PBNU Singgung Soal Pemindahan Makam

 
PBNU Singgung Soal Pemindahan Makam

LADUNI.ID, Jakarta – Berdasarkan pernyataan dari Ketua Pengurus Harian Tanfidziyah PBNU Robikin Emhas, kabar pemindahan 2 janazah yang telah dikebumikan karena beda pilihan caleg dengan pemilik tanah kuburan sangat mengoyak rasa kemanusiaan.

"Betapa tidak, politik yang seharusnya menjadi sarana untuk meningkatkan harkat dan martabat kemanusiaan justru mematikan rasa kemanusiaan itu sendiri," terang Robikin dalam keterangan tertulis, Jakarta, Minggu (13/1).

Robikin juga melanjutkan bahwa, dengan adnaya kasus tersebut nampak kesan bahwa politik hanya dipahami sebagai sarana mendapatkan kekuasaan di kursi legislatif. Tidak penting bagaimana cara meraihnya.

"Sayangnya, kesan penghalalan segala cara dalam meraih kekuasaan politik tidak hanya terjadi dalam perebutan kursi legislatif sebagaimana kasus pemindahan jenazah ke kuburan lain yang terjadi di Gorontalo," terang.

Kendati demikian, kasus serupa juga bisa terjadi dalam Pilpres. Politisasi agama, penggunaan fake news dan hoaks sebagai mesin elektoral dapat disebut sebagai contohnya.

"Seakan tak peduli dampak yang ditimbulkan. Hubungan kekerabatan pecah, persahabatan retak, tetangga dikategorikan sebagai lawan. Semua disandarkan satu hal: kesamaan pilihan politik," jelasnya.

Menurut Robikin, kalau tidak segera dihentikan dapat merusak kohesivitas sosial dan harmoni masyarakat. Ujungnya, ketahanan sosial dan persatuan serta kesatuan bangsa menjadi taruhannya.

Selain itu, Robikin juga menegaskan, pesta demokrasi pemilu seharusnya menjadi kegembiraan nasional. Layaknya pesta yang tak perlu ada satu pun gelas pecah.

"Semoga peristiwa memilukan pemindahan kuburan akibat beda pilihan politik di Gorontalo menjadi satu-satunya kejadian dan tak terulang di kemudian hari. Toh, politik adalah sarana pemanusiaan manusia," tandas Robikin, seperti dilansir dari Times Indonesia, Minggu (13/1).