Biografi Habib Husein bin Hadi Al-Hamid, Pendiri Pesantren Ahlussunnah wal Jamaah Ponorogo

 
Biografi Habib Husein bin Hadi Al-Hamid, Pendiri Pesantren Ahlussunnah wal Jamaah Ponorogo
Sumber Gambar: Foto Ist

Daftar Isi:

1.    Riwayat Hidup dan Keluarga
1.1  Lahir
1.2  Nasab
1.3  Riwayat Keluarga
1.4  Wafat

2.    Sanad Ilmu dan Pendidikan
2.1  Pendidikan
2.2  Guru-Guru

3.    Perjalanan Hidup dan Dakwah

4.    Karomah
4.1  Bertemu Nabi Khidir AS
4.2  Berumur Panjang

5.    Teladan
6.    Referensi

1. Riwayat Hidup dan Keluarga

1.1 Lahir
Habib Husein lahir pada tahun 1862 M di Hadramaut, Yaman Selatan. Beliau merupakan putra dari pasangan Habib Hadi bin Salim Al-Hamid dan Ummu Hani.

1.2 Nasab

  1. Nabi Muhammad Rasulullah SAW,
  2. Sayyidah Fathimah Az-Zahra Istri Ali bin Abi Thalib RA,
  3. Al-Imam Al-Husain,
  4. Al-Imam Ali Zainal Abidin,
  5. Al-Imam Muhammad Al-Baqir,
  6. Al-Imam Ja’far Shadiq,
  7. Al-Imam Ali Al-Uraidhi,
  8. Al-Imam Muhammad An-Naqib,
  9. Al-Imam Isa Ar-Rumi,
  10. Al-Imam Ahmad Al-Muhajir,
  11. As-Sayyid Ubaidillah,
  12. As-Sayyid Alwi,
  13. As-Sayyid Muhammad,
  14. As-Sayyid Alwi,
  15. As-Sayyid Ali Khali’ Qasam,
  16. As-Sayyid Muhammad Shahib Mirbath,
  17. As-Sayyid Ali,
  18. As-Sayyid Al-Imam Al-Faqih Al-Muqaddam Muhammad,
  19. As-Sayyid Al-Imam Alwi Al-Ghuyur,
  20. As-Sayyid Ali Shohibud Dark,
  21. As-Sayyid Muhammad Maula Ad-Dawilah,
  22. As-Sayyid Abdurrahman Assegaf,
  23. As-Sayyid Abdullah,
  24. As-Sayyid Abdurrahman,
  25. As-Sayyid Abdullah,
  26. As-Sayyid Salim,
  27. As-Sayyid Syekh Abu Bakar,
  28. As-Sayyid Hamid,
  29. As-Sayyid Abdulah,
  30. As-Sayyid Umar,
  31. As-Sayyid Idrus,
  32. As-Sayyid Ahmad,
  33. As-Sayyid Umar,
  34. As-Sayyid Hasan,
  35. As-Sayyid Salim,
  36. As-Sayyid Hadi,
  37. As-Sayyid Husein atau Habib Husein bin Hadi Al-Hamid.

1.3 Riwayat Keluarga
Habib Husein menikah dengan Sayyidah Halimah dan dikaruniai putra:

  1. Habib Thalib bin Husein bin Hadi Al-Hamid,
  2. Habib Muhammad Shodiq bin Husein bin Hadi Al-Hamid.

1.4 Wafat
Habib Husein wafat hari Jum’at Legi, 11 Safar 1406 H / 25 Januari 1986 M dan dimakamkan di sebelah utara Masjid Al-Mubarok, kompleks Pondok Pesantren Ahlussunnah wal Jamaah, Desa Brani Kulon, Kecamatan Maron, Probolinggo, Jawa Timur.

2. Sanad Ilmu dan Pendidikan

2.1 Pendidikan
Dari kecil, Habib Husein dididik langsung oleh kedua orang tuanya yang dikenal sebagai salah seorang wali yang tersohor di Hadramaut. Di usia 64 tahun atau tepatnya 1929 M, masih senang mengembara ke berbagai negeri. Termasuk ke Hujarat dengan menggunakan kapal laut bersama saudagar-saudagar Arab yang berdagang melanglang buana ke berbagai negeri dan tidak pernah kembali lagi ke Yaman.

Sekitar dua tahun Habib Husein tinggal di Gujarat, beliau berguru pada ulama setempat dan berdagang. Setelah itu kembali mengembara ke Indonesia dengan menggunakan kapal saudagar yang menuju Batavia. Tak berapa lama, mengembara lagi ke berbagai daerah dan akhirnya sampai ke kota Pekalongan. Di kota ini, Habib Husein  berguru pada seorang wali besar, yakni Habib Ahmad bin Abdullah bin Thalib Al-Attas hingga beberapa tahun lamanya.

Sebagai tanda bahwa Habib Husein telah mencapai maqam kewalian yang mumpuni, Beliau kemudian dihadiahi sebuah sorban (kain putih) dan kopiah putih dari Habib Ahmad bin Abdullah bin Tholib Al-Attas. Atas pesan Habib Ahmad bin Abdullah bin Tholib Alattas (Pekalongan), Habib Husein kemudian mengasah ilmu kepada Habib Muhammad bin Muhammad Al Muhdhor, yang tidak lain adalah guru dari Habib Ahmad bin Abdullah bin Tholib Al-Attas.

2.2 Guru Guru

  1. Habib Hadi Al-Hamid (ayah),
  2. Habib Ahmad bin Abdullah bin Thalib Al-Attas,
  3. Habib Muhammad bin Muhammad Al Muhdhor.

3. Perjalanan Hidup dan Dakwah
Selama menjadi murid Habib Muhammad, Habib Husein senantiasa menadapat perintah untuk berdakwah ke berbagai daerah. Salah satu tugas yang terakhir dari gurunya, diperintahkan untuk menyebarkan dakwah ke Brani Kulon, Kecamatan Maron, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur. Beliau masuk ke desa yang terpencil itu sekitar tahun 1939 M.

Saat itu kondisi Desa Brani masih berupa hutan belantara dan sarang penyamun. Tampaknya, Habib Husein memang sengaja ditugasi untuk membrantas para penyamun untuk kembali ke jalan Allah SWT. Setelah Habib Husein tinggal di Brani Kulon,

Beliau langsung membuka dakwah dan dakwahnya itu diterima secara luas ke seluruh pelosok Kab. Probolinggo. Tak mudah seperti dibayangkan, Habib Husein tidak langsung menempati rumah mewah di Brani. Beliau harus membabat alas terlebih dahulu, bahkan hidup menumpang pada salah satu penduduk setempat.

Kendati hanya hidup menumpang, Beliau tetap gigih berdakwah dalam rangka menyebarkan ajaran Islam tak pernah berhenti hingga kemudian berhasil mendirikan pondokan kecil, dan di desa itu pula beliau mengakhiri masa lajangnya.

4. Karomah

4.1 Bertemu Nabi Khidir AS
Dalam sebuah perjalanan bersama dengan para habaib dari berziarah ke Makam Habib Husein bin Abdullah Alaydrus (Kramat Luar Batang, Penjaringan, Jakarta Utara). Habib Husein di dalam kereta api pernah dipaksa untuk menyediakan tempat duduknya oleh seorang pemuda kumal dan hanya memakai kaos oblong.

Melihat seorang pemuda yang berdiri di depan beliau, Habib Husein kemudian berdiri sembari menyerahkan tempat duduknya kepada pemuda asing itu. Setelah berdialog beberapa saat dan Habib Husein memberi bekal uang yang tersisa pada pemuda tersebut.

Tidak berapa lama, tiba-tiba pemuda asing itu menghilang begitu saja. Ketika teman-teman Habib Husein mendapatinya sendirian, dan menanyakan tentang keberadaan pemuda asing tadi, Habib Husein berkata, “beliau itu sebenarnya adalah Nabiyallah Khiddir Alaihi Salam.”

4.2 Berumur Panjang
Habib Husein termasuk seorang Waliyullah yang berumur panjang, wafat dalam usia 124 tahun dan jauh dari penyakit-penyakit. Kunci dari berumur panjang dan tidak pernah sakit adalah:

  1. Tidak pernah meninggalkan shalat subuh berjamaah di masjid
  2. Tidak mempunyai sedikit pun rasa iri dan dengki terhadap pemberian orang lain
  3. Gemar melakukan jalan kaki sekitar satu jam, sambil berdakwah, setiap tempat yang beliau lalui selalu mendatangkan rahmah. Beliau berjalan kaki dari rumahnya yang ada di Brani menuju ke pasar atau mengelilingi kampung.

Dengan berjalan kaki tiap pagi, seluruh peredaran darah dalam tubuh jadi lancar. Udara segar yang dihirup membuat kesegaran tubuh tetap prima, itulah salah satu keistimewaan waktu dari shalat Subuh.

Salah satu amalan Habib Husein bin Hadi Al-Hamid adalah setiap selesai shalat Maghrib, beliau rutin membaca Al-Qur’an, Ratib Al-Haddad dan beberapa wirid lain susunan para imam Sa’adah Al-Ba’alawi. Dalam sehari semalam, beliau juga membaca shalawat sebanyak 12,000 kali.

5. Teladan
Amaliah Habib Husein tidak saja menyeimbangkan ibadah dengan Allah SWT (hablumminnallah), beliau juga menjalin hubungan yang erat dengan Umat (hablumminannas).

Sering Habib Husein berjalan-jalan ke pasar dan melihat pedagang yang barang dagangannya tidak habis terjual atau malah tidak terjual sama sekali. Habib Husein tak segan-segan memborong barang dagangan dari pedagang yang ada di pasar agar si pedagang itu tidak menderita kerugian, atau minimal sang pedagang mendapat keuntungan.

Tak pelak dengan keseimbangan amaliah itu, dakwahnya diterima dengan baik oleh masyarakat luas. Tak hanya itu, dalam soal keilmuan, para santri PP. Aswaja Brani Kulon sangat mempercayai kalau Habib Husein itu adalah titisan dari Syekh Abdul Qadir Al-Jaelani.

Ikhwalnya mendapat julukan Titisan Syekh Abdul Qadir Al-Jaelani, adalah ketika Habib Ahmad, salah seorang sahabatnya pernah bermunajat kepada Allah agar bertemu dengan Syekh Abdul Qadir Al-Jaelani. Dalam mimpinya, dipertemukan dengan Syekh Abdul Qadir Al-Jaelani yang bersorban putih, dan ketika didekati ternyata wajah itu adalah wajah Habib Husein bin Hadi Al-Hamid.

Sebagaimana banyak diketahui, Habib Husein kerap dikunjungi oleh para Habaib pada jamannya seperti salah seorang habib yang dikenal sebagai salah satu pejuang RI yakni Habib Soleh Tanggul (Jember). Habib Husein juga mempunyai kedekatan khusus dengan Habib Abdullah bin Abdul Qadir Bilfaqih (Darul Hadits, Malang) dan lain-lain.

Bahkan anak cucu keturunan dari Habib Husein banyak yang masuk Pesantren Darul Hadits, seperti Habib Muhammad Shodiq (anak), Habib Abdul Qadir (cucu), Habib Salim (cucu). Sekarang pesantren peninggalan Habib Husein di asuh oleh Habib Abdul Qadir bin Muhammad Shodiq bin Husein Al-Hamid.

6. Referensi

  1. kitabkuning.id
  2. Putaka Pejaten

Artikel ini sebelumnya diedit tanggal 25 Januari 2023, dan kembali diedit dengan penyelarasan bahasa pada tanggal 25 januari 2024

 

Lokasi Terkait Beliau

    Belum ada lokasi untuk sekarang

List Lokasi Lainnya