Kisah Keistimewaan Gus Robah, Menancapkan Lidi Menenangkan Ombak

 
Kisah Keistimewaan Gus Robah, Menancapkan Lidi Menenangkan Ombak

LADUNI.ID, Jakarta - Salah seorang cucu almaghfurlah KH Maimoen Zubair (Mbah Moen), yaitu Gus Robah, dikabarkan wafat pada Hari Rabu (12/8) lalu. Dari sekian putra dan cucu Syaikhina Maimoen Zubair, yang "berbeda" cuma Gus Robah bin Abdullah Ubab Maimoen. Hingga saat ini, beliau hingga saat ini belum beristri dan juga tidak tau uang.

Masyarakat mengenal beliau sebagai orang yang mustajab doanya. Hingga sering para nelayan sebelum berangkat meminta doa pada beliau.

Suatu ketika beliau pergi memancing di pinggir laut, karena ombak agak besar, beliau menancapkan lidi. Bi idznillah, ombak berangsur tenang. Sementara itu, di tempat lain tiba-tiba Syaikhina Maimoen memanggil salah satu santri, "Cung. cari Robah... !"

Lalu pergilah santri itu mencari Gus Robah. Setelah bertemu, lalu sowan lah Gus Robah pada si Mbah Yai Maimoen. Syaikhina Maimoen kemudian dawuh, "Jangan begitu. Tidak boleh...!"

Subhanallah... Gus Robah yang menancapkan lidi di pinggir laut yang jaraknya ratusan meter, seketika di ketahui oleh si Mbah Yai Maimoen, lalu di tegur.

Gus Robah itu cucu Mbah Moen yang mulai kecil kelihatan keramat. Sewaktu beliau kecil, saat mau di khitan tidak mempan, dokternya pun matur (bilang) kepada Mbah Moen,

“Mbah, Gus Robah dikhitan mboten mempan, dos pundi niki? (Mbah, Gus Robah dikhitan tidak bisa, bagaimana ini?),” kata dokter.

Mbah Moen pun mendatangi Gus Robah dengan ngendiko kurang lebihnya seperti ini:

“Bah, awakmu iseh cilik, ojok aneh-aneh (Bah, kamu masih kecil, jangan aneh-aneh)”.

Setelah ngendiko seperti itu ke Gus Robah, Mbah Moen mempersilahkan dokter untuk mengkhitan Gus Robah, dan akhirnya dikhitan, dan mempan. Subhanallah…

***

Keramatnya lagi, setiap perahu milik nelayan yang disinggahi Gus Robah sebelum berlayar, perahu itu pulangnya membawa keuntungan yang melimpah. Tetapi Gus Robah tidak mudah untuk diajak singgah ke perahu milik nelayan, dirayu seperti apapun tidak akan bersedia, harus keinginannya sendiri.

Semoga kita semua terutama para santri mendapatkan barokah beliau. aamiiiin..

Teruntuk hadlrotussyaikh KH. Zubair Dahlan, hadlrotussyaikh KH. Maimoen Zubair, hadlrotussyaikh KH. Majid Kamil Maimoen, hadlrotussyaikh KH. Robah Ubab Maimoen dan seluruh masyayikh Sarang beserta keluarga, al-faatihah...

 (Ust. Kang Ahmad Hariri Cirebon)

 


NB: sumber dari teman-teman alumni.