Ketika Syaikh Hasan Al-Bashri Suudzon kepada Orang Tak Dikenal

 
Ketika Syaikh Hasan Al-Bashri Suudzon kepada Orang Tak Dikenal
Sumber Gambar: Pinterest, Ilustrasi: laduni.ID

Laduni.ID, Jakarta - Banyak kisah menarik tentang Syaikh Hasan Al-Bashri. Beliau adalah ulama sufi yang sangat masyhur.

Ada satu kisah menarik yang pernah diceritakan oleh Ustadz Salim A. Fillah tentang Syaikh Hasan Al-Bashri yang pernah terbersit prasangka tidak baik kepada seseorang yang tak dikenalnya.

Alkisah, ada satu kejadian yang dialami oleh Syaikh Hasan Al-Bashri. Suatu ketika, tampaklah di hadapannya gerak-gerik seorang lelaki dan perempuan yang duduk berduaan di tepian Sungai Dajlah yang memang mencurigakan sekali. Hangat berbincang. Akrab bercanda. Mesra bahasa tubuhnya.

Satu hal yang lebih mencurigakan sekali, di dekat si pria itu ada sebuah botol tembikar ramping, jenis yang biasa dipakai untuk wadah khamer atau sejenis minuman memabukkan.

Maka Syaikh Hasan Al-Bashri menggumam dalam hati ketika berjalan melewati pasangan yang asyik itu, “Betapa buruk akhlaknya, dan beruntung dan baiknya jika lelaki itu seperti diriku ini.”

Selepas itu Hasan Al-Bashri melihat perahu penyeberangan terbalik, dan tujuh penumpangnya minta tolong dalam derasnya arus. Lalu, lelaki yang sedang berduaan itu dengan sigap meloncat ke dalam aliran sungai. Bergegas menolong mereka yang nyaris tenggelam.

Dengan kecekatan dan keterampilan berenang yang hebat, dua demi dua penumpang perahu yang terbalik itu berhasil ditariknya ke tepian. Namun tinggal satu yang terlepas dan hanyut. Lelaki penolong itu pun telah kelelahan untuk mengejarnya ke dalam pusaran air yang sangat deras.

Setelah naik ke darat, anak muda penolong tadi mendekati Syaikh Hasan Al-Bashri. Lalu ia berkata kepada Syaikh Hasan Al-Bashri, “Aku tahu Tuan tadi berprasangka buruk menganggapku seorang yang amat buruk kelakuannya.”

Pemuda penolong tadi melanjutkan kata-katanya, “Jika Tuan memang lebih baik daripada diriku, coba selamatkan seseorang yang gagal aku tolong itu!”

Sang Imam, Syaikh Hasan Al-Bashri menggeleng malu dan merasa tak mampu.

“Tuan hanya diminta menyelamatkan satu! Aku sudah berandil dengan menolong 6 orang lainnya bukan?” Cecar anak muda penolong itu lagi.

Syaikah Hasan Al-Bashri mengangguk dan meminta maaf atas prasangka tidak baiknya.

Lalu si pemuda menjelaskan semuany, “Tuan, ketahuilah, yang duduk bersamaku sejak tadi itu adalah Ibuku. Dan botol yang Tuan lihat itu sebenarnya hanya berisi air, bukan minuman memabukkan!”

Air mata meleleh bersama ketertegunan sekaligus sesal mendalam Imam Syaikh Hasan Al-Bashri, mendengar penjelasan anak muda penolong itu.

“Jika demikian, sebagaimana telah kau selamatkan enam orang tadi dari bahaya tenggelam ke dalam sungai, maka selamatkanlah aku dari tenggelam dalam rasa ’ujub dan takabbur,” ujar Syaikh Hasan Al-Bashri.

“Amin,” ujar si pemuda.

“Semoga Allah selalu memberikan taufiq-Nya kepadamu,” pemuda tadi mendoakan Syaikh Hasan Al-Bashri.

Sejak saat itu, Imam Hasan Al-Bashri dikenal dengan ungkapannya yang masyhur:

“Seorang zuhud itu adalah orang yang setiap kali berjumpa sesama, maka dia berkata kepada dirinya, ‘Orang ini lebih baik daripada saya’.”

***

Sahabat, kita tidak diizinkan untuk mengukur kemuliaan dari keturunan, kekayaan, ras, paras, pangkat, ataupun jabatan. Satu-satunya ukuran kemuliaan yang dinilai oleh Allah SWT adalah ketakwaan.

Seandainya takwa itu tertanda secara lahir di dahi, apalagi dengan skor berupa angka pasti, mudahlah kita bersikap. Mencium tangan mereka yang lebih mulia, atau mengelus kepala mereka yang lebih rendah derajatnya mungkin jadi pilihan laku.

Tapi anehnya, justru takwa yang menjadi satu-satunya ukuran kemuliaan yang diakui oleh Allah SWT itu, disembunyikan dalam dada dan hanya Dia yang tahu hal itu. Wallahu ‘Alam. []


Catatan: Tulisan ini telah terbit pada tanggal 01 Desember 2020. Tim Redaksi mengunggah ulang dengan melakukan penyuntingan dan penyelarasan bahasa.

Editor: Hakim