Share Status yang Baik di Sosmed adalah Jariyah

 
Share Status yang Baik di Sosmed adalah Jariyah

LADUNI.ID, Jakarta - Era milenial saat ini ditandai dengan beroperasinya teknologi di berbagai sendi.  Jika di awal abad millennium ke-21, pemaikaian telpon genggam sudah mulai menyebar. Namun, seiring perkembangan teknologi komunikasi yang kian canggih, pemakaian telepon genggam kemudian beralih kepada pemakaian smartphone atau telpon pintar.

Beberapa aplikasi dalam smartphone seperti Facebook, Instagram, WhatsApp, TelegramTwitter, dan bahkan yang booming belakangan ini adalah aplikasi TikTok, telah membuat penggunanya seperti kehilangan kendali. Parahnya, tidak jarang pengguna aplikasi smartphone yang meng-share tulisan-tulisan bersifat provokatif dan sangat berbahaya karena berpontensi meretakkan kohesivitas sosial di dunia nyata.

Kecenderungan tersebut seperti banyak ditemui di laman media sosial semacam Facebook, Instagram, dan Twitter. Narasi-narasi yang memperkeruh keadaan sosial yang dibalut dengan sentimen agama, diakui atau tidak, telah membuat penggunanya merasakan dampak yang luar biasa. Orang kemudian menjadi sering curiga, saling tidak percaya, bahkan bisa menyulut konflik.

Padahal, kecenderungan seperti itu bukan malah membuat masyarakat semakin paham tentang agama. Sebaliknya, umat akan semakin kaku dalam beragama dan hanya menciptakan kemudharatan yang nyata bagi umat beragama.

Padahal, Rasulullah shallallhu ‘alaihi wa sallam sudah berpesan agar bisa menyampaikan sesuatu yang bermanfaat bagi umat manusia. Kebermanfaatan tersebut bisa menjadi amal jariyah yang akan dibawa ketika kita telah berpulang ke rahmatullah. Ajaran-ajaran Islam yang rahmatan lil ‘alamiin adalah salah satu contoh untuk disebarkan. Hal ini sebagaimana dalil berikut.

‎فائدة

‎【 في أجر ناقل الفوائد وناسخها وناشرها】

‎▪️قال النبي صلى الله عليه وسلم

‎(إذا مات الإنسان انقطع عمله إلا من ثلاث صدقة جارية وعلم ينتفع به وولد صالح يدعو له ).

Sebuah faidah terkait pahala orang yang men-share faidah ilmu dan orang yang menyalin (menulis/memposting status ilmu).

Baginda Nabi ﷺ telah bersabda:

Jika seorang insan telah meninggal dunia, terputuslah (pahala) amalnya kecuali tiga hal:

  • - shadaqah jāriyah,
  • - ilmu yang bermanfa'at,
  • - anak shālih yang mendo'akan untuknya.

Hal ini juga dipertegas dengan penjelasan dari Al-Hafidh Abd Adhim bin Abd Qawiyy al-Mundziriy As-Syafi’I sebagai berikut.

‎• قال الحافظ عبد العظيم المنذري الشافعي رحمه الله

‎( ناسخُ العلم النافعِ له أجره وأجر من قَرأَه أو نسخه أو عمل به من بعده، ما بقي خطُّه والعمل به؛ لهذا الحديث وأمثاله، وناسخ غير النافع مِمَّا يوجبُ الإثم، عليه وزرُه ووزرُ من قرأه أو نسخه أو عمل به من بعده، ما بقي خطُّه والعملُ به)

‎ الترغيب والترهيب

"Orang yang menyalin atau mencatat (atau nyetatus) ilmu yang bermanfa'at, ia akan mendapatkan pahalanya, juga mendapatkan; pahala orang yang membacanya, pahala orang yang men-share kembali, dan pahala orang yang mengamalkannya, selama tulisannya masih ada dan diamalkan, karena berdasar pada hadits di atas dan yang semisalnya.

"Sebaliknya, orang yang menyalin atau mencatat atau nyetatus apapun yang tak bermanfa'at serta berdosa, ia pun menanggung dosanya, juga menanggung; dosa orang yang membacanya, dosa orang yang men-share kembali, dosa orang yang mengamalkannya, selama tulisannya masih ada dan diamalkan."

(At-Targhīb wa-t Tarhīb)

Dengan demikian, mari menjadi bermanfaat dengan menulis atau meng-share status yang baik ketika mengoperasikan sosial media (sosmed). Sebab, bisa jadi apa yang kita lakukan di media sosial dengan menulis status yang baik akan menjadi ladang pahala jariyah bagi kita.

Mari tinggalkan statuts-status atau tulisan-tulisan yang bersifat menjelek-jelekkan, provokatif, dan tidak berguna, yang hanya berpotensi besar melahirkan sentimen tinggi dan pada akhirnya hanya akan merapuhkan kohesivitas sosial. Jika bisa melakukan hal baik dengan cara ramah dan menyejukkan, kenapa musti dilakukan dengan cara destruktif dan menghancurkan?

Wallahu a’alam bisshawab…