Perilaku di Bidang Syariah Warga Nahdlatul Ulama

 
Perilaku di Bidang Syariah Warga Nahdlatul Ulama

Dalam bidang syariah (fiqih, hukum Islam) kaum Ahlussunnah wal Jamaah berpedoman pada empat imam madzhab, yaitu Imam Hanafi, Imam Maliki, Imam Syafi’i, dan Imam Hambali. Namun Nahdlatul Ulama sebagai organisasi yang berhaluan Islam Ahlussunnah wal Jamaah di kalangan pengikutnya sebagian besar mengikuti madzhab Syafi’i.

Beberapa hal yang membedakan golongan Ahlussunnah wal Jamaah dengan kelompok umat Islam yang lain, yaitu.

  1. Berpegang teguh pada nash Alqur’an dan Hadis.

  2. Memuliakan Ahlul Bait dan para sahabatnya.

  3. Berpegang teguh pada amaliah para sahabat Nabi Muhammad terutama para Khulafaur Rasyidun.

  1. Mengambil pendapat ulama yang terbanyak (jumhur ulama) jika terjadi perbedaan pendapat di kalangan ulama.

  2. Berpegang teguh pada ijma’ ulama terhadap hal-hal yang telah menjadi kesepakatan para ulama.

  3. Mengikuti pendapat Imam Mujtahidin yang mu’tamad jika tidak mampu berijtihad.

Sedangkan hal yang menjadi keyakinan Ahlussunnah Wal Jamaah dalam hukum syariah yang perlu diketahui, di antaranya yaitu.

  1. Membaca shalawat berarti menjalankan perintah Allah dan rasul- Nya. Keutamaan membaca shalawat dalam berdoa menyebabkan terkabulnya doa tersebut bila didahului dengan bacaan shalawat.

  2. Membaca shalawat di manapun kita berada akan sampai pada Nabi Muhammad dan memperoleh pahala dari bacaannya.

  1. Menyentuh dan membawa Alqur’an harus suci dari hadats kecil dan hadats besar.

  2. Menyentuh wanita yang bukan mahram hukumnya membatalkan wudlu.

  3. Hewan anjing dan babi adalah najis dan haram dimakan.

  4. Berdoa dengan bertawasul dapat dibenarkan berdasarkan Alqur’an dan Hadis.

  5. Mengawali shalat dengan membaca “Ushalli” disunnahkan.

  6. Membaca “Sayyidina” ketika menyebut nama Nabi Muhammad disunnahkan.

  7. Membaca “al-Barzanji” dan manakib Syeikh Abdul Qadir al-Jaelani disunnahkan.

  1. Membaca tahlil, shalawat, surat Yasin, disunnahkan.

  2. membaca doa qunut pada shalat subuh disunnahkan.

  3. Membaca Alqur’an di kuburan dibolehkan dan disunnahkan.

  4. Membaca surat al-Fatihah, dimulai dengan “Bismillahirrahmanirrahim” sebagai ayat yang pertama.

  5. Shalat Idul Fitri dan Idul Adha lebih utama dikerjakan di masjid, boleh dilakukan di tanah lapang apabila semua masjid sudah tidak menampung jamaah lagi.

  6. Menghadiahkan pahala doa atau amal lainnya kepada arwah orang mati yang beriman jelas akan sampai kepada yang dituju.

  7. Setiap membaca ayat Alqur’an, kecuali surat at-Taubah disunnahkan membaca “Basmallah” walaupun di tengah-tengah ayat.

  8. Mengumandangkan adzan pada hari Jum’at dua kali, disunnahkan.

  9. Shalat Fardhu yang tertinggal atau lupa tidak dikerjakan, wajib diqadha.

  10. Mengerjakan shalat sunnah qabliyah dan sunnah ba’diyah pada shalat Jum’at disunnahkan berdasarkan hadis riwayat Imam Muslim.

  11. Menetapkan awal Ramadhan harus memakai ru’yat (melihat bulan secara langsung).

  12. Mentalqin mayit yang sudah dikubur boleh dan disunnahkan.

  13. Berdoa dengan mengangkat kedua tangan disunnahkan

  14. Memakan makanan pada waktu ta’ziah boleh selama tidak dekat dengan mayit.

  15. Ziarah kubur hukumnya sunnah bila bertujuan untuk mengambil pelajaran dan mengingat akhirat serta untuk mendoakan orang Islam.

  16. Adanya nikmat kubur dan siksa kubur adalah benar berdasarkan keterangan nash Alqur’an dan Hadis.

Demikian uraian mengenai ajaran Ahlussunnah wal Jamaah dalam  bidang syariah, meskipun sangat singkat semoga dapat dijadikan dasar untuk mengetahui tentang madzhab dengan segala aspeknya.

 

Sumber: Buku Aswaja dan Ke-NU-an, Ma'arif NU DIY, 2004