Menghidupkan SIlaturrahim Melalui Mudik Lebaran

 
Menghidupkan SIlaturrahim Melalui Mudik Lebaran

LADUNI.ID - Mudik, itulah istilah yang paling populer  saat ini. Berita dan kegiatan yang terkait dengan mudik menjadi informasi yang viral di banyak media. Bahkan "viral" dalam pikiran banyak orang, sehingga menjadi perhatian dan pilihan sikap untuk ramai-ramai "mudik" lebaran tahun ini.

Apa sebenarnya tradisi mudik lebaran itu? Mengapa mudik menjadi tradisi yang menarik bagi banyak orang? Apa sebenarnya substansi penting dalam tradisi mudik lebaran itu?

Terlepas dari beragam penilaian dan motivasi terkait tradisi mudik ini, tiga hal yang perlu kita cermati disini.

Pertama, mudik lebaran adalah tradisi pulang kampung yang dilakukan oleh banyak perantau (urban), baik karena pekerjaan, maupun karena alasan-alasan yang lain. Terutama masyarakat Indonesia yang terkenal tradisi perantauan. 

Sebagai sebuah tradisi pulang kampung, mudik sebenarnya adalah fenomena yang biasa, sebab setiap perantau pasti menginginkanuntuk kembali ke kampung halamannya, bertemu sanak saudara, meskipun hanya dalam waktu sesaat. Apalagi momentum liburan kerja yang cukup panjang seperti lihur ramadhan ini tentu saja menjadi kesempatan emas untuk pulang kampung. Mudik yang dilakukan dalam waktu yang bersamaan (seperti momen idul fitri) menjadikan tradisi ini terasa "wah" dan istimewa.

Kedua, mudik menjadi tradisi yang menarik bagi banyak orang. Karena dengan mudik akan terciptanya kesempatan antar keluarga dan sanak saudara untuk kumpul bersama, berbagi cerita dan pengalaman bahagia. Bahkan tidak jarang menjadi ajang untuk saling membantu dan memotivasi kekuarga untuk lebih maju. 

Mudik juga menjadi pengalanan yang menarik karena memberikan hiburan dan kesenangan tersendiri, bukan saja karena adanya kesempatan bertemu keluarga besar di kampung, atau merasakan hidup dalam suasana kampung, akan tetapi mudik menjadi satu kegiatan hiburan (refressing) dari kesibukan dan rutinitas pekerjaan yang kebanyakan  digeluti oleh para perantau di perkotaan.

Ketiga, substansi penting dari tradisi mudik (pulang kampung) ini adalah satu upaya menghidupkan silaturahim, membangun hubungan persaudaraan yang paling azali dalam sejarah sosial masyarakat kita. Jika sekedar berkomunikasi, berbincang-bincang atau bahkan saling menatap satu sama lain itu perkara yang mudah dalam era kecanggihan teknologi komunikasi 3G, 4G, videocall hari ini. 

Artinya, jika sebatas ini alasan orang mudik, maka tradisi pulang kampung ini tidak menjadi lebih penting dari sekedar buang tenaga, biaya, bahkan keselamatan. Mudik pada substansinya adalah satu bentuk tradisi menghidupkan silaturahim. Dengan pulang kampung, bertemu dan bersua langsung dengan keluarga dan sanak saudara, bahkan dengan teman dan tetangga di kampung, komunikasi dan silaturahim terbangun secara sosial dan kultural. 

Ada rasa, suasana hati, kejiwaan, kebersamaan dan bahkan kedekatan bathin yang mengiringi pertemuan secara langsung (face to face) antar keluarga dan sanak saudara dalam silaturahim orang mudik. Aspek ini sama sekali tidak mungkin didapati dengan komunikasi melalui perantaraan (komunikasi bermedia) apapun kecanggihan teknologi komunikasi hari ini.

Karena itulah tradisi mudik ini menjadi penting, apalagi dalam momentum kebahagiaan lebaran, merayakan kemenangan dan suka duka bersama, saling mema'afkan antar orang-orang tercinta. Dengan makna penting ini, mudik akan terus menjadi tradisi penting dalam praktek sosial dan budaya masyarakat kita, khususnya mudik lebaran seperti ini.

Akhirnya, mari jadikan mudik ini tradisi yang maslahat, tradisi yang menghidupkan silaturahim dan komunikasi yang sebenarnya. Selamat mudik! mudik bahagia! mudik selamat sentosa!

Oleh: Dr. Ibrahim, MA

Ketua LTN PWNu Kalbar