Ketika Sekte Wahabi Membom Makam Imam Nawawi

 
Ketika Sekte Wahabi Membom Makam Imam Nawawi

LADUNI.ID, Jakarta - Suriah kembali diguncang oleh ledakan bom pada tanggal 7 Januari lalu. Kali ini targetnya adalah makam Imam Nawawi, seorang ulama besar Islam, ulama kenamaan mazhab Syafii pada abad ke-7.

Kantor berita lokal wilayah Nawa merilis video berdurasi 01:03 menit yang berisi rilis pendek puing-puing makam Imam Nawawi setelah diledakkan oleh sekawanan orang tak dikenal, sehingga menambahkan komentar dalam video tersebut.

Namun, dalam jejaring sosial facebook, beberapa warga Nawa menulis pagi lalu antara pukul 4 dan 5 Subuh ada mobil milik Jabhah Nusrah (JN) yang membawa seluruh anggota dengan senapan mesin. Mereka menanam bahan peledak tepat di tengah-tengah makam Imam Nawawi. Suara ledakan bom ini dikeluarkan hingga seluruh penjuru kota Nawa.

Sebelum peledakan makam Imam Nawawi ini, Jabhah Nusrah yang berafiliasi kepada sekte Wahabi ini juga pernah meledakkan makam bagi sahabat Nabi SAW., Ammar bin Yaser, yang juga terhubung di Suriah. Kebiasaan mereka, setelah meledakkan kuburan-kuburan yang mereka anggap sebagai pusat syirik, mereka tertawa terbahak-bahak sambil meneriakkan kalimat takbir, Allahu Akbar.

Biografi Singkat Imam Nawawi

Hampir 4 tahun lebih dia makan roti kering dan minum air putih, tidak ada waktu untuk memasak masakan enak, karena sibuk belajar. Buah-buahan yang mengandung banyak di pasar-pasar Damaskus pun jarang makan, karena khawatir yang dia makan itu adalah buah-buahan hasil dari tanah wakaf milik umat Islam. Cerita tentang karamah dia memenuhi buku-buku yang membahas tentang karamah Ulama, antara lain disebut sebagai kompilasi menulis di malam hari, cahaya memancar dari ujung jari-jari beliau, sehingga menerangi tempat dia menulis. Dia meninggal di usia yang relatif sangat mudah, pada usia yang sangat produktif, yaitu 45 tahun.

Dia adalah Imam Hafez Muhayeddin Abu Zakarya Yahya bin Syaraf Nawawi, yang lebih dikenal sebagai Imam Nawawi, nisbah untuk kampung dia bernama Nawa, sebuah desa di Propinsi Dar'a di selatan Damaskus. Dia lahir di Nawa (1233 M), belajar, mengajar dan menulis karya-karyanya di Damaskus, sebelum meninggal dia kembali ke kampung Nawa, dan meninggalkan dunia di kampung itu.

Dia, yang berumur sangat berkah ini, pulang karya yang luar biasa, dikirim lebih dari 20 karya besar, antara lain Syarh Sahih Muslim sekitar 12 jilid, Majmu Syarh Muhazzab 20 jilid, dan yang paling fenomenal menjadi Best Seller sepanjang masa adalah Riyadhus Shalihin, yang diterjemahkan ke dalam edisi bahasa dunia.

Meskipun dia relatif muda, tetapi di kalangan ulama zamannya dia sangat terhormat, seorang ulama teladan. Beliau meninggalkan banyak karya tulis dan murid-murid yang kemudian pindah kembali beliau.

Pernah suatu kompilasi, Sultan yang berkuasa di Damaskus yang akan melawan Tartar, karena ekonomi Negara terpuruk, menyanyikan Sultan meminta dana untuk membiayai perang dengan mengambil pajak dari masyarakat, semua Ulama yang dikumpulkan untuk ditanyakan, dan semua ulama Imam Nawawi yang tidak hadir. Sultanpun mengundang sang Imam dan meminta pendapatnya.

“Saya setuju, senangkan semua emas yang ada di istana dan seluruh perhiasan yang dipakai dayang-dayang Istana telah dikumpulkan dan tidak cukup, baru boleh ambil pajak dari rakyat”. Kebijakan Pemerintah harus menguntungkan masyarakat, harus memberi kemaslahatan bagi masyarakat, bukan demi keuntungan pribadi, golongan diekspor tambahan.

Hari ini (7/1), dapat berita dari seorang sahabat, dia mengatakan kuburan sang Imam pagi ini dihancurkan dengan bom yang ditanam di kuburan. Beberapa aktifis mengatakan bahwa pelakunya adalah Jabhah Nusroh, karena kuburan adalah tempat syirik, dimana banyak dikunjungi oleh masyarakat untuk ziarah, berdoa dan mencari berkah. Hasbunallah wani'mal wakil.

Beberapa tahun yang lalu saya pernah ziarah ke makam sang Imam, di atas kuburannya ada sebuah pohon yang sudah tua, tapi tidak berdaun, anehnya pohon itu masih segar, dan jika kita lukai batangnya seperti pohon yang masih hidup. Rahimallah Imam Nawawi. 


*) Saief Alemdar