Petunjuk Lengkap Shalat Sunnah Tahajud

 
Petunjuk Lengkap Shalat Sunnah Tahajud

DAFTAR ISI

  1. Dalil Melaksanakan Shalat Tahajud
  2. Kenapa Tahajud Dilaksanakan Malam Hari?
  3. Jumlah Rakaat Shalat Tahajud
  4. Waktu Melaksanakan Shalat Tahajud
  5. Apakah Harus Tidur Dulu Sebelum Shalat Tahajud?
  6. Keutamaan Shalat Tahajud
  7. Manfaat Shalat Tahajud
  8. Tata Cara Shalat Tahajud
  9. Bacaan Dzikir Setelah Shalat Tahajud
  10. Bacaan Doa Setelah Shalat Tahajud Lengkap
  11. Kesimpulan
  12. Sumber

 

LADUNI.ID, Semua shalat sunah memiliki keutamaan dan manfaat yang berbeda-beda. Namun semua shalat sunah yang dilakukan adalah untuk memohon kepada Allah agar diberikan perlindungan, limpahan rejeki dan dikabulkannya doanya.

Dari beberapa shalat sunah yang ada, pada pembahasan ini akan mengulas tentang niat shalat sunah tahajud, tata cara shalat tahajjud, keutamaan shalat tahajud dan manfaat shalat tahjud untuk orang Islam.

Adapun shalat tahajjud termasuk kedalam shalat sunah yang dikerjakan pada malam hari setelah bangun tidur.

 

DALIL MELAKSANAKAN SHALAT TAHAJUD

Dalam Al-Qur’an Surah Al-Isra’ (17) ayat 79, Allah subhanahu wa ta’ala menyerukan bertahajud sebagai ibadah tambahan.

وَمِنَ الَّيْلِ فَتَهَجَّدْ بِهٖ نَافِلَةً لَّكَۖ عَسٰٓى اَنْ يَّبْعَثَكَ رَبُّكَ مَقَامًا مَّحْمُوْدًا (٧٩)

Wamina allayli fatahajjad bihi naafilatan laka 'asaa an yab'atsaka rabbuka maqaaman mahmuudaan

 “Dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji.” (QS. Al-Isra [17]: 79)

Dari ayat ini maka dapat kita simpulkan bahwa Shalat Tahajud merupakan ibadah tambahan yang dikerjakan pada malam hari, yang dapat mengangkat pelakunya ke tempat yang terpuji.

Secara bahasa, tahajud berarti mujanabatul hajud (menjauhi tempat tidur). Dalam kaitannya dalam ibadah, tahajjud adalah “meninggalkan tempat tidur untuk melakukan shalat”.

Baca juga: Al-Qur'an tentang Perintah Mendirikan Shalat Tahajud

 

KENAPA TAHAJUD DILAKSANAKAN MALAM HARI?

Dari sejumlah hadis masyhur dan ayat al-Quran menekankan keutamaan beribadah kepada Allah ta’ala di saat malam dan akhir malam.vRasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda,

“Rabb kita Tabaraka wa Ta’ala turun ke langit dunia pada setiap malam yaitu ketika sepertiga malam terakhir, (kemudian) Dia berfirman, ‘Barang siapa berdoa kepada-Ku, niscaya akan Aku kabulkan, barang siapa meminta kepada-Ku, niscaya akan Aku berikan, dan barang siapa memohon ampun kepada-Ku, niscaya akan Aku ampuni.’” (as-Shahih Bukhari wa Muslim).

JUMLAH RAKAAT SHALAT TAHAJUD

Kita akan membahas dengan lengkap mengenai berapa jumlah rakaat dari shalat tahajud berdasarkan referensi hadits-hadits yang shahih.

Jumlah Raka’at Shalat Tahajud yang Dianjurkan (Disunahkan)

Adapun jumlah rakaat Shalat Tahajud menurut yang disunahkan Nabi Shallallahu Alaihi Wa Sallam adalah 11 atau 13 rakaat, tidak lebih, dan dalil untuk menetapkan hal ini adalah riwayat yang diberitakan oleh ‘Aisyah Radhiyallahu Anhu.

مَا كَانَ يَزِيدُ فِى رَمَضَانَ وَلاَ غَيْرِهِ عَلَى إِحْدَى عَشْرَةَ رَكْعَةً ، يُصَلِّى أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ فَلاَ تَسْأَلْ عَنْ حُسْنِهِنَّ وَطُولِهِنَّ ، ثُمَّ يُصَلِّى أَرْبَعًا فَلاَ تَسْأَلْ عَنْ حُسْنِهِنَّ وَطُولِهِنَّ ، ثُمَّ يُصَلِّى ثَلاَثًا

Artinya: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah menambah shalat malam pada bulan Ramadhan begitupun pada bulan lainnya lebih dari 11 raka’at. Dimana beliau melakukan shalat empat raka’at, maka jangan tanyakan mengenai bagus dan panjangnya. Kemudian beliau melakukan shalat empat raka’at lagi dan jangan tanyakan mengenai bagus dan panjangnya. Kemudian beliau melakukan shalat tiga raka’at.”[HR. Bukhari no. 3569 dan Muslim no. 738.].

Sedangkan Ibnu ‘Abbas Radhiyallahu Anhu juga memberitakan.

كَانَ صَلاَةُ النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – ثَلاَثَ عَشْرَةَ رَكْعَةً . يَعْنِى بِاللَّيْلِ

Artinya: “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa menunaikan shalat malam sebanyak 13 raka’at. ”[HR. Bukhari no. 1138 dan Muslim no. 764].

Zaid bin Khalid Al Juhani mengatakan.

لأَرْمُقَنَّ صَلاَةَ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- اللَّيْلَةَ فَصَلَّى. رَكْعَتَيْنِ خَفِيفَتَيْنِ ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ طَوِيلَتَيْنِ طَوِيلَتَيْنِ طَوِيلَتَيْنِ ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ وَهُمَا دُونَ اللَّتَيْنِ قَبْلَهُمَا ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ وَهُمَا دُونَ اللَّتَيْنِ قَبْلَهُمَا ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ وَهُمَا دُونَ اللَّتَيْنِ قَبْلَهُمَا ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ وَهُمَا دُونَ اللَّتَيْنِ قَبْلَهُمَا ثُمَّ أَوْتَرَ فَذَلِكَ ثَلاَثَ عَشْرَةَ رَكْعَةً.

Artinya: “Aku pernah memperhatikan shalat malam yang dilakukan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau pun melaksanakan 2 raka’at ringan. Kemudian setelah itu beliau laksanakan 2 raka’at yang panjang-panjang. Kemudian beliau lakukan shalat 2 raka’at yang lebih ringan dari sebelumnya. Kemudian beliau lakukan shalat 2 raka’at lagi yang lebih ringan dari sebelumnya. Beliau pun lakukan shalat 2 raka’at yang lebih ringan dari sebelumnya. Kemudian beliau lakukan shalat 2 raka’at lagi yang lebih ringan dari sebelumnya. Lalu terakhir beliau berwitir sehingga jadilah beliau laksanakan shalat malam ketika itu 13 raka’at.”22 Ini berarti Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melaksanakan witir dengan 1 raka’at. [HR. Muslim no. 765]. (Artinya Nabi Shallallahu Alaihi Wa Sallam menutup shalatnya dengan Witir 1 rakaat).

Menurut penjelasan hadits ini maka kita dapat menyimpulkan bahwa adalah disunahkan saat sebelum melakukan Shalat malam, maka terlebih dahulu dibuka dengan melakukan Shalat 2 raka’at ringan sebagai pembukaan.

Dan kesimpulan ini ditunjang oleh penjelasan ‘Aisyah radhiyallahu anhu yang adalah sebagai berikut.

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- إِذَا قَامَ مِنَ اللَّيْلِ لِيُصَلِّىَ افْتَتَحَ صَلاَتَهُ بِرَكْعَتَيْنِ خَفِيفَتَيْنِ.

Artinya: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam jika hendak melaksanakan shalat malam, beliau buka terlebih dahulu dengan melaksanakan shalat dua rak’at yang ringan.”[HR. Muslim no. 767].

Pertanyaannya sekarang adalah: apakah boleh menambah rakaat untuk shalat malam melebih 11 atau 13 rakaat?

Untuk menjawab pertanyaan ini kita merujuk pendapat Al-Qodhi berikut ini.

وَلَا خِلَاف أَنَّهُ لَيْسَ فِي ذَلِكَ حَدّ لَا يُزَاد عَلَيْهِ وَلَا يَنْقُص مِنْهُ ، وَأَنَّ صَلَاة اللَّيْل مِنْ الطَّاعَات الَّتِي كُلَّمَا زَادَ فِيهَا زَادَ الْأَجْر ، وَإِنَّمَا الْخِلَاف فِي فِعْل النَّبِيّ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَمَا اِخْتَارَهُ لِنَفْسِهِ

Artinya: “Tidak ada khilaf bahwa tidak ada batasan jumlah raka’at dalam shalat malam, tidak mengapa ditambah atau dikurang. Alasannya, shalat malam adalah bagian dari ketaatan yang apabila seseorang menambah jumlah raka’atnya maka bertambah pula pahalanya. Jika dilakukan seperti ini, maka itu hanya menyelisihi perbuatan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan menyelisihi pilihan yang beliau pilih untuk dirinya sendiri.” [Kitab Al Minhaj Syarh Shahih Muslim bin Al Hajjaj, An Nawawi, 6/19, Dar Ihya’ At Turots Al Arobi Beirut, cetakan kedua, 1392].

Maka jawabnya adalah boleh, dan pendapat ini ditunjang oleh penjelasan Nabi shallallahu alaihi wa sallam ketika beliau mendapat sebuah pertanyaan dari seorang sahabatnya.

صَلاَةُ اللَّيْلِ مَثْنَى مَثْنَى ، فَإِذَا خَشِىَ أَحَدُكُمُ الصُّبْحَ صَلَّى رَكْعَةً وَاحِدَةً ، تُوتِرُ لَهُ مَا قَدْ صَلَّى

Artinya: “Shalat malam itu dua raka’at-dua raka’at. Jika salah seorang di antara kalian takut masuk waktu shubuh, maka kerjakanlah satu raka’at. Dengan itu berarti kalian menutup shalat tadi dengan witir.” [HR. Bukhari no. 990 dan Muslim no. 749].

Hadits dari Ibnu Umar Radhiyallahu Anhu ini merupakan jawaban Nabi Shallallahu Alaihi Wa Sallam atas sebuah pertanyaan mengenai Shalat malam, jikalau Shalat Malam memiliki batasan rakaatnya tentulah Nabi Shallallahu Alaihi Wa Sallam akan menjelaskannya saat itu juga.

Pertanyaannya sekarang bagaimana dengan Hadits dari Aisyah, dimana beliau mengatakan bahwa Nabi Shallallahu Alaihi Wa Sallam tidak pernah menambah shalat malam baik dibulan Ramadhan dan bulan lainnya lebih dari 11 rakaat [HR. Bukhari no. 3569 dan Muslim no. 738].

Untuk menjawabnya adalah, apabila kita ingin mengikuti Sunah Nabi Shallallahu Alaihi Wa Sallam maka sepatutnya kita samakan jumlah rakaatnya seperti yang beliau lakukan berikut caranya.

Adapun Shalat yang terbaik menurut Nabi shallallahu alaihi wa sallam adalah yang paling lama berdirinya.

أَفْضَلُ الصَّلاَةِ طُولُ الْقُنُوت

Artinya: “Shalat yang paling baik adalah yang paling lama berdirinya.” [HR. Muslim no. 756].

Bagaimana jika kita ingin Shalat malam lebih dari 11 rakaat seperti yang disunahkan nabi?

Seperti sudah kita ketahui bahwa bagi Nabi shallallahu alaihi wa sallam, shalat terbaik yaitu yang paling lama berdirinya, kita melakukan 11 rakaat namun dilakukan dengan cepat, itu tidak baik.

Sedangkan mereka yang melakukan Shalat Tahajud lebih dari 11 rakaat, namun melakukannya dengan cepat maka tidaklah baik.

Lalu bagaimana dengan yang melakukan lebih dari 11 rakaat, contohnya 23 rakaat, namun melakukan seperti yang nabi lakukan, yakni berdiri dengan lama, maka boleh saja dan sesuai dengan ajaran Nabi. Dikarenakan dia mengikuti seperti yang Allah Ta’ala firmankan.

كَانُوا قَلِيلًا مِنَ اللَّيْلِ مَا يَهْجَعُونَ

“Di dunia mereka sedikit sekali tidur diwaktu malam.” (QS. Adz Dzariyat: 17).

وَمِنَ اللَّيْلِ فَاسْجُدْ لَهُ وَسَبِّحْهُ لَيْلًا طَوِيلًا

“Dan pada sebagian dari malam, maka sujudlah kepada-Nya dan bertasbihlah kepada-Nya pada bagian yang panjang dimalam hari.” (QS. Al Insan: 26).

Karena sebab inilah maka para ulama melakukan Shalat Malam dengan 11 rakaat namun dengan rakaat yang panjang.

Namun ada pula yang Shalat lebih dari 11 rakaat seperti 36 rakaat atau 23 rakaat namun juga dengan rakaat yang panjang, mereka tidak menyelisihi Sunah nabi, akan tetapi mengikuti apa yang Nabi maksudkan yaitu melakukan Shalat Malam dengan Thulul Qunut yaitu berdiri dengan lama.

Jadi yang menjadi patokan oleh para ulama ialah berdiri lama dihadapan Allah Azza Wa Jalla, baik itu melaksanakannya dengan 11 rakaat saja atau lebih dari itu, seperti 23 rakaat atau 36 rakaat. Maka silahkan saja.

Baca juga: Ini 12 Keistimewaan Bagi Orang yang Istiqamah Shalat Tahajud

 

WAKTU MELAKSANAKAN SHALAT TAHAJUD

Shalat Tahajud dapat dilaksanakan di awal malam, di pertengahan malam atau di akhir malam, namun yang pasti setelah melaksanakan shalat Isya.

1. Sepertiga Malam Pertama

Shalat tahajud dapat dilakukan pada waktu sepertiga malam pertama. Waktu sepertiga malam pertama adalah setelah shalat Isya sampai dengan pukul 10.30. Diusahakan shalat tahajud dilakukan setelah bangun tidur walau hanya sebentar.

2. Sepertiga Malam Kedua

Shalat tahajud dapat dilakukan di waktu seperiga malam kedua. Shalat tahajud di sepertiga malam kedua adalah antara pukul 10.30 hingga 01.30.

3. Sepertiga Malam Ketiga

Menurut beberapa ulama waktu sepertiga malam yang ketiga adalah waktu yang paling utama ketika mengerjakan shalat tahajud. Waktu sepertiga malam terakhir ini antara antara pukul 01.30 hingga sebelum memasuki waktu subuh.

Mengapa waktu ini dipercaya memiliki fadhilah dan keiistimewaan tersendiri sehingga waktu shalat tahajud di sepertiga malam terakhir ini memang sulit diterapkan. Karena kebanyakan umat muslim sasah bangun dari tidur di waktu ini.

Tapi semuanya memiliki keutamaan yang luar biasa. Karena barang siapa umat muslim dan muslimah yang menjalankan shalat malam atau Shalat Tahajud akan mendapatkan ganjaran dan dimuliakan oleh Allah SWT.

Nabi Muhammad SAW menjelaskan:

Abu Muslim bertanya kepada Abu Dzar: “Diwaktu manakah yang lebih utama kita mengerjakan shalat malam?” Ia menjawab: “Saya menanyakan hal sama seperti engkau tanyakan kepada Rasulullah dan beliau menjawab, “Perut malam yang masih tinggal adalah 1/3 yang akhir. Sayangnya sedikit sekali orang yang melaksanakannya.” (HR Ahmad).

 

APAKAH HARUS TIDUR DULU SEBELUM SHALAT TAHAJUD?

Tahajud merupakan shalat yang dilakukan pada waktu malam setelah bangun tidur, namun ada pula ulama yang berpendapat bahwa shalat ini bisa dilaksanakan tanpa harus tidur terlebih dahulu. Jika kita tidak tidur sama sekali di waktu malam maka shalat sunnah yang dilakukan tidak dinamakan shalat tahajjud. Begitu menurut pendapat yang mu’tamad.

Imam Romli dalam karyanya Nihayatul Muhtaj Ila Syarhil Minhaj menyebutkan :

ويسن (التهجد) بالإجماع لقوله تعالى {ومن الليل فتهجد به نافلة لك} [الإسراء: 79] ولمواظبته – صلى الله عليه وسلم – وهو التنفل ليلا بعد نوم

Artinya : Shalat Tahajjud disunnahkan dengan kesepakatan ulama berdasarkan firman Allah Taala (dan pada sebagian malam hari shalat tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu (QS. Al-Isra’ ; 79)) dan juga berdasarkan ketekunan nabi Muhammad SAW dalam melaksanakannya. Shalat Tahajjud adalah shalat sunnah di malam hari setelah tidur. (Syihabuddin Al-Ramli, Nihayatul Muhtaj Ila Syarhil Minhaj, Beirut-Dar al fikr, 1404 H., hal. 131 juz 2.)

Terkait dengan hal ini, lihat pembahasannya di Apakah Boleh Shalat Tahajjud Tanpa Tidur Terlebih Dahulu?

Bagaimana ketika ingin melaksanakan shalat tahajud dengan tidur, tapi takut kebablasan atau tidak bisa bangun malam?

Berniat untuk melaksanakan shalat Tahajud dan memohon agar terbangun untuk melaksanakannya. Berwudhu sebelum melakukan shalat Tahajud, maka lihat tata cara Wudhu sesuai Sunah Nabi shallallahu alaihi wa ala alihi wa sahbihi wa sallam. Laksanakan shalat Tahajud paling tidak 2 rakaat, atau hingga 12 rakaat, tergantung niat dan kemampuan anda.

 

KEUTAMAAN SHALAT TAHAJUD

Keutamaan melaksanakan shalat tahajud sangat luar biasa, yang membuat kita seharusnya termotivasi untuk membiasakan diri mengamalkannya, diantaranya;

1. Shalat Sunah Paling Utama

Tahajud yang juga disebut qiyamul lail atau shalat lail merupakan shalat sunah yang paling utama. Sebagaimana sabda Rasulullah:

أَفْضَلُ الصَّلَاةِ بَعْدَ الْفَرِيضَةِ قِيَامُ اللَّيْلِ

“Shalat yang paling afdhol setelah shalat fardhu adalah shalat malam” (HR. An Nasa’i)

2. Kunci Masuk Surga

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

“Sebarkanlah salam, berilah makan (orang-orang yang membutuhkan), sambungkanlah silaturrahim, dan shalatlah pada malam hari ketika orang lain sedang tidur; niscaya kalian akan masuk surga dengan selamat.” (HR. Tirmidzi)

3. Kemuliaan dan Kewibawaan

Selain mendapatkan kedudukan mulia di akhirat kelak, orang-orang yang ahli shalat tahajud juga akan mendapatkan kedudukan yang mulia di dunia. Allah akan memberinya kemuliaan dan kewibawaan.

وَاعْلَمْ أَنَّ شَرَفَ الْـمُؤْمِنِ قِيَامُهُ بِاللَّيْلِ

“Dan ketahuilah, bahwa kemuliaan dan kewibawaan seorang mukmin itu ada pada shalat malamnya” (HR. Hakim; hasan)

4. Menenangkan Hati

Al-‘Allamah Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan, “Cobalah renungkan bagaimana Allah membalas shalat malam yang mereka lakukan secara sembunyi dengan balasan yang Ia sembunyikan bagi mereka, yakni yang tidak diketahui oleh semua jiwa. Juga bagaimana Allah membalas rasa gelisah, takut dan gundah gulana mereka di atas tempat tidur saat bangun untuk melakukan shalat malam dengan kesenangan jiwa di dalam Surga.” [Baca Haadil Arwaah ilaa Bilaadil Afraah oleh Ibnul Qayyim (hal. 278)].

5. Dipelihara oleh Allah dari Segala Macam Bencana

Rasulullah SAW, yang bersabda: “Barangsiapa melaksanakan shalat tahajud dengan sebaik-baiknya, dan dengan tata tertib yang rapi, maka Allah SWT akan memberikan 9 macam kemuliaan: 5 macam di dunia dan 4 macam di akhirat.”

Adapun lima keutamaan di dunia itu adalah akan dipelihara oleh Allah SWT dari segala macam bencana, tanda ketaatannya akan tampak kelihatan di mukanya, akan dicintai para hamba Allah yan shaleh dan dicintai oleh semua manusia, lidahnya akan mampu mengucapkan kata-kata yang mengandung hikmah dan akan dijadikan orang bijaksana, yakni diberi pemahaman dalam agama”.

6. Menolak Penyakit

Di antara keutamaan tahajud adalah menolak penyakit. Dengan izin Allah, orang-orang yang mengamalkan shalat sunah ini akan dijaga kesehatannya dan dijauhkan dari penyakit. Keutamaan ini telah terbukti secara medis.

7. Mendapatkan Kebaikan Dunia dan Akhirat

Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya di malam hari terdapat waktu tertentu, yang bila seorang muslim memohon kepada Allah dari kebaikan dunia dan akhirat pada waktu itu, maka Allah pasti akan memberikan kepadanya, dan hal tersebut ada di setiap malam.” (HR Muslim).

Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya di dalam Taurat tertulis, ‘Sungguh Allah telah memberikan kepada orang-orang yang lambungnya jauh dari tempat tidur apa yang tidak pernah terlihat oleh mata, tidak pernah terdengar oleh telinga dan tidak pernah terlintas dalam hati manusia, yakni apa yang tidak di-ketahui oleh Malaikat yang dekat kepada Allah dan Nabi yang diutus-Nya.’” (HR. Al-Marwazi).

Thalhah bin Mashraf berkata, “Aku mendengar bila seorang laki-laki bangun di waktu malam untuk melakukan shalat malam, Malaikat memanggilnya, ‘Berbahagialah engkau karena engkau telah menempuh jalan para ahli ibadah sebelummu.’” Thalhah mengatakan lagi, “Malam itu pun berwasiat kepada malam setelahnya agar membangunkannya pada waktu di mana ia bangun.” Thalhah mengatakan lagi, “Kebaikan turun dari atas langit ke pembelahan rambutnya dan ada penyeru yang berseru, ‘Seandainya seorang yang bermunajat tahu siapa yang ia seru, maka ia tidak akan berpaling (dari munajatnya).’” Atsar ini diriwayatkan oleh al-Aajuri dalam Fadhlu Qiyaamil Laili wat Tahajjud (hal. 58).

8. Doanya Dikabulkan

Orang yang mengerjakan shalat tahajud kemudian berdoa, insya Allah doanya dikabulkan Allah. Apalagi jika ia melakukannya di sepertiga malam yang terakhir.

Baca juga: Inilah Jawaban Shalat Tahajud Sekaligus Shalat Hajat

 

MANFAAT SHALAT TAHAJUD

Selain dari keutamaan tersebut dan memohon ampunan dan doa kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala saat shalat tahajud, melaksanakan shalat tahajud juga memiliki banyak manfaat dan faedah yang akan dirasakan oleh pelaksana. Di antara manfaat dari shalat tahajud adalah sebagai berikut.

  1. Memberikan kekuatan batin.
  2. Memberikan kekuatan mental.
  3. Memohon ampunan kepada Allah SWT.
  4. Pintu maaf dan ampunan terbuka saat 1/3 malam.
  5. Siapapun yang memiliki hajat, maka berdoa pada waktu Tahajjud adalah saat terbaik.
  6. Sebuah pengorbanan saat yang lain tidur, namun kita terbangun guna mengingat Allah Ta’ala.
  7. Shalat Tahajud dapat memperkuat pemahaman agama.
  8. Dapat memberikan inspirasi baru dan kebaikan.
  9. Shalat Tahajud dapat menghilangkan kelemahan dan menghindari dosa.
  10. Tahajjud dapat menguatkan daya ingat.

 

TATA CARA SHALAT TAHAJUD

Tahap Ke-1: Niat Shalat Tahajud

Niat menjadi kunci yang sangat penting karena akan mempengaruhi kekusyukan dalam shalat. Niat diucapkan di dalam hati dan dilakukan bersamaan dengan takbiratul ihram yaitu pada waktu mengangkat kedua tangan dengan telapak tangan menghadap ke kiblat dan sejajar dengan telinga. Bila tidak memiliki udzur, maka harus berdiri tegak

Ulama berbeda pendapat mengenai keberadaan niat dalam memulai shalat, jumhur ulama, kecuali mazhab Maliki, mensunahkan membaca niat karena membantu hati menguatkan niat shalat.

Niat dilafalkan dalam hati, tidak dengan suara. Adapun niat shalat Tahajud adalah sebagai berikut:

اُصَلِّى سُنَّةً التَّهَجُّدِ رَكْعَتَيْنِ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ ِللهِ تَعَالَى

Usholli sunnatat tahajudi rok’ataini mustaqbilal kiblati lillahi ta’aalaa.

Artinya: Aku berniat shalat Tahajud dua rakaat menghadap kiblat karena Allah semata.

Tahap Ke-2: Membaca Takbiratul Ihram

Takbiratul Ihram memiliki arti pernyataan takbir yang menjadi penanda pengharaman kita untuk berbuat apapun di luar gerakan dan bacaan shalat. Membaca takbir tidak terlalu keras dan cukup didengar oleh telinga kita sendiri, kecuali Imam yang mengucapkan takbir terdengar makmum di belakangnya.

ألله أكبر

Allahu Akbar

Artinya: "Allah Maha Besar"

Tahap Ke-3: Membaca Doa Iftitah

Doa Iftitah berarti doa pembuka yang dibaca sebelum membaca surat Al-Fatihah. Adapun hukum membaca doa iftitah ini adalah sunah. Posisi tangan bersedekap di atas antara pusar dan dada yang mana tangan kanan di atas tangan kiri.

Berikut ini doanya yang dibaca pelan (hanya terdengar oleh telinga kita),

اللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ لِلهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلًا إِنِّى وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِيْ فَطَرَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ عَلَى مِلَّةِ إِبْرَاهِيْمَ حَنِيْفًا وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ إِنَّ صَلاَتِيْ وَنُسُكِيْ وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِيْ لِلهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ لاَ شَرِيكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا مِنَ الْمُسْلِمِينَ

Allahu Akbar Kabiira Walhamdu Lillahi Katsiran wa Subhaanallahi Bukratan wa Ashiila. Inni wajjahtu wajhiya lilladzi fatharassamaawati wal ardha haniifan wa maa ana min al-musyrikin. Inna Shalaati wa Nusukii wa Mahyaaya wa Mamaati lillahi rabbi al-‘aalamin. Laa Syariika Lahu wa bidzaalika umirtu wa anaa min al-muslimiin.

Artinya: "Allah yang Maha Besar sebesar-besarnya, dan segala puji yang banyak hanya kepada Allah, dan maha Suci Allah baik di waktu pagi maupun petang. Sesungguhnya aku hadapkan diriku  kepada yang menciptakan seluruh langit dan bumi, dengan lurus mengikuti ajaran agama yang dibawa oleh Nabi Ibrahim As. dan aku bukanlah termasuk kelompok orang-orang yang menyekutukan Allah. Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, matiku, hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. Tiada sekutu bagi-Nya, dan dengan keyakinan itulah aku diperintahkan, dan saya termasuk ke dalam kelompok orang-orang yang berserah diri."

Tahap ke-4: Membaca Surat Al-Fatihah.

Surat al-Fatihah ini adalah di antara rukun shalat. Hukum membaca surat al-Fatihah adalah wajib, sehingga bila tidak membacanya, maka shalat menjadi tidak sah atau batal. Anda dapat membaca surat al-Fatihah di sini. Posisi tangan masih bersedekap.

Apabila menjadi imam berjamaah, maka bacaan al-Fatihah secara zahr atau keras atau terdengar oleh makmum di belakangnya. Bila shalat sendiri, maka cukup dibaca hingga hanya telinga kita yang mendengar.

KLIK DI SINI UNTUK MENGETAHUI SURAT AL-FATIHAH

Tahap Ke-5: Membaca surat dalam Al-Qur'an

Surat yang dipilih dapat surat yang panjang, pendek, atau sebagian ayat dari suatu surat. Apabila shalat sendirian, dipersilakan bebas membaca sebarang surat dalam al-Qur'an, namun apabila berjamaah dan menjadi imam, hendaknya membaca suratnya dengan memperhatikan kemampuan dan ketersediaan waktu bagi jamaahnya, sehingga tidak harus ayat yang panjang. Posisi tangan masih bersedekap.

Apabila menjadi imam berjamaah, maka bacaan surat pendek secara zahr atau keras atau terdengar oleh makmum di belakangnya. Bila shalat sendiri, maka cukup dibaca hingga hanya telinga kita yang mendengar.

KLIK DI SINI UNTUK MENGETAHUI SURAT DALAM AL QUR'AN

Tahap Ke-6: Ruku’

Ruku' adalah posisi tubuh membentuk sudut siku 90 derajat dengan tangan bertumpu pada dengkul. Adapun bacaan ruku' yang dibaca pelan (hanya terdengar oleh telinga kita) adalah sebagai berikut:

 سُبْحَانَ رَبِّيْ الْعَظِيْمِ وَبِحَمْدِهِ

اللهم لَكَ رَكَعْتُ وَبِكَ آمَنْتُ وَلَكَ أَسْلَمْتُ خَشَعَ لَكَ سَمْعِيْ وَبَصَرِيْ وَمُخِّيْ وَعَظْمِيْ وَعَصَبِيْ وَشَعْرِيْ وَبَشَرِيْ وَمَا اسْتَقَلَّتْ بِهِ قَدَمِيْ اللهُ رَبَّ الْعَالَمِينَ

Subhaana rabbiya al-‘azhiimi wa bi hamdihi (dibaca tiga kali)

Artinya: "Maha Suci Tuhanku Yang Maha Agung dan Maha Suci dengan segala puji kepada-Nya.

Tahap Ke-7: I’tidal

I’tidal adalah gerakan kembali berdiri tegak setelah posisi ruku' dengan kondisi tangan lurus di samping paha, sehingga tidak bersedekap. Bacaan dalam i'tidal yang dibaca pelan (hanya terdengar oleh telinga kita) adalah sebagai berikut:

سَمِعَ اللهُ لِمَنْ حَمِدَهُ … رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ وَالشُّكْرُ حَمْدًا كَثِيْرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيْهِ مِلْءُ السَّمَاوَاتِ وَمِلْءُ الْأَرْضِ وَمِلْءُ مَا بَيْنَهُمَا وَمِلْءُ مَا شِئْتَ مِنْ شَيْءٍ بَعْدُ

Sami’a Allahu liman hamidahu. Rabbana wa laka al-hamdu wa al-syukru hamdan katsiiran thoyyiban mubaarakan fiihi, mil’u ssamaawaati wa mil’u l-ardhi, wa mil’u maa bainahumaa wa mil’u maa syi’ta min syai’in ba’du. 

Artinya: "Allah senantiasa mendengar kepada siapa yang memuji-Nya. Tuhanku, kepada Engkaulah segala pujian, segala kesyukuran, pujian yang banyak, baik, lagi berkah di dalamnya. Pujian dan kesyukuran itu memenuhi seluruh langit, seluruh bumi, diantara keduanya, dan memenuhi siapa saja yang Engkau kehendaki setelahnya."

Setelah tahap ini, maka tahap selanjutnya adalah sujud yang mana perubahan posisi dari i'tidal ke sujud dengan mengucapkan takbir.

Tahap Ke-8: Sujud

Posisi sujud sebagaimana pada umumnya kita bersujud, di mana kedua tangan kita lurus di samping telinga kita. Dahi dan dengkul sejajar menyentuh lantai, sementara ujung-ujung kaki menghadap ke kiblat.

Bacaan dalam sujud yang dibaca pelan (hanya terdengar oleh telinga kita) adalah sebagai berikut:

سُبْحَانَ رَبِّيْ الْأَعْلَى وَبِحَمْدِهِ

اللهم لَكَ سَجَدْتُ وَلَكَ أَسْلَمْتَ وَبِكَ آمَنَتُ أَنْتَ رَبِّي سَجَدَ وَجْهِيْ لِلَّذِيْ خَلَقَهُ وَصَوَّرَهُ وَشَقَّ سَمْعَهُ وَبَصَرَهُ تَبَارَكَ اللهُ أَحْسَنُ الْخَالِقِينَ

Subhaana Rabbiya al-A’laa wa bi hamdihi (dibaca tiga kali) … Allahumma laka sajadtu, wa laka aslamtu, wa bika aamantu. Anta rabbi sajada wajhii lilladzii khalaqahu wa showwarahu wa syaqqa sam’ahu wa bashorohu tabaaraka Allahu ahsanu al-khaaliqin. 

Artinya: "Maha Suci Tuhanku Yang Maha Tinggi dan Maha Suci … Ya Allah kepada-Mu aku sujud, kepada-Mu aku berislam, kepada-Mu aku beriman. Engkaulah Tuhanku. Wajahku bersujud kepada yang menciptakannya, dan membentuknya, dan memberikannya telinga dan mata. Maha Suci Allah, sebaik-baiknya Pencipta.

Tahap Ke-9: Duduk di antara dua sujud

Posisi duduknya adalah tubuh tegak di mana jari kaki kiri lurus ke belakang (tidak menghadap ke kiblat) dan jari kaki kanan menghadap ke kiblat, sementara pantat bagian kiri bertumpu pada tumit kaki kiri. Posisi jari tangan memegangi dengkul. Posisi duduk seperti ini disebut duduk iftirasy. Perubahan posisi dari sujud ke posisi duduk di antara dua sujud diawali dengan mengucapkan takbir.

Adapun bacaanya yang dibaca pelan (hanya terdengar oleh telinga kita) adalah sebagai berikut:

رَبِّ اغْفِرْ لِيْ وَارْحَمْنِيْ وَاجْبُرْنِيْ وَارفَعْنِيْ وَارْزُقْنِيْ وَاهْدِنِيْ وَعَافِنِيْ وَاعْفُ عَنِّيْ

Rabbighfirlii warhamnii wajburnii warfa’nii warzuqnii wahdinii wa ‘aafinii wa’fu ‘annii

Artinya: "Ya Tuhanku, ampunilah aku, kasihanilah aku, benarkanlah aku, angkatlah derajatku, karuniakanlah aku rezeki, sehatkanlah aku, dan maafkanlah aku."

Tahap Ke-10:  Sujud

Posisi sujud dan bacaannya sama dengan sujud pada tahap ke-8. Perubahan posisi dari duduk di antara dua sujud ke posisi sujud diawali dengan mengucapkan takbir.

Sebelum bangun berdiri tegak, disunah untuk duduk sejenak sambil membaca pelan "Subhanallah". Posisi duduk istirahat seperti pada posisi duduk di tahap ke-9.

Tahap Ke-11: Bangun Berdiri Tegak

Posisi tubuh berdiri tegak kembali dengan diawali membaca takbir.

Tahap Ke-12: Membaca Al-Fatihah

Penjelasan seperti pada tahap ke-4

Tahap Ke-13: Membaca Surat Pendek

Penjelasan seperti pada tahap ke-5.

Tahap ke-14: Ruku'

Penjelasan seperti tahap ke-6.

Tahap ke-15: I'tidal

Penjelasan seperti tahap ke-7.

Tahap ke-16: Sujud

Penjelasan seperti tahap ke-8.

Tahap Ke-17: Duduk di Antara Dua Sujud

Penjelasan seperti tahap ke-9.

Tahap ke-18: Sujud

Penjelasan seperti tahap ke-8. Perubahan dari sujud ke tahap selanjutnya dilakukan dengan membaca takbir.

Tahap ke-19: Duduk Tasyahud

Posisi duduknya seperti pada gambar di mana posisi pantat kiri bertumpu ke lantai, sementara pergelangan kaki kiri berada di antara dengkul dan ujung jari kaki kanan. Duduk semacam ini disebut dengan posisi duduk Tawaruk.

Bacaan pada Tasyahud ini adalah gabungan antara bacaan Tasyahud Awal dan Tasyahud Akhir berikut ini:

التَّحِيَّاتُ الْمُبَارَكَاتُ الصَّلَوَاتُ الطَّيِّبَاتُ لِلَّهِ السَّلاَمُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِىُّ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ السَّلاَمُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللَّهِ الصَّالِحِينَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ أَللهُمَّ صَلِّ عَلى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ ، وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ ، وبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ ، وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ ، وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ

At-tahiyyaatu al-mubaarakaatu al-shalawaatu al-thoyyibaatu lillahi. Assalaamu ‘alaika ayyuhannabiyyu wa rahmatullahi wa barakaatuhu. As-Salaamu ‘alainaa wa ‘alaa ‘ibaadillahi as-shoolihin. Asyhadu an laa ilaaha illa Allah wa Asyhadu anna muhammadarrasuulullah. Allahumma Sholli ‘ala Sayyidinaa Muhammad. Wa ‘ala aali sayyidina Muhammad Kamaa shollayta ‘ala sayyidina Ibrahim. Wa Baarik ‘ala sayyidina Muhammad wa ‘ala aali sayyidina Muhammad. Kamaa baarakta ‘ala sayyidinaa Ibrahim, wa ‘ala sayyidina Ibrahim, fil ‘aalamiina innaka hamiidun majiid.

  • Keterangan: Pada waktu bacaan sampai pada "Asyhadu", maka disunahkan jari telunjuk kanan kita terbuka tegak ke depan. Atau pada waktu bacaan “Allah” yang disunahkan untuk membuka jari telunjuk secara tegak ke depan.

Artinya: “Segala ucapan selamat, keberkahan, shalawat, dan kebaikan adalah bagi Allah. Mudah-mudahan kesejahteraan dilimpahkan kepadamu wahai Nabi beserta rahmat Allah dan barakah-Nya. Mudah-mudahan kesejahteraan dilimpahkan pula kepada kami dan kepada seluruh hamba Allah yang shalih. Aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah melainkan Allah, dan aku bersaksi bahwa Muhammad itu adalah utusan Allah. Ya Allah aku sampai shalawat kepada junjungan kita Nabi Muhammad, serta kepada keluarganya. Sebagaimana Engkau sampaikan shalawat kepada Nabi Ibrahim As., serta kepada para keluarganya. Dan, berikanlah keberkahan kepada junjungan kita Nabi Muhammad, serta kepada keluarga. Sebagaimana, Engkau telah berkahi kepada junjungan kita Nabi Ibrahim, serta keberkahan yang dilimpahkan kepada keluarga Nabi Ibrahim. Di seluruh alam raya ini, Engkaulah Yang Maha Terpuji lagi Maha Kekal.

Tahap Ke-20: Mengucapkan Salam

Gerakan mengucapkan salam adalah dengan posisi tubuh dan duduk seperti pada tahap ke-34, sementara jari telunjuk kanan kembali menutup. Selanjutnya kepala menoleh ke arah kanan sambil mengucapkan salam, dilanjutkan dengan kepala menoleh ke kiri sambil mengucapkan salam.

Adapun bacaannya adalah sebagai berikut:

السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

Assalaamu ‘Alaikum Warahmatullahi wa Barakaatuhu

Keselamatan senantiasa tercurah kepada kalian, juga rahmat Allah dan keberkahan-Nya.

Baca juga: Shalat Tahajud Harus Dilakukan Istiqamah oleh Pengurus NU

 

BACAAN DZIKIR SETELAH SHALAT TAHAJUD

Setelah selesai shalat tahajud lengkap dengan bacaannya yang urut dan benar, maka dilanjutkan dengan berdoa atau berdzikir. Dzikir dan doa bertujuan untuk berserah diri kepada Allah Swt untuk memohon ampunan dan petunjuk-Nya.

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اذْكُرُوا اللّٰهَ ذِكْرًا كَثِيْرًاۙ (٤١) وَّسَبِّحُوْهُ بُكْرَةً وَّاَصِيْلًا (٤٢)

Yaa ayyuhaa alladziina aamanuu udzkuruu allaaha dzikran katsiiraan (41), wasabbihuuhu bukratan wa-ashiilaan (42).

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, berzdikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya (41).  Dan bertasbihlah kepada-Nya diwaktu pagi dan petang (42).

Dari penjelasan Surah Al Ahzab ayat 41 dan 42 diatas, kita sebagai hamba-Nya disunahkan untuk berdzikir dan berdoa kepada Allah untuk memonoh ampunan dan petunjuk-Nya sebanyak-banyaknya.

Doa dan dzikir itu bisa dilakukan kapan saja mulai dari waktu pagi hingga petang. Allah telah membuka jalan buat hamba-Nya untuk selalu memohon kepada-Nya kapan saja. Tinggal kita yang rajin memohon dan meminta petunjuk-Nya. Aamin.

Bacaan Dzikir Sesudah Shalat Tahajud lainnya yang bisa di amalkan antara lain:

  • Membaca Dzikir Istighfar
  • Membaca Dzikir Tasbih (Subhanallah)
  • Membaca Dzikir Tahmid (Alhamdulillah)
  • Membaca Dzikir Takbir (Allahu Akbar)
  • Membaca Dzikir Laa ilaaha illallah
  • Membaca Dzikir Sholawat Nabi Muhammad
  • Membaca Surat Al Ikhlas, Surat Al Falaq dan Surat An Nas
  • Ditutup sebagai Doa akhir adalah membaca Surat Al Fatihah

 

BACAAN DOA SETELAH SHALAT TAHAJUD LENGKAP

Setelah selesai mengerjakan shalat tahajud disunahkan untuk membaca doa setelah shalat tahajud lengkap berikut ini.

اَللّٰهُمَّ لَكَ الْحَمْدُ اَنْتَ قَيِّمُ السَّمَوَاتِ وَاْلاَرْضِ وَمَنْ فِيْهِنَّ، وَلَكَ الْحَمْدُ اَنْتَ مَالِكُ السَّمَوَاتِ وَاْلاَرْضِ وَمَنْ فِيْهِنَّ، وَلَكَ الْحَمْدُ اَنْتَ نُوْرُ السَّمَوَاتِ وَاْلاَرْضِ وَمَنْ فِيْهِنَّ، وَلَكَ الْحَمْدُ اَنْتَ الْحَقُّ وَوَعْدُكَ الْحَقُّ وَلِقَاءُكَ حَقٌّ وَقَوْلُكَ حَقٌّ وَالْجَنَّةُ حَقٌّ وَالنَّارُ حَقٌّ وَالنَّبِيُّوْنَ حَقٌّ مُحَمَّدٌ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَقٌّ وَالسَّاعَةُ حَقٌّ

اَللّٰهُمَّ لَكَ اَسْلَمْتُ وَبِكَ اَمَنْتُ وَعَلَيْكَ تَوَكَّلْتُ وَاِلَيْكَ اَنَبْتُ وَبِكَ خَاصَمْتُ وَاِلَيْكَ حَاكَمْتُ فَاغْفِرْلِيْ مَاقَدَّمْتُ وَمَا اَخَّرْتُ وَمَا اَسْرَرْتُ وَمَا اَعْلَنْتُ وَمَا اَنْتَ اَعْلَمُ بِهِ مِنِّيْ، اَنْتَ الْمُقَدِّمُ وَاَنْتَ الْمُؤَخِّرُ لاَاِلَهَ اِلاَّ اَنْتَ، وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ اِلاَّ بِاللهِ

Allaahumma lakal hamdu anta qayyumus samaa waati wal ardhi wa man fiihinna. wa lakal hamdu anta malikus samaa waati wal ardhi wa man fiihinna, wa lakal hamdu anta nuurus samaawaati wal ardhi wa man fiihinna, wa lakal antal haqqu, wa wa’dukal haqqu, wa liqaa’uka haqqu, wa qaulukal haqqun, wal jannatu haqquw wannaaru haqquw wan-nabiyyuuna haqquw wa Muhammadun shallallahu ‘alaihi wa sallama haqquw wassaa’atu haqq.

Allaahumma laka aslamtu wa bika aamantu wa ‘alaika tawakkaltu wa ilaika anabtu, wa bika khaashamtu wa ilaika haakamtu faghfirlii maa qoddamtu wa maa akhkhartu wa maa asrartu wa maa a’lantu wa maa anta a’lamu bihiminnii. antal muqoddimu wa antal mu’akhkhiru laa ilaaha anta. wa laa haula wa laa quwwata illaa billaah.

Artinya: “Ya Allah bagi-Mu-lah segala puji, Engkaulah yang mengurus langit dan bumi serta semua makhluk yang ada pada keduanya. Dan bagi-Mu segala puji, Engkau Raja langit dan bumi beserta semua makhluk yang ada pada keduanya. Dan bagi-Mu segala puji, Engkau cahaya langit dan bumi beserta semua makluk yang ada pada keduanya. Dan bagi-Mu segala puji, Engkau Maha benar, janji-Mu adalah benar, pertemuan dengan-Mu adalah benar, ucapan-Mu adalah benar, surga adalah benar, neraka adalah benar, para nabi adalah benar dan Nabi Muhammad Saw adalah benar serta hari kiamat adalah benar.”

“Ya Allah hanya kepada-Mu aku berserah diri, kepada-Mu aku beriman, kepada-Mu aku bertawakal, hanya kepada-Mu aku kembali (bertaubat), kepada-Mu aku mengadu, dan kepada-Mu aku meminta keputusan, maka ampunilah dosa-dosaku yang telah lalu dan yang kemudian serta apa yang kusembunyikan dan yang kulakukan dengan terang-terangan dan apa yang lebih Engkau ketahui dariku, Engkau yang mendahulukan dan yang mengakhirkan, tiada Tuhan selain Engkau, dan tiada daya (unutk menghindar dari kemaksiatan) dan tiada kekuatan (untuk melakukan ibadah) kecuali dengan pertolongan Allah.”

Bacaan doa setelah shalat tahajud arab, latin dan artinya adalah doa yang dibaca setelah shalat tahajud. Setelah selesai membaca doa ini, Anda bisa membaca doa yang lainnya seperti doa ayat kursi, doa qunut nazilah atau doa-doa mohon ampunan dan memmohon petunjuk-Nya.

Baca juga: Hukum Sholat Tahajut Secara Berjamaah

 

KESIMPULAN

Dari beberapa penjelasan di atas setidaknya dapat disimpulkan bahwa Tahajud secara memiliki arti mujanabatul hajud  yaitu menjauhi tempat tidur. Dalam kaitannya dalam ibadah, tahajjud adalah “meninggalkan tempat tidur untuk melakukan shalat”. Adapun shalat tahajjud termasuk kedalam shalat sunah yang dikerjakan pada malam hari setelah bangun tidur.

Terdapat banyak keutamaan dari shalat tahajud, di antaranya adalah bahwa shalat tahajud adalah shalat sunah paling utama, kunci masuk surga, menenangkan hati, dipelihara oleh Allah dari segala macam bencana, menolak penyakit, mendapatkan kebaikan di dunia dan akhirat, serta doanya dikabulkan.

Selain keutamaan itu, orang yang melaksanakan shalat tahajud juga akan mendapat manfaat di antaranya adalah memiliki kekuatan batin dan kekuatan mental, dapat memohon ampunan kepada Allah secara khusyuk, terbukanya pintu ampunan di waktu sepertiga malam, dan memperkuat pemahaman agama, serta menguatkan daya ingat.

Dengan demikian, melalui tulisan tentang tata cara shalat tahajud ini bisa membantu dan memberikan informasi yang bermanfaat. Semoga tata cara dan tuntunan shalat tahajud yang kami buat ini dapat bermanfaat, terutama bagi orang yang berniat ingin melaksanakan shalat sunah tahajud yang sangat dianjurkan ini. Aamiin ya Rabbal ‘aalamiin.

 

SUMBER

  • An-Nawawi. Al Minhaj Syarh Shahih Muslim bin Al Hajjaj, 6/19, Beirut: Dar Ihya’ At Turots Al Arobi. 1392
  • Al-Aajuri. Fadhlu Qiyaamil Laili wat Tahajjud (hal. 58).
  • Ibnul Qayyim. Haadil Arwaah ilaa Bilaadil Afraah (hal. 278)
  • Syihabuddin Al-Ramli. Nihayatul Muhtaj Ila Syarhil Minhaj, Beirut: Dar al-Fikr. 1404 H