Biografi Habib Husein bin Abu Bakar Al Aydrus (Luar Batang)

 
Biografi Habib Husein bin Abu Bakar Al Aydrus (Luar Batang)

Daftar Isi Biografi Habib Husein bin Abu Bakar Al-Aydrus (Luar Batang)

1.   Riwayat Hidup dan Keluarga
1.1  Lahir
1.2  Wafat
1.3  Silsilah Keluarga

2.    Sanad Keilmuan

3.    Perjalanan Hidup dan Dakwah
3.1  Perjalanan Dakwah di Gujarat
3.2  Perjalanan Dakwah  di Batavia

4.    Karomah
4.1  Menjadi Mesin Pemintal
4.2  Meramalkan Sinyo Belanda Menjadi Gubernur
4.3  Mengirim Uang Melalui Laut
4.4  Berdirinya Kampung Luar Batang

5.    Teladan

6.    Referensi

 

 

1. Riwayat Hidup dan Keluarga

1.1 Lahir

Al Habib Husein bin Abu bakar Alaydrus dilahirkan di Yaman Selatan, tepatnya didaerah Hadhramaut, tiga abad yang silam. Beliau dilahirkan sebagai anak yatim, yang dibesarkan oleh seorang ibu, di mana sehari-harinya hanya hidup dari hasil memintal benang pada perusahaan tenun tradisional.

1.2 Wafat

Habib Husein meninggal kurang lebih dalam usia 30-40 tahun. Tepatnya beliau meninggal pada hari kamis tanggal 17 ramadhan 1169 H atau bertepatan tanggal 24 Juni 1756 M.

1.3 Silsilah Keluarga

Silsilah beliau : Habib Husein bin Abubakar bin Abdullah bin Husein bin Ali bin Muhammad bin Ahmad bin Husein bin Abdullah al-Aydrus bin Abubakar Al-Sakran bin Abdurrahman Assaqqaf bin Muhammad Maula Al-Dawilah  bin Ali bin Alwi bin Muhammad Al-Faqih Al-Muqaddam bin Ali bin Muhammad Shahib Mirbath bin Ali Khala’ Qasam bin Alwi bin Muhammad bin Alwi bin ‘Ubaidillah bin Ahmad Al- Muhajir bin ‘Isa bin Muhammad An- Naqib bin Ali-‘Uraidhi bin Ja'far Shadiq bin Muhammad al-Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Husein bin Ali bin Abi Thalib suami Fatimah Az- Zahra binti Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasalam. 

2. Sanad Keilmuan

Al-imam Husein Bin Abu Bakar Alaydrus menimba ilmu kepada Quthbil Irsyad, Al-imam Abdullah Bin Alwy Alhaddad, dan menurut cukilan dari Alhabib Ali Bin Husein Alattas dalam kitabnya Taajul A’rasy mengatakan bahwa Al-imam Husein Bin Abu Bakar Alaydrus sebelum hijrah ke Indonesia, beliau telah mendapatkan mandat kepercayaan dari guru beliau Al-imam Abdullah Bin Alwy Alhaddad untuk melaksanakan da’watul islam.

Al Imam Husein bin Abu Bakar Alaydrus kemudian hijrah ke India dan Asia Timur kemudian sampai di Indonesia, khususnya pulau Jawa tepatnya di Pelabuhan Sunda Kelapa, lalu setibanya di Pelabuhan Sunda Kelapa, beliau diusir kembali oleh penjajah Belanda. Akhirnya dengan bantuan para Muhibbin di malam hari dengan menggunakan sekoci beliau tiba kembali di Pelabuhan Sunda Kelapa. Beliau kemudian berda’wah di tanah Batavia ini dan pada saat itu penjajah Belanda sangat sensitif kepada para ulama karena di Sunda Kelapa ini masih ada bekas-bekas pertempuran Sunda Kelapa yang berada di bawah pimpinan dari Sunan Gunung Jati Al-imam Syarif Hidayatullah dan Fatahillah, sehingga penjagaannya sangat ketat dan berakibat pada dicurigainya Al-Habib Husein Bin Abu Bakar Alaydrus sebagai pemberontak, akhirnya beliau dimasukkan ke dalam penjara, yang berada di sekitar Glodok.

3. Perjalanan Hidup dan Dakwah

3.1 Perjalanan Dakwah di Gujarat
Ketika beranjak dewasa demi melaksanakan keinginan tersebut Habib Husein tidak kekurangan akal, Ia bergegas menghampiri para kafilah dan musafir yang sedang melaksanakan jual-beli di pasar pada setiap hari Jum’at. Setelah dipastikan mendapatkan tumpangan dari salah seorang kafilah yang hendak bertolak ke India, maka Habib Husein segera menghampiri ibunya untuk meminta ijin. Walau dengan berat hati, sang ibu harus melepaskan dan merelakan kepergian putranya.

Habib Husein mencoba membesarkan hati ibunya sambil berkata, “janganlah takut dan berkecil hati, apapun akan ku hadapi, senantiasa bertaqwalah kepada Allah SWT, sesungguhnya Ia bersama kita.” Akhirnya berangkatlah Habib Husein menuju daratan India. Sampailah Habib Husein di sebuah kota bernama “Surati” atau lebih dikenal Gujarat, sedangkan penduduknya beragama Hindu dan Budha. Mulailah Habib Husein mensyiarkan Islam dikota tersebut dan kota-kota sekitarnya

Hijrah pertama yang disinggahi oleh Habib Husein adalah di daratan India, tepatnya di kota Gujarat. Kehidupan kota tersebut bagaikan kota mati, karena dilanda bencana kekeringan dan wabah kolera. Kedatangan Habib Husein di kota tersebut disambut oleh ketua adat setempat, kemudian beliau dibawa kepada kepala wilayah serta beberapa penasehat paranormal, dan Habib Husein diperkenalkan sebagai titisan dewa yang dapat menyelamatkan negeri itu dari bencana.

Habib Husein menyanggupi bahwa dengan pertolongan Allah, beliau akan merubah negeri ini menjadi sebuah negeri yang subur, asal dengan syarat mereka mengucapkan dua kalimt syahadat dan menerima islam sebagai agamanya. Syarat tersebut juga mereka sanggupi dan berbondong-bondong warga di kota itu belajar agama islam. Akhirnya mereka diperintahkan untuk membangun sumur dan sebuah kolam.

Setelah pembangunan keduanya dapat diselesaikan, maka dengan kekuasaan Allah turun hujan yang sangat lebat, membasahi seluruh daratan yang tandus. Sejak itu pula tanah yang kering berubah menjadi subur. Sedangkan warga yang terserang wabah penyakit dapat sembuh, dengan cara mandi di kolam tersebut. Demikian kota yang dahulunya mati, kini secara berangsur-angsur kehidupan masyarakatnya menjadi sejahtera.

Kedatangan Habib Husein di kota tersebut membawa rahmatan lil alamin karena daerah yang asalnya kering dan tandus, kemudian dengan kebesaran Allah maka berubah menjadi daerah yang subur. Agama Islam pun tumbuh berkembang. Hingga kini belum ditemukan sumber yang pasti berapa lama Habib Husein bermukim di India.

3.2 Perjalanan Dakwah di Batavia
Setelah tatanan kehidupan masyarakat Gujarat dari kehidupan kekeringan dan hidup miskin menjadi subur serta masyarakatnya hidup sejahtera, maka Habib Husein melanjutkan hijrahnya kedaratan Asia tenggara untuk tetap mensyiarkan Islam.

Tidak lama kemudian, beliau melanjutkan misi hijrahnya menuju wilayah Asia tenggara, hingga sampai di Pulau Jawa, dan menetap di kota Batavia, sebutan kota Jakarta tempo dulu. Batavia adalah pusat pemerintah Belanda, dan pelabuhannya Sunda kelapa. Pada tahun 1736 M datanglah Habib Husein bersama para pedagang dari Gujarat di pelabuhan Sunda kelapa. Disinilah persinggahan terakhir dalam menyiarkan islam.

Beliau mendirikan surau sebagai pusat pengembangan ajaran islam. Beliau banyak dikunjungi bukan saja dari daerah sekitarnya, melainkan juga datang dari berbagai daerah untuk belajar islam atau banyak juga yang datang untuk didoa’kan. Pada masa itu hidup dalam jajahan pemerintahan Belanda.

 Pada suatu malam Habib Husein dikejutkan oleh kedatangan seorang yang berlari padanya, karena dikejar oleh tentara VOC. Dengan pakaian basah kuyup, ia meminta perlindungan karena akan dikenakan hukuman mati. Ia adalah tawanan dari sebuah kapal dagang Tionghoa.

Keesokan harinya datanglah tentara berkuda VOC ke rumah Habib Husein untuk menangkap tawanan tersebut, sambil berkata, “Aku akan melindungi tawanan ini dan aku jaminannya.” Rupanya ucapan tersebut sangat didengar oleh pasukan VOC. Semua menundukkan kepala dan akhirnya pergi. Sedangkan tawanan Tionghoa itu sangat berterima kasih, sehingga akhirnya ia masuk islam. Dan diberi nama Abdul Kadir.

Pesatnya pertumbuhan dan minat orang yang datang untuk belajar agama islam ke Habib Husein mengundang kesinisan dan kekhawatiran dari pemerintah VOC, yang dipandang akan mengganggu ketertiban dan keamanan. Dalam masa sekejap telah banyak orang yang datang untuk belajar islam. Rumah Habib Husein banyak dikunjungi para muridnya dan masyarakat luas. Hilir mudiknya umat yang datang membuat penguasa VOC menjadi khawatir akan mengganggu keamanan. Akhirnya Habib Husein beserta beberapa pengikut utamanya ditangkap dan dimasukkan ke penjara Glodok.

Bangunan penjara itu juga dikenal dengan sebutan seksi dua. Rupanya dalam tahanan Habib Husein ditempatkan dalam kamar terpisah dan ruangan yang sempit, sedangkan pengikutnya ditempatkan di ruangan yang besar bersama tahanan yang lain. Polisi penjara dibuat terheran-heran karena ditengah malam melihat Habib Husein menjadi imam di ruangan yang besar, memimpin sholat bersama-sama pengikutnya. Hingga menjelang subuh masyarakat di luarpun ikut bermakmum. Akan tetapi anehnya dalam waktu yang bersamaan pula polisi penjara tersebut melihat Habib Husein tidur nyenyak di kamar ruangan yang sempit itu, dalam keadaan terkunci.

Tembok dan terali besi tidak dapat menghentikan peran Habib Husein dalam mensyiarkan islam. Walau di krangkeng tahanan, beliau tetap mengajarkan ayat-ayat Al qur’an dan tuntunan islam. Namun setelah penguasa hukum Belanda melihat karomah Habib Husein, mereka menjadi gentar dan akhirnya beliau dan para pengikutnya dibebaskan.

4. Karomah

Karomah merupakan tanda-tanda kebenaran sikap dan tingkah laku seseorang, yang merupakan anugerah Allah karena ketaqwaannya. Berikut ini terdapat beberapa karomah yang dimiliki oleh Habib Husein bin Abu bakar Al-Aydrus atau yang dikenal sebagai Habib Luar batang, seorang Wali Allah yang lahir di jazirah Arab dan telah ditakdirkan wafat di pulau Jawa, tepatnya Jakarta Utara.

4.1 Menjadi Mesin Pemintal
Di masa belia, di tanah kelahirannya yaitu di daerah Hadhramaut, Yaman Habib Husein berguru pada seorang Alim Sufi. Di hari-hari libur beliau pulang untuk menyambangi ibunya. Pada suatu malam ketika ia berada di rumahnya, ibu Habib Husein meminta tolong agar ia bersedia membantu mengerjakan pintalan benang yang ada di gudang. Habib Husein segera menyanggupi dan ia segera ke gudang untuk mengerjakan apa yang diperintahkan oleh ibunya. Makan malam juga telah disediakan.

Menjelang pagi hari, ibu Habib Husein membuka pintu gudang. Ia sangat heran karena makanan yang disediakan masih utuh belum dimakan oleh Habib Husein. Selanjutnya ia sangat kaget melihat hasil pintalan benang begitu banyaknya, si ibu tercengang melihat kejadian ini. Dalam benaknya terpikir bagaimana mungkin hasil pemintalan benang yang seharusnya dikerjakan dalam beberapa hari, malah hanya dikerjakan kurang dari semalam, padahal Habib Husein dijumpai dalam keadaan tidur pulas di sudut gudang.

Kejadian ini diceritakan kepada guru thariqah yang membimbing Habib Husein. Mendengar cerita itu maka ia bertakbir sambil berucap, ”sungguh Allah berkehendak pada anakmu, untuk diperolehnya derajat yang besar disisinya, hendaklah ibu berbesar hati dan jangan bertindak keras kepadanya. Rahasiakanlah segala sesuatu yang terjadi pada anakmu.”

4.2 Meramalkan Sinyo Belanda Menjadi Gubernur
Pada suatu hari Habib Husein dengan ditemani oleh seorang mualaf tionghoa yang telah berubah nama Abdul Kadir duduk berteduh di daerah Gambir. Di saat mereka beristirahat; lewatlah seorang Sinyo (anak Belanda) dan mendekat ke Habib Husein. Dengan seketika Habib Husein menghentakkan tangannya ke dada anak Belanda tersebut. Si sinyo kaget dan berlari ke arah pembantunya.

Dengan cepat Habib Husein meminta temannya untuk menghampiri pembantu anak belanda tersebut, untuk menyampaikan pesan agar disampaikan kepada majikannya, bahwa kelak anak ini akan menjadi pembesar di negeri ini. Seiring berjalannya waktu, anak Belanda itu melanjutkan sekolah tinggi di negeri Belanda. Kemudian setelah lulus ia dipercaya & diangkat menjadi Gubernur Batavia.

4.3 Mengirim Uang Melalui Laut
Gubernur Batavia yang pada masa kecilnya telah diramal oleh Habib Husein, bahwa kelak akan menjadi orang besar di negeri ini, ternyata benar adanya. Rupanya Gubernur muda itu menerima wasiat dari ayahnya yang baru saja meninggal dunia. Di wasiatkan kalau memang apa yang dikatakan Habib Husein menjadi kenyataan, diminta agar ia membalas budi dan jangan melupakan jasa habib Husein. Akhirnya Gubernur Batavia menghadiahkan beberapa karung uang kepada Habib Husein. Uang itu diterimanya, tetapi dibuangnya ke laut.

Demikian pula setiap pemberian uang berikutnya. Habib Husein selalu menerimanya, tetapi juga dibuangnya kelaut. Gubernur yang memberi uang jadi penasaran dan akhirnya bertanya mengapa uang pemberiannya di buang ke laut. Dijawab oleh Habib Husein bahwa uang tersebut dikirimkan untuk ibunya ke Yaman. Gubernur itu dibuatnya penasaran, akhirnya diperintahkan penyelam untuk mencari karung uang yang di buang ke laut. Walhasil tak satu keping uangpun diketemukan.

Selanjutnya Gubernur Batavia tetap berupaya untuk membuktikan kebenaran kejadian ganjil tersebut, maka ia mengutus seorang ajudan ke negeri Yaman untuk bertemu dan menanyakan kepada ibu Habib Husein. Sekembalinya dari Yaman, ajudan Gubernur tersebut melaporkan bahwa benar adanya. Ibu Habib Husein telah menerima sejumlah uang yang dibuang ke laut tersebut pada hari dan tanggal yang sama.

4.4 Berdirinya Kampung Luar Batang
Gubernur Batavia sangat penuh perhatian kepada Habib Husein. Ia menanyakan apa keinginan Habib Husein, beliau menjawabnya, “Saya tidak mengharapkan apapun dari tuan.” Akan tetapi Gubernur itu sangat bijak, dihadiahkannya sebidang tanah di kampung baru, sebagai tempat tinggal dan peristirahatan yang terakhir. Habib Husein telah dipanggil dalam usia muda, ketika berumur kurang lebih 30-40 tahun. Meninggal pada hari kamis, tanggal 17 Ramadhan 1169 H atau bertepatan tanggal 27 juni 1756 M. Sesuai dengan peraturan pada masa itu bahwa setiap orang asing harus dikuburkan di pemakaman khusus yang terletak di Tanah Abang, Sebagaimana layaknya, jenazah Habib Husein diusung dengan kurung batang (keranda). Ternyata sesampainya di pekuburan, jenazah Habib Husein tidak ada dalam kurung batang. Anehnya jenazah Habib Husein kembali berada di tempat semula.

Dalam bahasa lain jenazah Habib Husein keluar dari kurung batang. Pengantar jenazah mencoba kembali mengusung jenazah Habib Husein ke pekuburan yang dimaksud. Namun demikian jenazah Habib Husein tetap saja keluar dan kembali ke tempat tinggal semula. Akhirnya para pengantar jenazah memahami dan bersepakat untuk memakamkan jenazah Habib Husein di tempat yang merupakan tempat rumah tinggalnya sendiri. Kemudian orang menyebutnya “Kampung Baru Luar Batang.” Dan kini dikenal sebagai “Kampung Luar Batang.”

5. Teladan

Habib Husein dilahirkan sebagai anak yatim, yang dibesarkan oleh seorang ibu, di mana sehari-harinya hanya hidup dari hasil memintal benang pada perusahaan tenun tradisional. Semenjak kecil beliau sudah menunjukkan karomahnya.

Husein kecil sungguh hidup dalam kesederhanaan. Setelah memasuki usia belia, sang ibu menitipkan Habib Husein pada seorang “Alim sufi”, di sanalah ia menerima tempaan pembelajaran thariqah. Ditengah-tengah kehidupan diantara murid-murid yang lain, tampak Habib Husein memiliki perilaku dan sifat-sifat yang lebih dari teman-temannya.

Beliau melakukan perjalanan dakwah yang dimulai dari dari daerah Gujarat India dan melajutkan sampai ke Batavia. Beliau menjalankan dakwah dengan penuh kesabaran dan Istiqomah dengan mengambil simpati masyarakat. Dengan membantu apa saja yang menjadi masalah bagi masyarakat sekitar. Sehingga banyak masyarakat berduyun-duyun memeluk Agama Islam dengan penuh kerelaan setelah melihat karomah-karomah yang dimiliki oleh Habib Husein bin Abu Bakar Al-Aydrus tanpa adanya suatu paksaan.

Dalam perjuangan Habib Husein menyerukan  agama Allah, ternyata Allah berkehendak lain, Wali Allah ini telah dipanggil dalam usia muda, kurang lebih dalam usia 30-40 tahun. Tepatnya beliau meninggal pada hari kamis tanggal 17 ramadhan 1169 H atau bertepatan tanggal 27 juni 1756 M.

6. Referensi

  1. Buku Riwayat singkat & karomah Al-Habib Husein bin Abu Bakar Al-aydrus, Penulis: Sayyid Abdullah bin Abu Bakar Al-aydrus
  2. Pustaka Pejaten

 

 

 

 

 

Lokasi Terkait Beliau

    Belum ada lokasi untuk sekarang

List Lokasi Lainnya