Biografi KH. Abdul Mukti bin Harun Kasin Malang

 
Biografi KH. Abdul Mukti bin Harun Kasin Malang

Daftar Isi Biografi KH.Abdul Mukti bin Harun Kasin Malang

1.  Riwayat Hidup dan Keluarga KH. Abdul Mukti bin Harun

1.1  Lahir
1.2  Riwayat Keluarga KH. Abdul Mukti bin Harun
1.3  Wafat

2.  Sanad Ilmu dan Pendidikan KH. Abdul Mukti bin Harun

2.1  Guru-guru KH. Abdul Mukti bin Harun

3.  Penerus KH. Abdul Mukti bin Harun

3.1  Anak-anak KH. Abdul Mukti bin Harun
3.2  Murid-murid KH. Abdul Mukti bin Harun

4.  Perjalanan Hidup dan Dakwah KH. Abdul Mukti bin Harun

4.1  Perjalanan Mendirikan Pesantren di Kasin Malang
4.2  Peran KH. Abdul Mukti bin Harun Dalam Perjuangan Melawan Penjajah
4.3  Figur KH. Abdul Mukti bin Harun di Mata Keluarga dan Masyarakat

5.  Keteladanan KH. Abdul Mukti bin Harun

6.  Referensi

 

1 Riwayat Hidup dan Keluarga KH. Abdul Mukti bin Harun

1.1 Lahir

KH. Abdul Mukti bin Harun lahir di Barong, April 1898. Barong adalah sebuah desa di Sawahan, Jawa Timur. KH. Abdul Mukti bin Harun atau yang kerap dipanggil dengan Kyai KH. Abdul Mukti bin Harun merupakan putra KH. Harun.

1.2 Riwayat Keluarga KH. Abdul Mukti bin Harun

KH. Abdul Mukti bin Harun melepas masa lajangnya dengan menikahi putri ketiga KH. Yasin yang bernama Nyai Zahroh. Buah dari perkawinnya beliau dikaruniai 18 anak di antaranya adalah:

Nyai Makiyah

1.3 Wafat

KH. Abdul Mukti bin Harun wafat pada 9 April 1963 sekitar pukul 11.00 WIB di kediamannya di Kasin. Beliau dimakamkan di pemakaman umum Kasin, Malang.

2 Sanad Ilmu dan Pendidikan KH. Abdul Mukti bin Harun

KH. Abdul Mukti bin Harun kecil tumbuh dan dibesarkan di sana. Beliau mengenyam pendidikan pesantren Jombang, kemudian melanjutkan pesantren di Kauman yang diasuh KH. Yasin, Bangkalan dan pesantren di Nganjuk. Gairahnya untuk terus belajar agama kian menggelora, sehingga menghantarkan dirinya mengenyam pendidikan di Mesir pada 1914.

2.1 Guru-guru KH. Abdul Mukti bin Harun

  1. KH. Harun
  2. KH. Yasin

3 Penerus KH. Abdul Mukti bin Harun

3.1 Anak-anak KH Abdul Mukti bin Harun

  1. Nyai Makiyah
  2. Putra-putri yang lain

3.2 Murid-murid KH. Abdul Mukti bin Harun

  1. KH. Abdul Karim
  2. Sutomo atau Bung Tomo
  3. H. Umar Maksum
  4. KH. Moh. Said Ketapang

4 Perjalanan Hidup dan Dakwah KH. Abdul Mukti bin Harun

4.1 Perjalanan Mendirikan Pesantren di Kasin Malang

KH. Abdul Mukti bin Harun lahir di Barong, April 1898. Barong adalah sebuah desa di Sawahan, Jawa Timur. KH. Abdul Mukti bin Harun atau yang kerap dipanggil dengan Kyai Mukti merupakan putra dari KH. Harun.

KH. Abdul Mukti bin Harun kecil tumbuh dan dibesarkan di sana. Beliau sempat mengenyam pendidikan di Pesantren Jombang, kemudian melanjutkan Pesantren di Kauman yang diasuh KH. Yasin, Bangkalan dan Pesantren di Nganjuk. Gairah beliau untuk terus belajar agama kian menggelora, sehingga menghantarkan beliau mengenyam pendidikan di Mesir pada 1914.

Bagi masyarakat Kota Malang, sosok Kyai asal Barong ini dikenal sebagai pribadi yang waro’, mukhlis, dan ahli tasawuf. Sejak muda, putra pertama KH. Harun dari enam bersaudara ini sudah giat berdakwah, dan dan mengabdi di Pondok Pesantren Kauman (belakang masjid Agung Jami’ Malang), yang dirintis KH. Yasin asal Kuanyar Bangkalan. Selain itu, juga ikut berkiprah di Masjid Agung Jami’ Malang.

KH. Abdul Mukti bin Harun menikah dengan Nyai Zahroh, putri ketiga KH. Yasin. Saat itu banyak warga yang meminta agar dirinya menetap dan membina masyarakat Kasin, pasca wafatnya Mbah Muhammad. Masyarakat merasa membutuhkan figur ulama dan ketokohan seperti KH. Abdul Mukti bin Harun. Demi kecintaannya kepada KH. Abdul Mukti bin Harun, KH. Abdul Karim sekeluarga suka rela memberikan tanahnya untuk dibangun rumah dan pondok pesantren, serta Langgar Al Mukarromah (kini menjadi Masjid Al Mukarromah, dan menjadi monumen tentara Hizbullah), yang dirintis dan dikelola  KH. Abdul Mukti bin Harun.

4.2 Peran KH. Abdul Mukti bin Harun Dalam Perjuangan Melawan Penjajah

Di Ponpes Kasin itulah, KH. Abdul Mukti bin Harun yang terkenal dengan ahli hizib itu memberi semangat kepada tentara Hizbullah untuk mengusir penjajah Belanda dan Jepang. Para santri yang banyak berdatangan ke Pesantren, tidak hanya dari Kota dan Kabupaten Malang, seperti Gondanglegi dan Kepanjen. Tapi juga dari Pandaan, Bangil, Pasuruan, Jember, Lumajang, dan beberapa kota lainnya.

KH. Abdul Mukti bin Harun aktif mengajarkan ilmu tasawuf, ilmu fiqih, dan kitab-kitab kuning lainnya kepada para santrinya. Para santri selain diajar ilmu tasawuf, juga diajarkan ilmu fiqih, dengan rujukan kitab-kitab klasik (kitab kuning, yang hingga sekarang masih tersimpan ahli warisnya). Menariknya, selain ada yang nyantri untuk belajar ilmu agama, ada juga yang datang ke Pondok Pesantren KH. Abdul Mukti bin Harun hanya ingin digembleng dan minta wirid atau hizib dan wirid supaya bisa menjadi tentara yang kuat dan tangguh dalam melawan Belanda. Ada hal yang menarik dari para santri yang datang ke pesantrennya. ‘’Sebagian besar tentara Indonesia, yang tergabung dalam barisan Hizbullah selalu minta doa restu, dan penggemblengan agar mereka mempunyai keberanian dan selamat dalam pertempuran,’’ kesaksian H. Umar Maksum.

Karena nilai intelektual KH. Abdul Mukti bin Harun yang tinggi, menjadikan karir beliau cemerlang. Beliau dikenal luas oleh banyak kalangan sebagai ulama pejuang yang gigih dan ahli budaya pewayangan Jawa. Perjuangan KH. Abdul Mukti bin Harun dalam melawan penjajah Belanda cukup besar. Beliau mempunyai semangat yang tinggi terus melatih dan membina mental para santri. Bagi beliau hal ini sangat penting, sebab manusia memiliki kondisi jiwa yang sewaktu-waktu bisa saja hilang semangat. Untuk mengantisipasi hal itu, setiap saat memasukkan nilai-nilai rohani tentang arti sebuah perjuangan di jalan Allah. Sehingga dengan begitu para santri merasa termotivasi untuk berjihad atas nama Tuhan dengan cara memberantas penjajah dari tanah air yang mereka cintai.

Tentang kemampuan KH. Abdul Mukti bin Harun yang bisa menghilang dan menembus benda padat sudah diakui di masyarakat. Dengan itu pula beliau sangat disegani oleh banyak tokoh dan juga ditakuti oleh tentara lawan.

‘’Sebagian besar tentara Indonesia, yang tergabung dalam barisan Hizbullah selalu minta doa restu, dan penggemblengan agar mereka mempunyai keberanian dan selamat dalam pertempuran,’’ kata H. Umar Maksum, santri KH. Abdul Mukti bin Harun, yang masih hidup, dan kini berusia 92 tahun.

Menurut cerita dari H. Umar Maksum, mantan Komandan Pertempuran Hizbullah Jatim pada 1946 ini “Di antara orang yg berguru kepada KH. Abdul Mukti bin Harun adalah Bung Tomo,” beber H. Umar Maksum. Bung Tomo, yg memiliki nama asli Sutomo adalah seorang pemimpin pertempuran 10 Nopember yang menggerakkan dan membangkitkan semangat rakyat Surabaya, ketika diserang oleh tentara-tentara NICA. Beliau juga dikenang sebagai pahlawan yang bersuara lantang menyeru untuk melawan penjajahan melalui penyiaran di stasiun-stasiun radio Surabaya. ‘’waktu itu, oleh KH. Abdul Mukti bin Harun, Bung Tomo diberi wirid dan air minum, serta dibekali dengan bambu runcing,’’ kenang H. Umar Maksum, yang pernah menerima Tanda Kehormatan Bintang Gerilya dari Presiden Suharto pada 15 Desember 1971.

Semua santri yg digembleng mempercayai bahwa KH. Abdul Mukti bin Harun memiliki kemampuan utk menghilang. Beliau pernah menjadi buron politik selama enam tahun, tetapi selama itu, beliau tidak tertangkap sama sekali. Namun setelah itu,  KH. Abdul Mukti bin Harun bersama Moh. Natsir, Syafruddin Prawiranegara, Burhanuddin Harahap, pernah merasakan dinginnya teralis besi karena bertentangan dgn ideologi Presiden Soekarno. Banyak kalangan mengira bahwa sebenarnya KH. Abdul Mukti bin Harun yang menyerahkan diri sama seperti ketika beliau mendatangi ketua RT untuk meminta maaf.

Perjuangan Kiai KH. Abdul Mukti bin Harun pada masa penjajahan Belanda diakui, cukup besar, terutama dalam pembinaan mental dan rohani para santrinya yang ikut berjuang. 

‘’Pernah suatu ketika, sewaktu KH. Abdul Mukti bin Harun sedang menggembleng sekitar satu kompi atau sekitar 100 tentara di pondoknya. Tiba-tiba tentara Belanda datang untuk menangkap mereka. Mengetahui hal tersebut, KH. Abdul Mukti bin Harun kemudian mengumpulkan para tentara di belakang langgar Al Mukarromah. Anehnya, sewaktu tentara Belanda mencari mereka di pondok, di rumah KH. Abdul Mukti bin Harun dan di langgar Al Mukarromah tidak ditemukan seorang pun tentara,’’ ungkap H.Umar Maksum, yang meski diusia senja masih tampak sehat dan bugar.

4.3 Figur KH. Abdul Mukti bin Harun di Mata Keluarga dan Masyarakat

Sosok KH. Abdul Mukti bin Harun tidak hanya berkesan bagi masyarakat luas. Tapi bagi para anak dan cucunya. Laki-laki yang memiliki putra putri hampir satu setengah lusin ini dinilai sebagai kakek yang penyabar, disiplin, dan tidak banyak bicara, tetapi beliau demokratis. Kenang Umi Rosidah, cucu kesayangannya.‘’Demikian juga dalam menerapkan pendidikan, KH. Abdul Mukti bin Harun memberikan kebebasan kepada anak cucunya. Asalkan tidak sampai meninggalkan syariat Islam,’’ kata Umi Rosidah, satu-satunya cucu putri, yang menjadi kesayangan Kiai KH. Abdul Mukti bin Harun.

Demikian juga dalam hal bershodaqoh dan mencari nafkah, KH. Abdul Mukti bin Harun juga aktif menjadi Syuriyah NU Cabang Malang. Di sana beliau terkenal dengan seorang yang dermawan. Beliau juga mengajak dan menyarankan agar melakukan ihtiar dan mencari barokah. Menurutnya kita tidak boleh ngoyo dalam mencari harta, juga tidak boleh pelit dalam mengeluarkan sedekah. Karena prinsipnya itu, beliau sering kedatangan tamu yang memberikan banyak hadiah-hadiah kepadanya yang kemudian disalurkan lagi kepada orang lain. Karena prinsip beliau, sepanjang manusia itu masih bernafas, berarti masih ada rizkinya.

‘’Mungkin karena ihlasnya. Dulu, di Pondok KH. Abdul Mukti bin Harun itu selalu datang kiriman dari masyarakat. Baik berupa beras, ketela pohon, dan beberapa bahan makanan pokok, yang ditempatkan di beberapa gudang. Namun, bahan makanan itu kembalinya juga kepada santri, tentara yang datang ke pondok, dan masyarakat sekitar Kasin,’’ tambah Umi Rosidah, putri Ibu Makiyah, putri pertama KH. Abdul Mukti bin Harun.

Konon, ketika KH. Abdul Mukti bin Harun mengisi pengajian, banyak orang yang berbondong-bondong datang tak peduli bagaimana pun cuacanya. Bagi masyarakat, ceramah KH. Abdul Mukti bin Harun memberikan pencerahan. Seperti air yang diminum ketika dahaga, cahaya dalam kegelapan, dan peta ketika kehilangan arah.

Suatu hari KH. Abdul Mukti bin Harun mengisi pengajian di desa di Koripan, Tegalrejo, Magelang. Beliau  menguraikan tentang tingkah laku anak manusia. Menurutnya, saat ini banyak para orang tua mengeluhkan kelakuan anak-anaknya yang tidak memiliki rasa hormat kepada kedua orang tuanya, lupa pada ajaran agamanya, dan jarang mengisi kegiatan di masjid. Sehingga perlaku seperti itu jauh dari harapan orang tuanya tentang anak yang berbakti kepada orang tau dan sholeh seperti doa yang sering dipanjatkan oleh kedua orang tuanya.

Dengan melihat fenomena itu, KH. Abdul Mukti bin Harun tidak lantas menyalahkan kepada anak seluruhnya. Sebab menurut beliau istilah “woh pelem tibane ora adoh saka wite” banyak benarnya. Pepatah tsb memang mengindikasikan bahwa kebiasaan atau didikan orang di dalam rumah masing2, sangat berpengaruh terhadap perilaku seorang anak. Jika di dalam rumah, seorang anak mendapatkan didikan keluarga yang baik, contoh tindakan kebaikan, dan suasana rumah tangga yang tentrem, damai, harmonis dan bahagia, kemungkinan si anak akan berkembang menjadi orang yg baik. Sebaliknya jika rumah tangga tidak harmonis, si ayah dan ibu sering bertengkar, tidak ada nilai agama ditanamkan, sudah pasti seorang anak cenderung akan menjadi anak nakal, dan kelak setelah dewasa tidak mustahil akan berbuat hal yg merugikan banyak orang.

5. Keteladanan KH. Abdul Mukti bin Harun

Sosok KH. Abdul Mukti bin Harun tidak hanya berkesan bagi masyarakat luas. Tapi bagi para anak dan cucunya. Laki-laki yang memiliki putra putri hampir satu setengah lusin ini dinilai sebagai kakek yang penyabar, disiplin, dan tidak banyak bicara, tetapi beliau demokratis. Kenang Umi Rosidah, cucu kesayangannya.

Demikian juga dalam hal bershodaqoh dan mencari nafkah, KH. Abdul Mukti bin Harun juga aktif menjadi Syuriyah NU Cabang Malang. Di sana beliau terkenal dengan seorang yang dermawan. Beliau juga mengajak dan menyarankan agar melakukan ihtiar dan mencari barokah. Menurutnya kita tidak boleh ngoyo dalam mencari harta, juga tidak boleh pelit dalam mengeluarkan sedekah. Karena prinsipnya itu, beliau sering kedatangan tamu yang memberikan banyak hadiah-hadiah kepadanya yang kemudian disalurkan lagi kepada orang lain. Karena prinsip beliau, sepanjang manusia itu masih bernafas, berarti masih ada rizkinya.

Karena nilai intelektual KH. Abdul Mukti bin Harun yang tinggi, menjadikan karir beliau cemerlang. Beliau dikenal luas oleh banyak kalangan sebagai ulama pejuang yang gigih dan ahli budaya pewayangan Jawa. Perjuangan KH. Abdul Mukti bin Harun dalam melawan penjajah Belanda cukup besar. Beliau mempunyai semangat yang tinggi terus melatih dan membina mental para santri. Bagi beliau hal ini sangat penting, sebab manusia memiliki kondisi jiwa yang sewaktu-waktu bisa saja hilang semangat. Untuk mengantisipasi hal itu, setiap saat memasukkan nilai-nilai rohani tentang arti sebuah perjuangan di jalan Allah. Sehingga dengan begitu para santri merasa termotivasi untuk berjihad atas nama Tuhan dengan cara memberantas penjajah dari tanah air yang mereka cintai.

6. Referensi

Diambil dari berbagai sumber

Semoga Beliau mendapatkan Tempat yang Mulia Disisi NYA. Aamiin.
Lahul Al Fatihah

Catatan : Tulisan ini terbit pertama kali pada tanggal 28 Juli 2016
Tim Redaksi mengunggah ulang dengan melakukan revisi di beberapa bagian.
Editor  : Achmad Susanto

 

Lokasi Terkait Beliau

    Belum ada lokasi untuk sekarang

List Lokasi Lainnya