Ketika Sedekah Seorang Pelacur dan Majusi Menjadi Sebab Diturunkannya Hidayah

 
Ketika Sedekah Seorang Pelacur dan Majusi Menjadi Sebab Diturunkannya Hidayah
Sumber Gambar: Pinterest, Ilustrasi: laduni.ID

Laduni.ID, Jakarta - Ada ahli Al-Qur’an yang berpendapat bahwa Surat At-Taubah itu dari awal tidak disunnahkan membaca Bismillah. Pada ayat di pertengahan surat pun tidak disunnahkan. Akan tetapi, mulai sepertiga terakhir, menurut ahli Al-Qur’an, malah mulai disunnahkan. Pendapat tersebut didasari bahwa di dalam sepertiga terakhir surat itu, pernyataan Tuhan sudah mulai lunak.

Penjelasan di atas sebagaimana dipaparkan oleh KH. Bahauddin Nur Salim atau yang akrab dikenal dengan sapaan Gus Baha'. Dalam penjelasannya, diistilahkan dengan "marahnya" Tuhan mulai mereda. Dan bahwa termasuk lunaknya Tuhan itu kalau ada orang yang bersalah telah melakukan perbuatan dosa, tetapi ia mengiringinya dengan kebaikan. Tetapi, harus disadari juga bahwa ciri utama orang yang telah bersalah itu, Allah akan mengurangi dunianya. Karena itulah, kemudian orang akan mau bersedekah, tidak hanya dengan membaca istighfar saja sambil nangis, tapi tidak mau sedekah.

Oleh sebab itu, dipahami bahwa ciri utama Allah menerima taubat orang yang bersalah tersebut, adalah melalui sedekah yang dilakukanya. Hal ini sebagaimana yang difirmankan oleh Allah SWT dalam Al-Qur’an, Surat At-Taubah ayat 103.  

خُذْ مِنْ اَمْوَالِهِمْ صَدَقَةً تُطَهِّرُهُمْ وَتُزَكِّيْهِمْ بِهَا وَصَلِّ عَلَيْهِمْۗ اِنَّ صَلٰوتَكَ سَكَنٌ لَّهُمْۗ وَاللّٰهُ سَمِيْعٌ عَلِيْمٌ

“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”

Menurut Gus Baha', dalam hal sedekah, seseorang tidak butuh niat (nawaitu). Tapi kalau orang melaksanakan ibadah shalat itu masih butuh niat dan harus Islam. Berbeda dengan sedekah yang tidak membutuhkan niat. Bahkan sedekah orang kafir saja bisa diterima oleh Tuhan, bahkan seorang bajingan pun juga diterima sedekahnya oleh Tuhan.

Dalam Kitab Ihya' Ulumuddin ada sebuah kisah menarik yang dicatat oleh Al-Ghazali dan dikaitkan dengan keberkahan sedekah. Kisah ini pernah disampaikan oleh Gus Baha' dalam sebuah pengajiannya. Kisah tersebut sangatlah masyhur dan terkenal. Bahkan hampir semua ulama ijma’ atau bersepakat bahwa amal yang pasti diterima oleh Allah itu hanya satu, yakni sedekah.

Perlu diketahui, bahwa ciri utama taubat itu pasti dimulai dengan kafarat yang harus berbentuk sedekah. Mengenai hal ini, ada sebuah kisah ekstrem yang direkam di dalam Hadis shahih, tentang seorang perempuan pelacur.

Suatu saat, usai bekerja sebagai pelacur, perempuan itu melihat seekor anjing yang menjilati pasir di pinggiran jalan yang dilewatinya. Ia kemudian sadar bahwa anjing tersebut sedang merasa kehausan.

Kebetulan di sekitar tempat itu ada sebuah sumur yang terdapat airnya. Perempuan pelacur tadi kemudian turun ke sumur untuk mengambil air menggunakan sepatunya, yang pada zaman dahulu itu berupa sepatu khuf yang bisa digunakan untuk menggayung air. 

Setelah mendapatkan air dari sumur, pelacur itu kemudian meminumkan air yang diambilnya tersebut kepada seekor anjing yang kehausan itu. Walhasil, karena perbuatan itu, Allah berterima kasih kepada seorang perempuan pelacur tersebut. Hal itu menunjukkan bahwa benar-benar ada seorang hamba-Nya yang menolong sesama hamba-Nya, yaitu menolong anjing.

Diriwatkan, bahwa Nabi yang ada pada saat itu diberikan wahyu oleh Allah, dan menyatakan bahwa perempuan tersebut diampuni karena berkahnya merawat anjing yang kehausan. Akhirnya perempuan pelacur itu mendapatkan hidayah dan bertaubat kepada Allah SWT.

Selain  kisah di atas, ada kisah lain yang tampaknya lebih mengejutkan. Cerita ini tertuang dalam Kitab Al-Hikam.

Alkisah, diriwayatkan sebuat cerita bahwa suatu hari ada seorang ulama yang tertidur di Masjidil Haram. Kemudian ulama itu bermimpi bertemu dengan Rasulullah SAW. Dalam mimpinya itu, Nabi Muhammad SAW bersabda, “Kamu datanglah ke desa ini, kemudian sampaikan salamku untuk orang ini.”

Dalam keterangan kitab di atas, ternyata orang yang dimaksud Rasulullah dalam mimpi itu adalah seorang penjahat, bahkan merupakan rajanya penjahat dan sekaligus adalah orang yang sangat kaya. Saking jahatnya, bahkan anak perempuannya sendiri yang berparas cantik dinikahinya, dan tak ada yang berani menegurnya sama sekali. 

Ketika itu, ia pernah berpikir bahwa dirinya adalah seorang yang gagah, rajanya penjahat, kaya raya dan merupakan ayah dari seorang anak yang berparas cantik. Penjahat itu lalu berkata, “Lha anakku cantik, yang merawat ya aku, kok dirasakan orang lain, ya... goblok namanya!” Lihatlah betapa buruk dan jahatnya orang tersebut. Akhirnya, anaknya sendiri yang berparas cantik itu pun dinikahinya sendiri. Tak ada orang yang berani melarangnya. 

Lalu tibalah saat bulan madu. Tepat ketika malam pengantinnya, dia melihat janda yang membawa uplik (sebuah lampu kecil yang pakai botol) atau senthir. Tiap mau bersenggama, janda itu datang dengan membawa senthir, bahkan sampai berhadap-hadapan. Tapi janda itu tiba-tiba pulang. Lalu sekitar 10 menit, janda itu kembali lagi. Didatangi, pulang lagi. Sampai tiga kali.

Lama-lama si penjahat orang Majusi itu penasaran, lalu mengikuti dan mendatangi si janda. Setelah dikejar dan berhasil didatangi, kemudian janda itu ditanya oleh si penjahat, “Kamu maksudnya bagaimana sih? Kok mengganggu saja!”

Kemudian si janda itu pun bercerita, “Wahai orang Majusi, aku punya anak-anak kecil yang menangis kelaparan. Kalau ingat anak-anakku kelaparan, hatiku iba, ingin mengemis ke kamu. Tapi kalau ingat kamu itu adalah orang Majusi, sementara saya adalah seorang Muslim. Akhirnya saya tidak jadi mengemis.”

Mendengar cerita si janda itu, akhirnya seorang Majusi itu berkata, “Ya sudah kamu di rumah saja, jangan ke rumahku. Nanti saya antar sendiri keperluanmu.”

Orang Majusi itu pulang untuk mengambil gandum dan semua perlengkapan makanan, termasuk lauk dan lain-lain. Ia antar sendiri ke rumah si janda. Hal itu dilakukan orang Majusi itu, karena saking peduli dan merasa berempati kepada seorang janda miskin dan mempunyai anak yang kelaparan. 

Usai memberikan segala keperluan pengemis janda itu, orang Majusi tersebut merasa sangat bersyukur tidak terkira, karena bisa beramal dan juga tidak jadi menggauli anaknya sendiri yang dinikahinya itu. Dia bahkan tersadar bahwa di dunia ini masih ada orang lain yang miskin dan kelaparan seperti seorang janda dan anak-anaknya.

Pagi harinya, setelah kejadian itu, datanglah seorang wali yang sebelumnya dikisahkan di atas tertidur dan bermimpi bertemu Rasulullah. Wali tersebut menyampaikan salam dari Rasulullah kepada seorang Majusi itu, “Saya diutus Nabi, menyampaikan salam pada Anda.”

Sang Majusi itu pun menangis haru mendengar hal itu. Ia kemudian masuk Islam, dan berkata kepada seorang wali yang menyampaikan salam dari Rasulullah SAW, “Nabimu itu benar-benar hebat. Aku beramal baik sekali saja kok dia tahu dan memberikan perhatiannya kepadaku”.

***

Betapa dahsyatnya keberkahan sedekah itu. Orang jahat dan kafir pun bisa mendapat syafaat dan keberkahannya. Dari sini dapat diambil pelajaran, bahwa sedekah itu adalah perkara yang sangat penting yang harus dilaksanakan oleh umat Islam sebagai umat Rasulullah SAW, mengingat perhatian beliau terkait hal itu sangatlah besar. Wallahu 'Alam bis Showab. []


Sumber: Tulisan ini merupakan catatan yang diolah dan dikembangkan dari pengajian KH. Bahauddin Nursalim. Tim redaksi bertanggungjawab sepenuhnya atas uraian dan narasi di dalam tulisan ini.

Catatan: Tulisan ini telah terbit pada tanggal 11 Agustus 2020. Tim Redaksi mengunggah ulang dengan melakukan penyuntingan dan penyelarasan bahasa.

___________

Editor: Hakim