Tidak Perlu Dalil, Santri Harus Bergerak Menjaga Lingkungan!

 
Tidak Perlu Dalil, Santri Harus Bergerak Menjaga Lingkungan!
Sumber Gambar: darulmaarif.net, Ilustrasi: laduni.ID

Laduni.ID, Cilacap - Pesantren adalah tempat yang biasa disebut "penjara suci". Penjara dimaknai sebagai gambaran kehidupan santri yang tidak bebas. Tidak bisa sembarangan keluar asrama tanpa izin dan kepentingan, tidak diizinkan menggunakan gawai, dan sebagainya. Suci maknanya kesucian niat untuk semata mencari ilmu, dengan merelakan dirinya jauh dari keluarga dan jauh dari kampung halaman.

Suci bisa juga dimaknai sebagai kesucian dalam arti bersih. Sebab santri adalah orang-orang yang sangat menjaga kebersihan diri dalam menjalankan ibadah mahdah. Baik kebersihan apa yang dipakai maupun apa yang ditempati. Seperti banyak dikaji di dalam kitab-kitab kuning tentang bab bersuci.

Berbicara tentang pentingnya kesucian bagi santri, kebersihan pesantren semestinya menjadi kemutlakan yang dijaga oleh santri. Tapi pada kenyataannya tidak semua pesantren terlalu peduli pada hal tersebut. Banyak pesantren yang tampak "kumuh" dan "kotor". Belum lagi masalah sampah yang dihasilkan oleh santri. Kata suci tampak menjadi abu-abu antara makna dan faktanya.

Santri adalah termasuk komune penghasil sampah yang besar setiap harinya. Tetapi saya masih jarang mendengar ada pesantren yang peduli terhadap hal tersebut. Saya bilang jarang, bukannya tidak ada, tolong jangan tersinggung. Saya bukan berniat julid. Maka dari itu tulisan ini tidak mengarah pada pesantren yang sudah peduli lingkungan.

Saya paham santri sangat kenyang dengan suguhan teks-teks, hingga mungkin untuk bergerak ke luar zona teks, santri tidak cukup punya waktu. Barangkali karena pikirannya penuh dengan teks-teks yang harus dihafal. Karena memang santri sangat menjunjung hafalan. Hafalan adalah hal mutlak yang harus diutamakan oleh santri.

Dianggap hebat ketika santri mampu menghafal bait-bait teks sebanyak seribu bait hanya dalam waktu dua ratus hari saja. Kemudian tentang lingkungan di sekitarnya peduli apa? Jangan berdalih, hanya karena di kitab fikih tidak ada yang membahas detail bab menjaga lingkungan terutama sampah, kemudian santri boleh mengabaikan.

Lho Mbak lan Kang Santri, iku kan sampah sampeyan dewe! Kok ya ndak dipikiraken. Tanggung jawabnya mana terhadap lingkungan? Siapa yang membuang, haruslah dia yang memungut. Mungkin peribahasa ini selaras dengan siapa yang menanam mustinya ia juga yang menuai. Sampeyan saiki mondok nanem sampah? Yo kudu nerimo umpama sesok sampeyan uripe kebek sampah (masalah). Gak papa ya, "cocoklogi". Karena sebenarnya persoalan sampah juga tidak sesederhana itu.

Tetapi begitulah, masih sedikit santri yang peduli perihal lingkungannya sendiri. Santri adalah pelantun shalawat yang paling khusyuk. Banyak santri yang bershalawat dengan lisan, belum bershalawat dengan tindakan. Padahal menurut pandangan saya menjaga lingkungan itu juga bagian dari kita bershalawat. Karena tentu saja Rasulullah sudah mencontohkannya. Perihal tekstualnya santri sudah paling ahli.

Sekarang yang mendesak kita tunggu adalah tindakan nyata santri. Keindahan tanpa kebersihan akan buram maknanya. Kebersihan adalah keindahan yang hakiki. Jika lingkungan bersih, keindahan akan memancarkan pesonanya. Pada akhirnya kesucian harus dimaknai lebih luas. Tidak hanya kesucian apa yang kita pakai dan yang kita tempati (untuk shalat) saja akan tetapi lebih luas dari itu adalah bumi yang kita huni.

Sehingga santri tidak perlu dalil untuk menjaga kebersihan lingkungannya dari sampahnya sendiri, karena santri sudah kenyang dalil. Santri bisa menanamkannya sejak dalam pikiran dan menerapkannya dalam pesantren, lingkungan mereka sendiri. Supaya ketika keluar dari pesantren santri tinggal melanjutkan menjaga lingkungannya di kampung halamannya masing-masing. Sebab yang ditunggu oleh masyarakat bukan pertunjukkan hafalan seribu bait, akan tetapi peran nyata santri dalam kehidupan.

Saya tidak bermaksud menggurui, tapi sekadar mengingatkan diri saya sendiri, dan sekaligus mengajak para santri. Barangkali ada yang mau untuk bergerak bersama mencari solusi permasalahan sampah santri. Sebab, memang bagi santri tidak perlu dalil untuk menjaga lingkungan. []


Catatan: Tulisan ini telah terbit pada tanggal 20 Maret 2021. Tim Redaksi mengunggah ulang dengan melakukan penyuntingan dan penyelarasan bahasa.

___________

Penulis: Neyla Hamadah (Pengasuh Pesantren Al-Barokah Putri Kawunganten Cilacap)

Editor: Hakim