Mengurai Makna Sakinah Mawaddah wa Rahmah dalam Sebuah Pernikahan

 
Mengurai Makna Sakinah Mawaddah wa Rahmah dalam Sebuah Pernikahan
Sumber Gambar: Pinterest, Ilustrasi: laduni.ID

Laduni.ID, Jakarta - Adalah hal yang sangat menarik terkait penyebutan tiga kata penting dalam Surat Ar-Rum ayat 21. Allah SWT berfirman:

وَمِنْ اٰيٰتِهٖٓ اَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِّنْ اَنْفُسِكُمْ اَزْوَاجًا لِّتَسْكُنُوْٓا اِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَّوَدَّةً وَّرَحْمَةً ۗاِنَّ فِيْ ذٰلِكَ لَاٰيٰتٍ لِّقَوْمٍ يَّتَفَكَّرُوْنَ

"Di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah bahwa Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari (jenis) dirimu sendiri agar kamu merasa tenteram kepadanya. Dia menjadikan di antaramu rasa cinta dan kasih sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir."

Para generasi millenial menyebutnya dengan simbol " Samara" atau "Samawa", yakni akronim dari kata Sakinah, Mawaddah, Rahmah. Lalu apakah sebenarnya makna dari tiga kata tersebut? Mari kita uraikan satu per satu.

Makna Sakinah

Pertama adalah istilah Sakinah. Secara literal kata ini berarti tenang, tenteram, nyaman atau "anteng" dan "ayem" dalam bahasa Jawa. Atau dalam bahasa lain bisa dikatakan "merasa damai di hati dan pikiran". Itu adalah suasana hati yang diliputi oleh kegembiraan dan kebahagiaan sesudah mengalami kegalauan, resah, gelisah dan gejolak yang meronta-ronta. Semua itu adalah akibat dari hasrat-hasrat yang menuntut untuk dipenuhi atau disalurkan untuk terjadi.

Hasrat-hasrat itu adalah kerinduan-kerinduan tubuh dan jiwa kepada yang dinginkan dan dirindukan. Puncak kerinduan itu adalah "ittihad" atau penyatuan tubuh dan ruh.

Rasa damai, indah, bahagia dan penuh kenikmatan itu harus dialami oleh keduanya. Tak boleh hanya oleh laki-laki, suaminya, tetapi juga oleh perempuan, istrinya. Karena hasrat-hasrat itu ada di dalam diri keduanya, dan perlu disalurkan. Ayat Al-Qur'an menyebutkan demikian ini:

هُنَّ لِبَاس لَّكُم وَأَنتُم لِبَاس لَّهُنَّ

"Mereka (para istri) adalah pakaian bagi kalian (para suami), dan kalian adalah pakaian bagi mereka..." (QS. Al-Baqarah: 187)

Jika dikaji lebih dalam, ada sejumlah tafsir atas ayat tersebut. Sebagian mufassir mengatakan berikut ini:

هُنًّ فِرَاشٌ لَكُمْ وَأَنْتُمْ لِحَافٌ لَهُنَّ

"Mereka (istri) adalah kasurmu (suami) dan kamu adalah selimut mereka."

Sebagian lagi mengatakan begini:

هُنَّ سَكَنٌ لَكُمْ وَأَنْتُمْ سَكَنٌ لَهُنَّ، أَيْ يَسْكُنُ بَعْضُكُمْ إِلَى بَعْضٍ

"Mereka (istri) adalah "sakan", yaitu tempat kenyamananmu dan kamu tempat kenyamanan mereka. Yakni kalian, suami-istri hendaklah saling memberi kenyamanan."

وَحَاصِلُهُ أَنَّ الرَّجُلَ وَالْمَرْأَةَ كُلٌّ مِنْهُمَا يُخَالِطُ الْآخَرَ وَيَمَاسُّهُ وَيُضَاجِعُهُ

"Jadi suami dan istri hendaklah saling memberikan kenikmatan dan kepuasan seksual, serta ketenangan dan kebahagiaan jiwa."

Makna Mawaddah

Kedua adalah istilah Mawaddah. Kata ini sering dimaknai sama dengan "mahabbah", yang berarti cinta. Tetapi sesungguhnya bisa tidak identik essensinya. Ada banyak kata yang mengindikasikan makna cinta, seperti "Al-Isyq", rindu, atau "Al-Hawa", hasrat dan lain-lain.

Orang Arab mengatakan begini:

اَلْمَحَبَّةُ هِيَ غَلْيَانُ الْقَلْبِ وَثَوْرَانُهُ عِنْدَ لِقَاءِ الْمَحْبُوْبِ

"Mahabbah adalah deburan atau gejolak hati saat bertemu dengan yang dicintai." 

Ada lagi yang mengatakan berikut ini:

فَالْحُبُّ هَوًى فِي الْقَلْبِ، غَايَةُ مَا يُرِيْدُهُ لِقَاءُ الْمَحْبُوْبِ وَالْأُنْسُ بِهِ

"Mahabbah adalah hasrat dalam hati untuk bertemu "mahbub", yang dicintai, dan bermesraan dengannya."

Dalam kata "mahabbah" atau cinta terkandung makna kekaguman, pesona, keindahan, rindu, rasa bahagia dan "sejuta" rasa yang lain. Cinta selalu merupakan kata yang menyimpan misteri yang hanya dimengerti oleh yang mengalaminya.

Makna Rahmah

Ketiga adalah istilah Rahmah. Kata ini selalu diterjemahkan dengan kasih atau kasih sayang. Kata ini begitu populer di tengah-tengah masyarakat. Al-Qur'an menyebut kata ini sebanyak 286 buah. Sedangkan Ayat Al-Qur'an yang sering dibaca atau disampaikan adalah berikut ini:

وَمَا اَرْسَلْنَاكَ اِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ

"Dan Aku tidak mengutusmu kecuali sebagai rahmat untuk alam semesta."

Lalu apa maknanya?

Kata ini mengandung paling tidak tiga makna. Pertama, "Riqqah fi Al-Qalb", hati yang sensitif, atau hati yang peka. Dalam bahasa yang lebih populer mungkin disebut "empati". Ialah sebuah emosi merasakan apa yang dirasakan orang lain. Ialah sebuah perasaan terhadap yang lain tanpa jarak. 

Dikatanlah, "Aku merasakan apa yang kamu/dia rasakan." Atau dikatakan, "Aku mengerti apa yang kamu/dia alami." Atau dalam bahasa puitisnya diungkapkan, "Kau/dia adalah aku".

Lalu dalam konteks perkawinan, kata "Rahmah" bermakna hendaklah suami memahami dan merasakan apa yang dirasakan istrinya, baik dalam keadaan suka maupun duka. Demikian pula sebaliknya, istri merasakan apa yang dirasakan suaminya, dalam suka maupun duka.

Makna kedua adalah "At-Ta'atthuf", berarti lembut atau kelembutan atau sayang. Ini berlaku dalam ucapan dan dalam tindakan. Suami istri hendaklah saling berkata dan bertindak baik, santun, bergairah. Menyambut yang lain dengan wajah binar, tidak cemberut, tidak kasar dan sejenisnya.

Makna ketiga dari kata "Rahmah" adalah "Al-Maghfirah", yang berarti memaafkan. Dalam relasi antar personal, termasuk suami-istri, akan selalu atau acap kali terjadi ketidaksamaan pendapat atau kekeliruan, kelalaian, kesalahan dan sejenisnya. Maka kasih menuntut masing-masing untuk rendah hati dan memaafkan jika ada kesalahan pasangannya.

Demikianlan tiga makna itu berada dalam wilayah kemampuan manusia. Artinya bisa diusahakan. Inilah makna "Ja'ala" (menjadikan) yang membedakannya dari kata "Khalaqa" (menciptakan).

Makna "Khalaqa" (menciptakan) adalah mengada dari ketiadaan. Dan ini wilayah kekuasaan Tuhan. Sedangkan "Ja'ala" (menjadikan) adalah mengada dari yang ada.

Keberadaan atau wujud manusia adalah ciptaan Tuhan. Saling mencintai dalam arti mawaddah, berkata-kata atau bersikap lembut dan saling memaafkan adalah dalam domain ikhtiar manusia, karena itu harus diusahakan.

Jadi, pernikahan adalah transaksi atau perjanjian suci antar laki-laki dan perempuan di hadapan Allah untuk penyatuan tubuh dan ruh, jiwa dan raga untuk sebuah cita-cita luhur. Dalam dunia sufisme penyatuan ini dikenal dengan "Ittihad" atau "Hulul". Dalam keadaan ini keduanya melebur dan hilang bentuk.

Demikianlah uraian seputar makna Sakinah Mawaddah wa Rahmah. Betapa indahnya penyatuan dua jiwa, hati dan pikiran itu. Dan begitulah pikiranku tentang makna kesholehan yang idealnya tercermin di dalam diri suami dan istri.

Salam. []


Catatan: Tulisan ini telah terbit pada tanggal 14 September 2020. Tim Redaksi mengunggah ulang dengan melakukan penyuntingan dan penyelarasan bahasa.

___________

Penulis: KH. Husein Muhammad

Editor: Hakim