Jamaah Indonesia Perlu Waspadai Wahabisasi dari Arab Saudi

 
Jamaah Indonesia Perlu Waspadai Wahabisasi dari Arab Saudi

Dakwah adalah kegiatan yang bersifat menyeru, mengajak dan memanggil orang untuk beriman dan taat kepada Allah sesuai dengan garis aqidah, syari’at dan akhlak Islam. Begitulah definisi kata “Dakwah” ketika kita membuka Wikipedia. Dari definisi ini kita dapat memahami bahwa kegiatan dakwah adalah harus sesuai dengan aqidah, syari’at, dan yang lebih penting adalah akhlak.

Peran dan strategi dakwah yang diajarkan Rasululah SAW kepada kita semua merupakan amanah yang seharusnya dipraktikkan oleh setiap umat Islam. Dakwah yang dimaksud adalah menyampaikan kebenaran agama ini dengan lembut, bil-hikmah, dan mauidhatul hasanah. Dan yang terpenting dari segalanya adalah memberikan teladan yang baik dengan segala tingkah lakunya.

Hal ini bisa menjadi kewajiban yang berlaku bagi semua kita yang beriman, mendakwahkan Islam kepada orang Islam ataupun kepada yang non-Islam.

Namun demikian ada hal menarik dari kisah seorang jama’ah asal Indonesia, sebut saja bernama Hadi. Selama baru satu minggu, Hadi bersama teman-teman dan guru-gurunya dari jama'ah umarah Yadara Jeunieb, Hadi memperhatikan praktek dakwah yang dilancarkan pemerintah Arab Saudi. Gerakan dakwah yang dikendalikan pemerintah secara massif dan penuh sokongan dari kerajaan Arab Saudi.

Jutaan eksempelar buku-buku mengenai Tauhid dicetak pemerintah dan dibagikan gratis kepada setiap jamaah, khususnya yang berasal Indoneaia. Hadi berkesimpulan, bahwa strategi,  siasat dan semangat dakwah Kerajaan Arab Saudi sangat tinggi. Semangat yang semacam ini sangat perlu dicontohkan oleh semua kerajaan Islam diseluruh dunia, khususnya Indonesia.

Tapi tidak pada ajaran-ajaran yang didakwahkan oleh Arab Saudi. Sebab, semangat yang dilancarkan itu adalah semangat yang tidak berada di tempat kebenaran, karena ajaran yang mereka dakwahkan adalah ajaran Najd, alias Wahabi. Buku-buku tauhid dibagi gratis, pamflet-pamflet dakwah semuanya menistakan ajaran Rasulullah SAW.

Yang lebih parah adalah, buku tersebut sangat diincar kepada warga negara Indonesia. Entah kenapa, sampai Hadi pun berksimpulan bahwa target prioritas Wahabisme Arab Saudi adalah Indonesia, yang mana negara Muslim terbesar dan penduduk muslim terbanyak di dunia.

Membaca kisah Hadi ini, kita perlu untuk lebih waspada terhadap gagasan dakwah Wahabi, khususnya jamaah yang berasal dari Indonesia. Jamaah asal Indonesia, terutama yang belajar ilmu atau melanjutkan studi di Arab Saudi, perlu membekali diri secara baik dengan ajaran-ajaran Ahlusunnah wal Jama’ah, ajaran Islam yang rahmatan lil ‘alamin, dan ajaran yang sesuai dengan ajaran Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Semoga, pembaca semua dapat terhindar dari virus wahabisasi yang sangat meracuni iman ini, fitnah terbesar dalam Islam. Amin, ya Rabbal 'Alamin.