Ziarah di Makam Kyai Muqoyyim, Muasis Pesantren Buntet Cirebon

Memperoleh Donasi Sebesar : Rp 0. Donasi Sekarang
 
Ziarah di Makam Kyai Muqoyyim, Muasis Pesantren Buntet Cirebon

Daftar Isi

Laduni.ID, Jakarta - Kiai Muqoyyim adalah ulama sakti dan pendiri Pesantren Buntet Cirebon, Jawa Barat, di jaman Belanda Kiai Muqoyyim sering dicari Belanda, hingga pernah dikepung pesantren oleh Belanda, tetapi dia menghilang entah kemana.

Seusai berkelana ke berbagai daerah, yakni Tuk Cirebon, Pemalang, dan Aceh, Mbah Muqoyyim kembali lagi ke Buntet atas permintaan utusan dari kesultanan Cirebon untuk mengatasi penyakit kholera yang mewabah di Cirebon. Mbah Muqoyyim mengajukan dua syarat untuk itu, yakni dipulangkannya kembali Pangeran Kanoman ( Chaeruddin ) dan penguasa mendirikan masjid di wilayah Cirebon. Dua syarat itu langsung dikabulkan Belanda. Akhirnya, beliau kembali ke Buntet dan merintis kembali pesantren yang sempat ditinggalkannya selama beberapa tahun.

Profil

Kyai Muqoyyim bin Abdul Hadi lahir di Cirebon, ayah beliau yakni Kyai Abdul Hadi adalah Mufti Keraton Kanoman Cirebon.

Lokasi Makam

Makam Kyai Muqoyyim berada di Jl. Raya Mbah Muqoyyim Desa Tuk Karangsuwung, Lemahabang, Cirebon, Jawa Barat

Haul

Haul Kiai Muqoyyim diperingati bersamaan dengan Haul Almarhumin Sesepuh dan Warga Pondok Buntet Pesantren, Haul ini diadakan tidak hanya mendoakan para sesepuh pesantren Buntet saja tetapi juga mendoakan seluruh warga Pondok Buntet Pesantren yang telah lebih dulu wafat.

Haul Almarhumin Sesepuh dan Warga Pondok Buntet Pesantren diperingati tiap setahun sekali pada bulan Zulhijah tahun Hijriah.

.

Motivasi Ziarah Menurut Syekh An Nawawi al Bantani

1. Untuk Mengingat mati dan Akhirat
2. Untuk mendoakan
3. Untuk mendapatkan keberkahan
4. Memenuhi hak ahli kubur yang diziarahi, seperti ke makam orang tua

Fadilah

Makam Kiai Muqoyyim banyak dikunjungi para peziarah dan santri. Tak hanya datang dari wilayah Kudus saja. Banyak peziarah yang datang dari luar kota dan bahkan dari luar Jawa yang berziarah di makamnya yang berada di Komplek pemakaman Umum di Desa Tuk Karangsuwung, Lemahabang, Cirebon.

Ada keyakinan dari masyarakat dan santri yang datang ke sana bahwa dengan berziarah, berdoa dan bertawassul di makam Kiai Muqoyyim, maka akan dibukakan mata batin dan pikirannya dalam mencari ilmu, dinaikkan derajatnya, dimudahkan dalam mencapai cita-citanya bagi para santri dan hajatnya bagi para peziarah.

Oleh-oleh

Oleh-oleh yang bisa dibeli dan dibawa pulang usai ziarah di Cirebon di antaranya:
Sirup Tjampolay, Terasi Udang Cirebon, Kue Gapit, Jambal Roti, Serabi, Kerupuk Rambak, Keripik, Batik Cirebon

Raden Fatah adalah pendiri dan raja Demak pertama dan memerintah tahun 1500-1518.
 

Profil

KH. Ahmad Sholeh adalah putra kedua dari KH. Muhammad Nur pendiri Pondok Pesantren Langitan. Beliau lahir di Tuban sekitar tahun 1820 an.  KH. Ahmad Sholeh menikah 1287 Hijriyah dengan Raden Nyai Asriyah, puteri KH. Mukhtar (pengasuh Pondok Pesantren Cepoko, Kabupaten Nganjuk). Dari pernikahan tersebut lahir putera dan puteri diantaranya:

  1. Nyai Shofiyah (dinikahkan dengan KH. Khozin, penerus estafet K.H. Ahmad Sholeh di Pondok Pesantren Langitan)
  2. KH. Dahlan Hasbullah
  3. KH. Adnan
  4. Nyai Sholihah (dinikahkan dengan KH. Zainuddin Mojosari, Kabupaten Nganjuk)
  5. Nyai Khodiyah (dinikahkan dengan KH. Rofi’i Gondanglegi, Kabupaten Nganjuk)
  6. Satu puteri lagi yang dinikahkan dengan KH. Nur Iman (berdomisili di Tuban).

Guru-guru beliau di antaranya:

  1. KH. Muhammad Nur (Ayahanda KH. Ahmad Sholeh)
  2. K.H. Abdul Qodir atau Abdul Qohhar (Pesantren Al-Najiyah Sidoresmo, Surabaya)
  3. K.H. Hasbullah (Pesantren Sambilangan, Madura)
  4. Syekh Nawawi Banten
  5. Syekh Ahmad bin Zaini Dahlan (Imam dan Mufti Mahzab Syafi’i di Mekkah al-Mukaromah)
  6. Syekh Muhammad Al-Muqri
  7. Syekh Muhammad bin Sulaiman Hasbullah Al-Makki
  8. Syekh Ahmad Nahrowi
  9. Sayyid Muhammad Saleh bin Sayyid Abdur Rahman Az-Zawawi
  10. Syekh Zahid, Syekh Umar Asy-Syami
  11. Syekh Yusuf Al-Mishri
  12. Syekh Jamal (Mufti Mazhab Hanafi)

Untuk kelanjutannya tentang Profil beliau silahkan baca di Biografi KH. Ahmad Sholeh

Lokasi Makam

KH.  Ahmad  Sholeh  mengasuh  Pondok Pesantren Langitan, selama kurang lebih 32 tahun. Beliau wafat pada tahun 1320 H./1902 M. dan dimakamkan di  kompleks pesarean di Desa Widang, kurang lebih 400 meter sebelah utara kompleks Pondok Pesantren Langitan.

Haul

Haul beliau diperingati tiap tahun pada bulan Shofar tahun Hijriah di pesantren Langitan Tuban

Motivasi Ziarah Menurut Syekh An Nawawi al Bantani

1. Untuk Mengingat mati dan Akhirat
2. Untuk mendoakan
3. Untuk mendapatkan keberkahan
4. Memenuhi hak ahli kubur yang diziarahi, seperti ke makam orang tua

Fadilah

Makam KH. Ahmad Sholeh banyak dikunjungi para peziarah dan santri. Tak hanya datang dari wilayah Tuban saja. Banyak peziarah yang datang dari luar kota dan bahkan dari luar Jawa yang makamnya berada di Komplek pemakaman di Desa Widang, Tuban.

Ada keyakinan dari masyarakat dan santri yang datang ke sana bahwa dengan berziarah, berdoa dan bertawassul di makam  KH. Ahmad Sholeh, maka akan dibukakan alam pikiran dan hatinya dalam menerima ilmu, Diberi kemudahan dalam mencari rezeki, diberi kemudahan dalam mencari jodoh, dan diberi kemudahan dalam mendapatkan anak sholeh dan sholehah.

Oleh-oleh

Oleh-oleh yang bisa dibeli dan dibawa pulang usai ziarah di Tuban di antaranya:
Cumi Crispy, Kecap Laron, Keripik Gayam, Buah Siwalan, Legen, Terasi Udang, Amplo, Gemblong, Ikan asin Tuban, Kerupuk ikan