Biografi KH. Makhtum Hannan Cirebon

 
Biografi KH. Makhtum Hannan Cirebon
Sumber Gambar: Istimewa, Ilustrasi: laduni.ID

Daftar Isi:

1.    Riwayat Hidup dan Keluarga
1.1  Lahir
1.2  Riwayat Keluarga
1.3  Wafat

2.    Sanad Ilmu dan Pendidikan
2.1  Pendidikan
2.2  Guru-Guru

3.    Perjalanan Hidup dan Dakwah
3.1  Menjadi Pengasuh Pesantren
3.2  Mendirikan Madrasah
3.3  Kiprah di Nahdlatul Ulama

4.    Teladan
4.1  Sosok yang Tawadhu' dan Telaten Mendidik Santri
4.2  Teguh Pendirian

5.    Referensi

1. Riwayat Hidup dan Keluarga

1.1 Lahir
KH. Makhtum Hannan lahir pada 13 Juni 1938 M. di Cirebon. Beliau merupakan putra dari pasangan KH. Abdul Hannan dengan Nyai Solihah. Ayah beliau merupakan sesepuh Babakan Ciwaringin yang masih keturunan Sunan Giri bin Maulana Ishaq.

  1. Syekh Maulana Ishaq,
  2. Syekh Abdul Muhyi Sunan Giri,
  3. Sayyid Maulana Faqih Ibrahim,
  4. Dalem Suka Hurang,
  5. Khatib Arya Agung,
  6. Sunan Bahuki,
  7. Sunan Raja Desa,
  8. Sunan Ratna Geulis/Kikis,
  9. Mas Buyut,
  10. Syekh Abdul Latif,
  11. Kyai Abdurrahim,
  12. Kyai Kamali,
  13. Kyai Subki,
  14. Kyai Abbas,
  15. Kyai Mansur,
  16. Kyai Juman,
  17. Kyai Masina,
  18. Kyai Toyyib,
  19. KH. Abdul Hannan,
  20. KH. Makhtum Hannan.

1.2 Riyawat Keluarga
KH. Makhtum Hannan menikah dengan Nyai Hj. Aminah. Dari pernikahannya, beliau dikaruniai 6 anak. Berikut putra-putri beliau;

  1. Hj. Idah Faridah,
  2. KH. Rahmat Jauhari Makhtum,
  3. Kyai Muhamad Mar’i,
  4. Kyai Syuhada,
  5. Kyai Kholid,
  6. Gus Muhammad Arsyad.

1.3 Wafat
KH. Makhtum Hannan wafat pada pagi hari sekitar pukul 06.35 WIB, hari Sabtu, 21 Desember 2017, dalam usia 73 tahun.

2. Sanad Ilmu dan Pendidikan

2.1 Pendidikan
KH. Makhtum Hannan memulai pendidikannya dengan belajar ilmu agama pada ayahnya, KH. Abdul Hannan, pamannya, KH. Masduki Ali dan juga kakaknya KH. Amrin Hannan. Selain itu, beliau pernah belajar di Pondok Pesantren Kaliwungu yang diasuh oleh KH. Abu Khaer Pasarean, KH. Subki, dan KH. Fadhil.

Setelah selesai, mondok di Pesantren Kaliwungu, beliau melanjutkan pendidikannya dengan belajar di Pondok Pesantren Lasem di bawah asuhan Syekh Masduki dan Syekh Mansur bin Khalil.

2.2 Guru-Guru

  1. KH. Abdul Hannan (ayah),
  2. KH. Masduki Ali,
  3. KH. Abu Khaer Pasarean,
  4. KH. Subki,
  5. KH. Fadhil,
  6. Syekh Masduqi Al-Lasimy,
  7. Syekh Mansur bin Khalil.

3. Perjalanan Hidup dan Dakwah

3.1 Menjadi Pengasuh Pesantren
Sepulang menuntut ilmu KH. Makhtum Hannan meneruskan Pondok Pesantren Masyariqul Anwar yang diasuh oleh ayahnya di Babakan Ciwaringin Cirebon. Kemudian, saat menjadi pengasuh, KH. Makhtum mendirikan Jamiyyah Hadiyu dan Istighatsah. Cabang-cabangnya tersebar di seluruh wilayah tiga: Cirebon, Kuningan, Majalengka, dan Indramayu. Bahkan jaringannya sudah tersebar di Jawa maupun Luar Jawa.

3.2 Mendirikan Madrasah
Pada tahun 1960 M, bersama para Kyai lainnya KH. Makhtum Hannan mendirikan Madrasah Al-Hikamus Salafiyyah (MHS) tingkat Ibtidaiyyah, Tsanawiyyah, Aliyyah, dan Ma'had Aly. Di tahun 1963 M, KH. Makhtum Hannan bersama pengasuh Pesantren Babakan Ciwaringin lainnya mendirikan Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Model.

Sejak tahun 1996 M. setiap malam Jum’at, KH. Makhtum Hannan memimpin istighosah bertempat di Maqbarah KH. Makhtum Hannan. Setiap bulannya, secara rutin digelar istighosah kubro yang diikuti ribuan orang dari pelosok-pelosok desa dan luar daerah.

3.3 Kiprah di Nahdlatul Ulama
Dalam struktural Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) 2015-2020, KH. Makhtum Hannan menjabat sebagai Mustasyar (Dewan Pansihat) PBNU.

4. Teladan

4.1  Sosok yang Tawadhu’ dan Telaten Mendidik Santri
KH. Makhtum Hannan tidak mau mengajar kitab yang besar-besar pada para santrinya. Sekelas KH. Makhtum Hannan tentu tidak mungkin tidak mampu membaca kitab-kitab gramatika Arab besar sekelas Alfiyah, Mughnil Labib, ‘Uqudul Juman, atau kitab-kitab fiqih besar sekelas Al-Umm, Mughnil Muhtaj, dan kitab-kitab fiqih madzhab Syafi’i lainnya.

Beliau lebih memilih kitab-kitab kecil untuk membekali santrinya di kemudian hari membaca kitab-kitab besar tersebut. Beliau sangat telaten mengajari kitab tersebut pada para santrinya. Satu bab saja bisa dibahas dalam beberapa kali pertemuan.

Selain telaten mendidik santri, beliau juga sosok ulama yang sangat tawadhu' dan hati-hati. Prof. Dr. Nadirsyah Hosen pernah menceritakan, bahwa saat KH. Makhtum Hannan diminta untuk berdoa menutup acara pertemuan para Kyai yang tergabung dalam AHWA, beliau sempat menolak dan tidak mau. Begitulah sosok Kyai Makhtum di mata para santri dan masyarakat secara umum.

4.2  Teguh Pendirian
KH. Makhtum Hannan merupakan sosok ulama yang sangat teguh pendiriannya. Kalau beliau sudah berkata A, ya harus A, tidak boleh B. Suatu saat pada tahun 2008, pemerintah berencana membangun tol Cipali yang saat itu ingin “menabrak” lingkungan Pesantren Babakan Ciwaringin Cirebon. Konon, pemerintah juga bersedia menggelontorkan uang yang jumlahnya tidak sedikit untuk masyarakat dan para Kyai yang pesantrennya terkena gusuran, namun KH. Makhtum menolaknya dengan tegas tawaran tersebut.

5. Referensi
NU Online

Artikel ini sebelumnya diedit pada tanggal 13 Juni 2023, dan kembali diedit dengan penyalarasan bahasa tanggal 21 Desember 2023.

 

Lokasi Terkait Beliau

List Lokasi Lainnya