Dayah Warkop#3: Warung Kopi Vs Dayah

 
Dayah Warkop#3: Warung Kopi Vs Dayah

 

LADUNI.ID IKOLOM-Dua pranata masyarakat Aceh baik dayah maupun warung kopi mempunyai peranan penting dalam sosial kemasyarkatan masyarakat Aceh khususnya dan Indonesia pada umumnya. Warkop (warung kopi) secara kasat mata hanya terlihat sebagai sarana komersial dalam perekonomian.

Namun apabila kita melihat dari perspektif dakwah, posisi warkop sangat strategis dan tepat di jadikan sebagai media dakwah  atau dalam bahasa simpelnya “Dayah Warkop” dalam mentransfer ilmu agama untuk masyarakat khususnya para peminum dan penikkmat kopi yang terkadang saban hari atau meghabiskan waktunya di tempat tersebut.

Kita harus mengakui zaman yang terus berputar dengan kecanggihan teknologi dan pertumbuhan ekonomi yang hadir dengan bermacam inovasi dituntut insan dayah harus memikirkan lahirnya inovasitersendiri dalam menyampaikan pesan agama kepada masyarakat modern saat ini.

Dewasa ini disamping dayah sebagai lembaga pendidikan Islam tertua di dunia juga nusantara, hendaknya para masyarakat dayah terutama kepada insan dayah, dewan guru, sang pemimipinan dayah dan juga unnsur dayah lain untuk memikirkan bagaiamana mendesain sebuah dayah dengan inovasi tertentu sesuai dengan perkembangan zaman. Salah satu diantaranya dengan mejadikan warung kopi (warkop) sebagai media untuk berdakwah.

Lahirnya   “Dayah Warkop” sebagai sebuah wacana untuk menjawab fenomena marak dan membludaknya masyarakat kesitu sedangkan tempat pengajian atau dayah sangat minim bahkan bisa dianggap tidak pernah sama sekali ke majlis ilmu yang merupakan kewajiban kita sebagai muslim untuk menuntut ilmu agama sebagaimana sabda nabi Muhammad Saw berbunyi:

”Mencari ilmu itu adalah wajib bagi setiap muslim laki-laki maupun muslim perempuan”. (HR. Ibnu Abdil Barr). Pernyataan senada juga diungkapkan dalam firman Allah SWT berunyi: “…maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kalian tidak mengetahui.” (an-Nahl: 43).

Dayah yang kita maksudkan disini bukanlah dayah secara esensialnya dayah Darussalam labuhan Haji, Dayah MUDI Masjid Raya Samalanga, tetapi dayah disini hanya tempat dalam mewarnai dakwah agama di negeri indatu ini. Persoalaan demikian perlu di pertegaskan untuk tidak “mencoreng” kesakralan dayah dan patenitas dayah itu sendiri.

***Helmi Abu Bakar El-Langkawi, penggiat Literasi asal Asal Aceh.