Antara Manusia, Mimbar, dan Mikrofon

 
Antara Manusia, Mimbar, dan Mikrofon

LADUNI.ID - Seperti umumnya manusia di dunia, kita diciptakan memiliki hak asasi dan kebebasan untuk berbicara. HAM internasional dan Konstitusi sudah menjamin hal tersebut secara jelas dalam salah satu pasal. Lebih kuat lagi, sudah dijelaskan dalam jejak sejarah bahwa Rasulullah SAW memberikan kebebasan kepada sahabat untuk memberikan pendapat atau putusan. 

Mimbar pada setiap zaman memiliki fungsi kebesaran dan fungsi kebenaran. Mengapa? Karena fungsi mimbar identik dengan jalan hidup yang hakiki. Rasulullah SAW tidak pernah sekalipun naik menuju mimbar kecuali berita itu adalah kebenaran atau memiliki nilai spiritual yang luar biasa. Tetapi, semakin majunya zaman mimbar berkamuflase menjadi beragam bentuk, nama, dan tujuan. Bisa menjadi sarana dakwah, ajang kampanye, atau mungkin menyalahkan golongan dan umat lain.

Kemajuan teknologi yang menghantarkan manusia menemukan mikrofon membuat jangkauan suara menjadi lebih nyaring. Mulai dari kalangan rakyat, orator, hingga politisi tidak mau lepas dari namanya mikrofon ini. 

Ironisnya antara mimbar, mikrofon, dan manusia sering kali tidak sinkron. Memang mimbar atau mikrofon itu tidak salah. Tapi, bagaimana manusia menggunakan keduanya itu. Penggunaan benda ini perlu adanya kehati-hatian. Apabila tidak berhati-hati akan menggelincirkan yang berbicara. Bagi yang berbicara, semua tata bahasa yang disampaikan akan dihaluskan, akan dibuat sebagus mungkin sehingga fungsi magnet mimbar dan mikrofon semakin kuat. 

Bagi mereka yang hobi mengkafirkan orang, pasti akan digunakan untuk menarik perhatian orang untuk mendukungnya. Bagi mereka yang suka sebar berita palsu, akan dipergunakan untuk menyebarkan kepalsuannya. Apakah kita tidak bisa belajar dari beberapa kyai khos yang dalam berdakwah dimana beliau enggan menggunakan mikrofon? Seharusnya ini menjadi iktibar bagi kita, bahwa mimbar dan mikrofon akan menyebarkan ide-ide cemerlang kita. Dibalik itu, apabila tidak berhati-hati juga akan menyebarkan aib dan kekurangan pada diri kita sendiri.

Oleh Mukhammad Nur Rokhim