Corona, Tentara Allah yang Dilarang Masuk Rumah Allah

 
Corona, Tentara Allah yang Dilarang Masuk Rumah Allah

LADUNI.ID, Jakarta - Tulisan kali ini cukup menggelitik telinga, berangkat dari kegelisahan pribadi akan semakin liarnya tafsir Agama Khusus nya tafsir Al Quran yang seharus nya sangat sakral kini justru liar ibarat bangunan tanpa tuan di jagat medsos.

Berawal dari ungkapan seorang yang menyebutkan bahwa "virus korona adalah tentara Allah untuk melindungi warga uigur dari kedzaliman rezim".

Maka tidak sedikit rakyat indonesia terutama mereka yang lagi demen Agama tapi belum terbekali pengetahuan yang cukup sangat terpengaruh ucapan tersebut.

Dampaknya, di saat semua negara sibuk mengatasi penyebaran wabah corona justru ada sebagian orang yang otaknya sudah terdoktrin kebencian terhadap klompok tertentu menari riang alias gembira di atas derita ribuan orang yang terdampak musibah.

Kini, dampak virus corona  tersebar semakin luas. Korbanya telah melintasi berbagai negara, etnis, bahkan agama, hingga Saudi Arabia sebagai tuan rumah tanah suci sekalipun khawatir akan dampak virus mematikan tersebut.

Pemerintah Saudi menutup sementara kadatangan wisatawan luar negeri termasuk jama'ah umroh dari seluruh dunia.

Penulis-pun kaget, melihat reaksi warganet atas keputusan pemerintah arab saudi, ada yang cuek,  kecewa, bahkan ada yang komentar "aku iklas mati akibat corona asalkan mati di tanah haram".

Bahkan justru ada yang nyinyir " kenapa tentara Allah (corona) di larang masuk ke tanah suci, padahal corona telah berjasa menghabisi musuh musuhnya...?"

Debate is enough, Penulis tidak ingin terjebak perdebatan warganet soal corona, Apakah itu adzab, musibah, ujian atau apapun namanya karena soal corona hanya Allah yang maha tahu.

Tatapi penulis ingin fokus pada persoalan Tafsir atas fenomina alam yang terjadi  dan harus melibatkan teks teks agama untuk melegitimasi pendapatnya,  Sungguh patut di sayangkan.

Jika yang melakukan itu orang awam mungkin masih bisa di maklumi, tapi hal ini justru di lakukan klompok terpelajar, bahkan figur populer yang sering meramaikan beranda medsos kita.

Dalam kasus corona yang selama ini di tuduhkan bahwa virus itu adzab bagi "kafir" eh ternyata korbannya menyentuh semua penganut agama termasuk mereka yang iman.

Jika corona di tuduhkan adzab bagi negara tertentu ternyata tuduhan tersebut meleset karena semua negara merasakan dampak corona.

Hal semacam ini bisa berakibat fatal bagi audiens, bagi mereka yang punya bekal ilmu pasti sadar bahwa yang salah itu pihak yang menuduh yakni "manusia" bukan kesalahan teks agama. Tapi bagi yang awam justru bisa tersesat dan meyakini bahwa teks agama-lah yang salah memberi Informasi.

Maka dari itu, ikhtiyat (berhati hati) dalam memahami teks agama apalagi mau di sampaikan pada khalayak sangatlah penting. Nabi sendiri sudah mengingatkan;

.....فليقل خيرا او ليصمت

....Hendaknya Berkata baik atau diam saja.

Bahkan Ada juga hadis yang sangat populer,

Dari abu Hurairah  Rasulullah SAW bersabda :

مَنْ كَذَبَ عَلَيَّ مُتَعَمِّدًا فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنْ النَّارِ

“Barangsiapa yang berdusta atas namaku dengan sengaja maka hendaklah dia mengambil tempat duduknya di Neraka” (HR. Bukhari dan Muslim)

Hadis di atas berkaitan dengan kewajiban manusia untuk ekstra hati hati dalam menafsirkan teks Agama. Apalagi bagi mereka yang tidak memiliki kopetensi ilmu pengetahuan agama yang cukup.

Lantas...!

Siapa saja yang berhak menafsirkan teks Agama?

jika tolak ukur seorang bisa di sebut Mufassir mengikuti standar imam As Sayuti dalam al itqon Fi ulumil Qura'an, rasanya belum terlihat sosok alim di zaman ini yang memenuhi syarat sebagai mufassir Al Quran. Yang ada hanyalah orang pinter (alim) yang menguasai literatur arab klasik sebagai bekal dasar memahami karya ulama ahli tafsir terdahulu, kemudian menjadi sebuah karya baru dengan kemasan yang lebih rinci dan kontekstual.

Maka dari itu, untuk memahami al Quran tidak cukup hanya dengan Hafal 30 juz  dan modal terjemahan saja, tetapi harus memahami ilmu pendukung lainnya seperti nasakh mansuhk, asbabun nuzul, pendapat sahabat, pendapat ulama' salaf, dll.

Maka kita wajib berhati hati  dalam memahami teks agama, lebih baik merasa bodoh hingga terus menerus belajar, daripada merasa pinter dan menang sendiri yang berujung blunder.

Jika kita seorang dai, hendaknya lebih arif dan bijak menghadapi segala problematika umat, hindari petikan kata konntroversial yang bisa memecah belah umat,  serta tatep mendahulukan persatuan dan kesatuan bangsa.

Semoga virus corona segera pergi, dan bagi yang ingin melaksanakan umroh segera bisa berangkat. Amin.

Terakhir, Pesan moral dari Al Qur'an "jika ada berita datang dan belum jelas asal usul-nya maka hendaknya di klarifikasi terlebih dahulu, karena fitnah itu lebih kejam dari pembunuhan, dan fitnah soal corona jauh lebih berbahaya dari virus itu sendiri. Sekian


*) Fauzan amin, Ikatan Sarjana Quran Hadis Indonesia (ISQH)