum Pagar Nusa
Pada awalnya, para ulama-pendekar merasa gelisah karena belum ada wadah resmi dari NU untuk berkumpul. Akhirnya H. Suharbillah, seorang pendekar dari Surabaya menemui KH. Mustofa Bisri dari Rembang dan menceritakan kekhawatiran para pendekar. Setelah mendapatkan jawab dari KH. Mustofa Bisri, akhirnya mereka lalu bertemu dengan Gus Maksum yang memang sudah masyhur di bidang beladiri.

Pada tanggal 12 Muharrom 1406 M. bertepatan tanggal 27 September 1985 M. para pendekar NU berkumpul di PP. Tebuireng, Jombang, Jawa Timur, dalam rangka membentuk suatu wadah resmi di bawah naungan Nahdlatul Ulama (NU) yang khusus mengurus pencak silat.

Musyawarah tersebut dihadiri oleh tokoh-tokoh pencak silat dari daerah Jombang, Ponorogo, Pasuruan, Nganjuk, Kediri, serta Cirebon, bahkan dari pulau Kalimantan pun datang. Tapi sayangnya belum mendapatkan hasil.

Musyawarah berikutnya diadakan pada tanggal 03 Januari 1986 M. di PP. Lirboyo, Kediri, Jawa Timur. Dalam musyawarah tersebut disepakati pembentukan organisasi pencak silat NU bernama Ikatan Pencak Silat Nahdlatul Ulama Pagar Nusa yang merupakan kepanjangan dari Pagarnya NU dan Bangsa.

Setelah resmi dibentuk, para peserta musyawarah pun menunjuk Gus Maksum sebagai ketua umumnya. Pengukuhan Gus Maksum sebagai ketua umum Pagar Nusa itu dilakukan oleh Ketua Umum PBNU KH. Abdurrahman Wahid dan Rais 'Aam KH. Ahmad Sidiq.

3.2 Melawan PKI
Sebagai jenderal utama “pagar NU dan pagar bangsa” Gus Maksum selalu sejalur dengan garis politik Nahdlatul Ulama. Namun beliau tak pernah terlibat di dalam politik praktis. Dengan kata lain, beliau tak kenal dualisme atau dwifungsi.

Saat kondisi politik memaksa warga NU berkonfrontasi dengan PKI, Gus Maksum Jauhari menjadi komandan penumpasan PKI beserta antek-anteknya di wilayah Jawa Timur, terutama di karesidenan Kediri. Hal ini dilakukan karena memang para kyai di berbagai pondok pesantren menjadi target penculikan bahkan sampai pembunuhan orang-orang yang tergabung di dalam PKI.

3.3 Menjadi Juru Kampanye Nasional
Ketika NU bergabung ke dalam PPP maupun ketika PBNU mendeklarasikan PKB, Gus Maksum selalu menjadi jurkam nasional yang mampu menggetarkan podium. Namun uniknya, beliau sendiri tidak pernah mau menduduki jabatan legislatif ataupun eksekutif.

4. Karomah
Dikalangan masyarakat umum, Gus Maksum dikenal sakti mandraguna. Berikut ini merupakan beberapa karomah yang dimiliki oleh Gus Maksum yang masyhur diketahui.

Keistimewaan sejak kecil
Keistimewaan-keistimewaan Gus Maksum sudah tampak sejak kecil. Pada waktu itu, Gus Maksum kecil mampu melompat melayang dari satu tiang ke tiang yang lainnya di Masjid Kanigoro. Beliau juga mampu berputar cepat di atas piring tanpa pecah laksana mainan gangsing, padahal waktu itu beliau belum mahir ilmu silat.

Gus Maksum kecil juga pernah melempar seekor kuda layaknya melempar sandal, padahal waktu itu bobot tubuhya bisa dikatakan tidak lebih dari 20 Kg.

Saat memasuki masa remaja, Gus Maksum pernah membantu salah seorang keluarganya untuk memasang lembu bajakannya. Ketika hendak memasangnya, tiba-tiba lembu itu mengamuk dan dengan cepat dan kuat menerjang ke arah dada Gus Maksum, dan dengan sigap beliau menangkis lalu berbalik menerkam. Saat kejadian itu semua orang yang melihatnya merasa heran, karena lembu itu terpelanting beberapa meter jauhnya. Menanggapi kejadian tersebut Gus Maksum hanya berkata bahwa semua hanyalah kebetulan saja dan berkat pertolongan Allah SWT.

Rambut tidak mempan dipotong
Penampilan Gus Maksum dengan rambut gondrongnya bukan sekedar gaya atau hobi semata. Tetapi Rambut Gondrongnya itu merupakan sebuah ijazah yang didapat dari guru beliau, yaitu Habib Baharun Mrican, Kediri. Hasil dari pengamalan itu sering terjadi hal-hal aneh terkait dengan rambut beliau. Ada yang mengatakan bahwa rambutnya bisa berdiri, bisa mengeluarkan api dan bahkan tidak mempan dipotong.

Bukti kisah ini adalah ketika tahun 1970-an beliau pernah terjaring razia rambut panjang. Namun terjadi keanehan, setiap kali aparat menggunting rambutnya, rambut itu tidak bisa terpotong. Bahkan setiap gunting yang tajam beradu dengan rambutnya, akan selalu mengeluarkan percikan api. Konon kejadian ini pernah dimuat di koran Harian Republika.

Menaklukan Jin
Berbicara tentang Gus Maksum, orang awam biasanya akan langsung berasosiasi tentang jin karena kesaktian dan karomahnya yang tak lazim. Tapi apakah benar Gus Maksum memelihara jin seperti banyak diperbincangkan orang?

Anggapan ini tidaklah benar, Kalau kabar bahwa beliau sering menaklukan jin yang mengganggu, itu adalah benar. Gus Maksum pernah menaklukan patihnya jin, namanya Jin Dempul ketika Gus Maksum menolong orang yang kesurupan. Orang tersebut berhasil disembuhkan Gus Maksum setelah jin di dalam tubuh orang itu berhasil ditaklukan olehnya.

Menghadapi puluhan orang sendirian
Salah satu kisah yang menunjukan keberanian Gus Maksum adalah ketika beliau harus bentrok dengan orang-orang PKI di alun-alun. Gus Maksum yang waktu itu masih sangat muda usianya, tapi mampu mengalahkan mereka semua. Dalam pertempuran tersebut Gus Maksum bukan hanya menggunakan olah kanuragan tapi juga dengan olah batinnya.

Peristiwa lain tentang kesaktian Gus Maksum, adalah ketika beliau diundang menghadiri pertandingan silat di Kediri Timur. Saat itu beliau bertarung melawan para pendekar silat dan jago duel dari berbagai macam aliran silat yang sudah berkumpul disitu. Karena telah memiliki bekal dan kemampuan yang terlatih sejak kecil, akhirnya Gus Maksum dapat mengalahkan puluhan pesilat, meski sendirian.

Bahkan lawan terakhir berhasil dikalahkan dengan sangat mudah, padahal peristiwa ini terjadi saat usia beliau masih sekitar 16 Tahun. Konon peristiwa inilah yang paling dramatis dan membuat para pendekar lainnya harus mengakui kehebatan Gus Maksum di dalam dunia persilatan.

Ban bocor hanya dengan acungan jari
Saat NU masih menjadi partai, massa NU sering bentrok dengan massa LDII yang dulu bernama Darul Hadits dan waktu itu termasuk dalam underbow dari Golkar. Suatu ketika massa LDII/Golkar berkonvoi melewati jalan depan Pesantren Lirboyo, sementara saat itu Gus Maksum sedang menerima tamu.

Ketika arak-arakan itu sampai depan ndalem Gus Maksum, beliau langsung keluar karena mendengar bising suara knalpot dan klakson kendaraan yang memekakan telinga. Melihat gelagat yang kurang baik ini secara reflek Gus Maksum mengacungkan jari telunjuknya ke arah mereka.

Keajaiban pun terjadi, dengan serta merta seluruh ban kendaraan yang mereka tumpangi bocor secara serentak. Karena bannya bocor, maka rombongan konvoi itu tidak bisa melanjutkan arak-arakannya. Dan akhirnya, mereka terpaksa pulang dengan mendorong kendaraannya masing-masing.

Tidak mempan senjata tajam
Hal ini terbukti saat beliau melawan orang-orang PKI dahulu. Setiap Bacokan dan tebasan senjata tidak pernah bisa mengenai tubuhnya, bahkan senjata lawan selalu berhenti di jarak satu kilan dari tubuhnya. Kalaupun ada yang sampai mengenai tubuh Gus Maksum, senjata-senjata itu tak ada satu pun yang melukai beliau.

Keistimewaan ini juga terbukti ketika beliau di undang pengajian di daerah bojonegoro Jawa Timur pada tahun 1999 M. Waktu itu tanpa ada sebab yang jelas, tiba-tiba ada orang yang menikamnya. Untung saat itu Gus Maksum tidak terluka sedikitpun, dan hanya pakaian yang dipakainya robek kena tikaman. Pakaian itu pun beliau simpan karena merupakan pemberian dari salah seorang sahabatnya.

Tidak Mempan disantet
Kalau bicara santet, banyak sekali pengalaman Gus Maksum. Hampir semua aliran ilmu santet di kenalnya, dan sudah tidak terhitung banyaknya dukun santet yang pernah dihadapi.

Sejak kecil Gus Maksum sudah terbiasa menghadapi berbagai macam aliran ilmu santet. Beliau juga tidak segan-segan untuk menantang para dukun santet secara terang-terangan. Hal itu dilakukan karena santet menurut Gus Maksum termasuk kemungkaran yang harus dilawan.

Kekebalan Gus Maksum terhadap santet juga sudah pembawaan sejak lahir, karena beliau ternyata juga masih keturunan Kyai Hasan Besari (Ponorogo). Menurut Gus Maksum, orang Muslim tidak perlu khawatir terhadap santet, karena santet hanya bisa dilakukan oleh orang-orang kufur atau murtad, yang penting seorang Muslim haruslah selalu ingat kepada Allah dan bertawakkal kepada-Nya.

Di antara pengalaman Gus Maksum mengenai santet adalah yang pernah dialaminya ketika menginap di desa Wilayu, Genteng, Banyuwangi. Saat itu, sekitar jam setengah dua malam, ketika beliau hendak istirahat, tiba-tiba dari arah kegelapan muncul bola api sebesar telur terbang menuju ke arah pahanya. Namun, dengan santainya Gus Maksum membiarkan bola api itu mendekat. Ketika bola api itu sampai ke paha, Beliau berkata "Banyol tah?" (mau bercanda ya?) dan seketika itu juga bola api tersebut melesat pergi di tengah kegelapan malam.

Satu lagi kejadian yang pernah dialaminya, ketika bermalam di desa Kraton, Ranggeh. Saat Gus Maksum beristirahat, beliau di datangi kera jadi-jadian yang berusaha mencekiknya. Tapi usaha itu dibiarkannya saja. Dan setelah beberapa lama baru ditanya Gus Maksum, “mau main-main ya?" Langsung saja kera itu lari terbirit-birit menghindar dari Gus Maksum.

Surat sakti
Gus Maksum pernah kedatangan tamu dari Semarang yang mengeluhkan kelakuan putranya yang suka mabuk-mabukan dan sering pergi ke lokalisasi. Selain itu, putra tamu tersebut juga sering mengancam akan membunuh orang tuanya. Karena sudah tak tahan melihat kelakuan putranya itu, ia pergi ke rumah Gus Maksum di Kediri, dengan harapan mendapat obat untuk mengobati perilaku anaknya. Tapi yang diharapkan tidak dipenuhi Gus Maksum. Beliau hanya membuatkan sepucuk surat untuk dibawa pulang agar dibacakan kepada anaknya.

Walaupun orang tua itu bingung karena obat yang di harapkannya tidak diberi, ia tetap melakukan apa yang diperintahkan Gus Maksum dengan menyampaikan surat itu kepada anaknya. Dan setelah surat itu dibacakan kepada anaknya, dalam waktu singkat kelakuan anaknya yang sebelumnya tidak bisa dikendalikan perlahan berubah. Singkatnya kelakuan anak itu tidak lagi nakal seperti dulu. Berkah dari surat sakti yang entah di isi apa oleh Gus Maksum sampai bisa mengubah perilaku jahat kemudian perlahan luluh menjadi baik.

Penakluk Hewan Buas
Ada suatu kisah yang menceritakan bahwa jika Gus Maksum Jauhari melewati suatu hutan, maka semua hewan buas yang terdapat di dalam hutan tersebut akan takluk dan patuh kepadanya. Sebut saja hewan seperti harimau, ular besar hingga serigala, semuanya langsung menundukkan kepala. Konon peristiwa seperti ini sudah banyak dan umum disaksikan oleh para sahabatnya.

5. Teladan
Dahulu, Gus Maksum Jauhari pernah tiba-tiba datang ke rumah Kyai Mukrim, Pengasuh Pondok Pesantren Al-Bukhari, Ponorogo. Saat itu, Gus Maksum masih santri di Lirboyo.

Gus Maksum berujar, “Kang, cobo deloken geger ku!” sambil memegang punggungnya.
Kyai Mukrim menyahut, “Wonten nopo, Gus, kok rasukan njenengan suwek ngaten?”
Gus Maksum berkata, “Ojo didelok klambiku, Kang, tapi deloken kulitku suwek  po ora?”
“Mboten, Gus,” sahut Kyai Mukrim.

Gus Maksum lalu menjelaskan, “Aku mau diundang pengajian nek Bojonegoro, Kang, lha kok pas aku nek panggung ujuk-ujuk aku dibabat mboh nganggo golok opo nganggo keris seko mburi to kang.”

Kyai Mukrim menimpali, “Alhamdulilah tasih diparingi selamet saking Gusti Alloh geh, Gus?”

“Iyo, Kang, nak gusti Alloh ra paring selamet mboh dadine, Kang, mungkin ra ketemu koe kang, hehe..," (iya kang kalau seandainya Gusti Allah tidak menolongku, tidak tau apa yang terjadi kang, mungkin gak ketemu dirimu lagi) kata Gus Maksum sambil tertawa kecil.

“Lha njur pripun gus piantune engkang babat jenengan?” (lha trus bagaimana nasib orang yang menghujami pedang ke anda?) tanya kyai Mukrim ingin tahu.

Gus Maksum menjawab, “Embuh urip mboh ora kang, sak wuse aku dibabat sikilku reflek nendang mungkur, tak delok ndekke ndlosor ceglok ko panggung mlebu kalenan." (tidak tau hidup atau mati kang, setelah dia menghujami aku, kakiku reflek menendang ke belakang dan aku lihat dia terjatuh dari panggung dan masuk parit). "Kapan-kapan nak dek'e ijek urung trimo ben nggolek'i mrene, Kang, hehe." (Kapan-kapan kalau dia masih tidak terima, biar dia mencari aku di sini, Kang).

Beginilah sikap keperwiraan Gus Maksum. Meskipun anak buahnya ribuan, beliau tidak pernah memerintahkan anak buahnya untuk membalaskan apa yang telah orang lain perbuat. Baginya keselamatan yang Allah anugerahkan sudah cukup untuk disyukuri. Mari kita teladani sikap ksatria yang telah diteladankan.

Artikel ini sebelumnya diedit pada tanggal 08 Agustus 2023, dan kembali diedit dengan penyelarasan bahasa pada tanggal 21 Desember 2023.

 

Lokasi Terkait Beliau

    Belum ada lokasi untuk sekarang

List Lokasi Lainnya