Kisah Letjen Hartono, 'Pejah Gesang Melu Bung Karno'

 
Kisah Letjen Hartono, 'Pejah Gesang Melu Bung Karno'

LADUNI.ID, Jakarta - Letjen KKO (purn) R Hartono adalah sosok legendaris dalam kalangan TNI AL khususnya bagi Korps Marinir TNI AL (dulu disebut KKO-Korps Komando). Letjen Hartono adalah salah satu tokoh militer di era tahun 60-an yang mendukung Presien RI pertama, Ir Soekarno.

Letjen KKO Purn R Hartono lahir di Solo, tanggal 1 Oktober 1927 dan  meninggal di  Jakarta tanggal  7 Januari 1971. Ia bahkan pernah menjabat sebagai  Komandan KKO (sekarang Korps Marinir) merangkap sebagai Menteri/Wakil Panglima Angkatan Laut.

Puncak Ketegangan Letjen Hartono dengan Soeharto adalah saat Bung Karno yang ketika tahun 1965 1967 menjadi bulan-bulanan media, bahkan dunia internasional, karena dianggap sebagai orang yang bertanggung jawab atas Gerakan 1 Oktober 1965 (Gestok).

Saat Soekarno terdesak, maka Letjen KKO Purn R Hartono tampil sebagai benteng pelindung Soekarno dengan pidatonya yang terkenal: "Hitam kata Bung Karno, Hitam Kata KKO, Putih kata Bung Karno, Putih Kata KKO". "KKO" selalu kompak dibelakang Bung Karno". Slogan terkenal dalam demo ini ialah "Pejah Gesang Melu Bung Karno" artinya: "Mati Hidup Ikut Bung Karno".

Letjen Hartono bersiap-siap bersama pasukannya dengan memobilisasi pasukan mengepung Jakarta dan menggilas pasukan Soeharto di waktu itu. Namun, karena kebesaran jiwa Bung karno sebagai negarawan, tidak menghendaki adanya perpecahan di bangsanya. Akhirnya, langkah Soekarno berhasil meredam aksi Hartono dan pasukannya.

Tindakan yang dilakukan oleh Letjen Hartono sebenarnya bukan dikeranakan perseteruan antar-angkatan laut dengan angkatan darat, melainkan karena ikatan sumpah prajurit dan Sapta Marga, serta sikap hormat dan setia antara seorang bawahan dan atasan.

Selain itu, Hartono begitu menghargai jasa-jasa Bung karno dalam membangun Indonesia sebagai negara maritim yang kuat dan cukup disegani di era itu. Terlebih saat operasi pembebasan Irian Barat tahun 1961-1962, presdien Soekarno membeli peralatan tempur yang modern seperti beberapa kapal perang canggih di masanya, yaitu KRI Irian dan beberapa kapal selam yang cukup membat pihak Belanda gentar.

Sesaat setelah Soekarno lengser dari presiden, Letjen Hartnono pun ikut lengser. Terlebih setelah Soekarno wafat, Letjen Hartono kemudian “dibuang” menjadi Dubes di Korea Utara tahun 1971. Kematian Letjen Hartono pada tanggal 7 Januari 1971 akibat luka tembak di kepala.

Hingga saat ini, kematian Letjen Hartono masih menjadi misteri, namun pihak pemerintah saat itu sepakat agar peristiwa kematiannya tidak dijadikan sebagai polemik. Letjen Hartono cukup menjadi salah satu legenda marinir yang dikenal sebagai perwira tinggi dan berani terang-terangan mendukung Bung Karno.


Sumber: Sandiwara Pemuda