Pidato Macron Geger karena Lost in Translation atau Pelintiran?

 
Pidato Macron Geger karena Lost in Translation atau Pelintiran?

LADUNI.ID, Jakarta - Para pejabat Indonesia tampaknya belum memeriksa pidato Presiden Macron sebelum berkomentar. Padahal pidatonya tidak sampai ratusan halaman seperti UU Cipta Kerja.

Pidato Presiden Macron, 25 Oktober 2020 (setelah kasus guru dipenggal):

Rien ne nous fera reculer, jamais. (Tak ada yang membuat kita mundur, tak akan pernah).

La liberté, nous la chérissons; l’égalité, nous la garantissons; la fraternité, nous la vivons avec intensité. (Kebebasan kita rayakan, kesetaraan kita jamin, persaudaraan kita jalani dengan sepenuhnya).

Notre histoire est celle de la lutte contre les tyrannies et les fanatismes. (Sejarah kita itu sejarah perjuangan melawan tirani dan fanatisme).

Nous respectons toutes les différences dans un esprit de paix. (Kita menghormati semua perbedaan dalam satu semangat perdamaian).

Nous n'acceptons pas les discours de haine et défendons le débat raisonnable. (Kita tidak terima pidato-pidato/ujaran-ujaran kebencian dan membela/mempertahankan debat yang masuk akal).

Nous nous tiendrons toujours du côté de la dignité humaine et des valeurs universelles. (Kita akan selalu berpegang teguh di sisi kemuliaan kemanusiaan dan nilai-nilai universal),

Sedangkan yang disalahpahami sehingga jadi masalah adalah bagian pidato tanggal 2 Oktober 2020 (sebelum kasus):

Laïcité & Islam des Lumières (Keawaman & Islam Mencerahkan/Penuh Cahaya).

Macron mengatakan, "Kita harus memastikan bahwa prinsip laïcité/lay-ite/keawaman dihormati dengan tegas dan tepat. Tanpa ditarik ke dalam perangkap jebakan betmen yang dibuat oleh para tukang polemik dan oleh hal-hal ekstrim yang akan mengakibatkan stigmatisasi bagi semua muslim." (Il faut donc faire respecter la laïcité fermement, justement. Sans se laisser entraîner dans le piège de l'amalgame tendu par les polémistes et par les extrêmes qui consisterait à stigmatiser tous les musulmans).

Perhatikan kata "muslim" dalam bahasa Prancis adalah "musulman". Islam tetap Islam. Sedangkan Islamiste, menurut Prof Ayang Utriza, adalah kelompok radikal-politis Salafis Wahabi dan Ikhwanul Muslimin. Kita singkat saja SWIM.

Macron tegaskan, "Masalahnya bukan pada laïcité-nya. Karena prinsip ini menjamin kebebasan untuk beragama atau tidak, kesempatan menjalankan ibadah tatkala ketertiban umum terjamin." (Le problème n’est pas la laïcité. La laïcité, c'est la liberté de croire ou de ne pas croire, la possibilité d'exercer son culte à partir du moment où l'ordre public est assuré).

Namun, “Masalahnya adalah separatisme Islamiste (SWIM). Proyek yang disadari, berteori, berpolitik-agama ini, yang diwujudkan secara berulang-ulang menjauhkan dari nilai-nilai Republik." (Le problème, c’est le séparatisme islamiste. Ce projet conscient, théorisé, politico-religieux, qui se concrétise par des écarts répétés avec les valeurs de la République).

Selanjutnya Macron bilang, "Saya tidak meminta warga kita untuk percaya atau tidak percaya, percaya sedikit atau secukupnya. Karena itu bukan urusan Republik. Tapi saya meminta semua warga negara, yang beragama apapun atau tidak beragama, untuk menghormati secara mutlak semua hukum Republik." (Je ne demande à aucun de nos citoyens de croire ou de ne pas croire, de croire un peu ou modérément, ça n’est pas l'affaire de la République. Mais je demande à tout citoyen, quelle que soit sa religion ou pas, de respecter absolument toutes les lois de la République).

Macron pun menegaskan, "Saya percaya kepada warga Muslim Prancis dan kepada kemampuan mereka untuk memobilisasi kontribusi dalam upaya warga melawan separatisme Islamiste (SWIM), kepada niat mereka untuk membangun Islam Mencerahkan." (J’ai confiance dans les Français de confession musulmane et dans leur capacité à se mobiliser pour contribuer à cette bataille républicaine contre le séparatisme islamiste, dans leur volonté de s’organiser aussi, pour bâtir un islam des Lumières).

Perhatikan ketika menyebut agama Islam, Macron bukan menggunakan kata Islamiste.

"Tentu saja bukan tugas Negara untuk melakukan strukturisasi Islam, tapi kita harus mengizinkannya, mendukungnya, dan itulah mengapa saya banyak berbicara dengan perwakilan Islam di negara kita." (Ce n’est bien sûr pas le travail de l’État que de structurer l’Islam, mais nous devons le permettre, l’accompagner, et c’est pourquoi j’ai beaucoup dialogué avec les représentants de l’Islam dans notre pays).

Jadi, inilah tujuan Macron... "Ambisi untuk melatih dan mempromosikan di Perancis generasi imam dan intelektual yang membela Islam sepenuhnya selaras dengan nilai-nilai Republik." (L’ambition de former et promouvoir en France une génération d’imams et d’intellectuels qui défendent un Islam pleinement compatible avec les valeurs de la République).

Apakah ada yang salah dengan pidato tersebut?

__________________________
*) Artikel ini ditulis oleh Sansulung J Sum.