Biografi KH. Anwar Alwi Paculgowang

 
Biografi KH. Anwar Alwi Paculgowang
Sumber Gambar: foto istimewa

Daftar Isi Biografi KH. Anwar Alwi Paculgowang

1.    Riwayat Hidup dan Keluarga
1.1  Lahir
1.2  Wafat
2.    Sanad Ilmu dan Pendidikan
2.1  Pendidikan
2.2  Guru-guru Beliau
3.    Perjalanan Hidup dan Dakwah
3.1  Menjadi Pengasuh Pondok Pesantren Paculgowang
3.2  Dakwah
4.   Jasa Beliau
5.   Karomah dan Teladan
6.   Referensi

1. Riwayat Hidup dan Keluarga
1.1 Lahir

KH. Anwar Alwi lahir pada tanggal 23 Ramadhan 1291 H / 11 November 1874 di Paculgowang. Beliau merupakan putra kedua dari empat bersaudara, dari pasangan KH. Alwi dan Nyai Hj. Sholihah. Saudara-saudara beliau antara lain; Nyai Waristah Alwi, Kyai Anwar Alwi, Kyai Munshorif Alwi, dan Kyai Manshoer Alwi.
1.2 Wafat
KH. Anwar Alwi wafat pada tanggal 9 Jumadil Ula Ahad Wage 1348 H/ 12 Oktober 1929 M.

2. Sanad Ilmu dan Pendidikan
2.1 Pendidikan

Sejak kecil KH. Anwar Alwi telah mengikuti jejak ayah beliau dalam mendalami ilmu agama. Ayah KH. Alwi yang telah mendirikan sebuah Pondok Pesantren membimbing langsung Kyai Anwar kecil.

Dengan sikap dan kepribadian KH. Alwi yang luhur  serta telaten dalam mendidik para santri dan putra-putri beliau, membuat Kyai Anwar kecil semakin tekun dalam belajar. Sangking semangat beliau, muncullah keinginan  dari Kyai Anwar kecil untuk menggali ilmu-ilmu agama lebih dalam lagi, sehingga mendorong Kyai Anwar untuk pergi belajar di Pondok Pesantren lain. Akan tetapi, karena dirasa belum cukup usia, maka keinginan beliau itu tidak mendapat restu dari kedua orang tua beliau.

Selang beberapa tahun dan dirasa Kyai Anwar sudah cukup dewasa, akhirnya kedua orang tua beliau memberikan restu kapada beliau untuk memperdalam ilmu agama di Pesantren lain. perjalanan mencari ilmu ini tidak sebatas pada Pondok Pesantren di pulau jawa saja, akan tetapi ada juga yang sampai di luar Jawa, tepatnya di pulau garam, Madura. Berikut daftar Pondok Pesantren yang pernah beliau singgahi untuk mendalami ilmu agama:

  1. Pondok Pesantren Wonokoyo Jogoroto Jombang
  2. Pondok Pesantren Trenggilis Wonokromo Surabaya
  3. Pondok Pesantren Panji Sidoarjo
  4. Pondok Pesantren Bangkalan Madura
  5. Berguru di Makkah
  6. Berguru di Bangkalan

2.2 Guru-guru Beliau

  1. KH. Alwi (ayah)
  2. Syekh Kholil Bangkalan
  3. Syekh Nawawi Al Bantani
  4. Syekh Mahfudz At Tirmisi 
  5. Syekh Khotib Al Minangkabauwi

3. Perjalanan Hidup dan Dakwah
3.1 Menjadi Pengasuh Pondok Pesantren Paculgowang

Setelah ayahandan beliau wafat, KH. Anwar Alwi menggantikan kedudukan ayah beliau sebagai pengasuh di Pondok Pesantren Paculgowang. Adapun kitab-kitab yang beliau baca untuk santri kala itu adalah:

  1. As Syarqowi (Fiqih)
  2. Jam’ul Jawami’ (Hadist)
  3. Fathul Mui’n (Fiqih)
  4. Ihya Ulumiddin (Filsafat Agama)
  5. Tafsir Jalalain dan lain-lain

Dari sekian kitab-kitab yang beliau selenggarakan dengan sistem sorogan dan sistem wetonan. pembagian jadwal pada waktu itu adalah:

Sistim Sorogan mulai pukul 05.00 s/d 07.00
Sistim Wetonan mulai pukul 07.00 s/d 14.00
Sistim Wiridan mulai pukul 16.30 s/d 17.30

Selebihnya beliau memanfaatkan waktu beliau untuk mengisi pengajian di masyarakat yang biasa diselenggarakan di musholla dan masjid di sekitar Paculgowang.

3.2 Dakwah Beliau
Mengenai cara dan prinsip dakwah beliau, KH. Anwar Alwi lebih cenderung memaki door to door system atau sistem dari rumah ke rumah. Beliau selalu bertindak bijaksana mengajak orang-orang yang belum mau melaksanakan Syari’at islam. Artinya beliau kurang setuju bila dakwah  di tengah-tengah masyarkat hanya dengan ceramah dan pengajian umum saja.

Prinsip dakwah yang beliau pakai rupanya ada sedikit perbedaan dengan cara dakwah KH. Hasyim Asy’ari yang cenderung dakwah lewat pentas. Hingga pada suatu hari KH. Anwar menolak diadakan lomba pidato di tebuireng yang waktu itu ketua pondoknya adalah KH. Wahab Hasbulloh yang kemudian menjadi pengasuh pondok Bahrul Ulum Tambak Beras Jombang.

Perbedaan pandangan antara beliau dengan KH. Hasyim Asy’ari tidak terbatas hanya pada soal dakwah, tetapi juga mengenai boleh tidaknya membudayakan Hari Raya Idul Fitri, dengan istilah Hari Raya ketupatan.

Menurut KH. Hasyim Asy’ari hal itu boleh sebab itu hanya beda istilah saja. Pandangan lain yang sempat jadi pomelik antara dua tokok tersebut adalah boleh tidaknya memasang kentongan di masjid, Yang mana menurut KH. Hasyim Asy’ari pemasangan itu tidak boleh, karena kentongan itu menyerupai lonceng gereja.

Oleh karena itu orang islam tidak boleh memasang dan memukul kentongan di masjid. Sedangkan menurut beliau memasang kentongan itu boleh, dengan alasan Naqus/kentongan dalam tradisi Islam itu tidak sama dengan lonceng yang di pasang di gereja-gereja orang Kristen.

Kendati antara beliau dan KH. Hasyim Asy’ari terjadi perbedaan pendapat, namun keakraban beliau tetap dalam keterjalinan yang erat. Beliau berdua bagai sejoli yang sulit untuk dipisahkan, terutam dalam mengadakan acara-acara yang erat kaitannya dengan perjuangan, baik formal maupun non formal. Kebersamaan langkah beliau berdua terlihat nyata oleh seringnya KH. Anwar dan KH. Hasyim Asy’ari pergi ke Surabaya dalam menghadiri rapat-rapat pembentukan Jam’iyyah Nahdlatul Ulama.

KH. Anwar pun aktif dalam menghadiri muktamar-muktamar NU, mulai muktamar pertama, kedua, ketiga dan keempat. Namun sejauh keterlibatan beliau dalam memperjuangkan dan menSyi’arkan agama, beliau tetap seorang Kyai yang tidak mau meninggalkan masyarakat dilingkungan beliau yang pada waktu itu masih sangat awam akan pengetahuan agama.

4. Jasa Beliau Melawan Penjajah
Pada zaman kolonial, meskipun beliau tidak tercantum nama beliau sebagai tokoh maupun anggota organisasi masyarakat (ormas), beliau tetap seorang ulama yang  cukup dan banyak berkiprak ditengah medan perjuangan, beliau selalu turun kelapangan melihat dan memberikan tuntunan kepada masyarakat agar melaksanakan perkara yang haq dan meninggalkan perkara yang batil.

Tuntunan demikian tidak terbatas hanya sekitar hukum yang harus dilaksanakan oleh orang islam saja, tetapi juga tentang hukum-hukum dan kewajiban dari sebagian orang islam demi keselamatan sesama. Termasuk bagaimana hukum jihad untuk mengusir penjajah yang hendak merusak Islam dan merongrong negara.

Sikap antipati terhadap pemerintahan kolonial terlihat jelas setiap beliau mengadakan pengajian-pengajian baik Ngaji kuping maupum pengajian yang diselenggarakan dengan jadwal harian atau mingguan. Masyarakat sekitar Jombang sudah tahu persis bahwa beliau adalah seorang Kyai yang dengan tegas menentang kerjasama dengan segala bentuk penjajahan (non cooperatif).

Syahdan, banyak dari organisasi masyarakat yang melakukan aksi pemogokan, sehingga tidak luput beliau bersama KH. Hasyim Asy’ari juga Kyai-Kyai lainnya dituduh oleh pemerintah kolonial ikut terlibat melakukannya. Padahal aksi-aksi pemogokan pada waktu itu yang paling banyak melakukan adalah partai komunis Indonesia dan sebagian kecil dilakukan oleh Sarikat Islam dibawah pimpinan HOS Cokroaminoto, yang memang kebanyakan anggota beliau dari para Kyai. Namun karena itu hanya fitnah belaka, maka beliaupun akhirnya dibebaskan oleh pihak kolonial.

Pada zaman itu beliau sering menjadi imam sholat di masjid Agung Jombang dan daerah sekitarnya. Dalam menunaikan tugas rutin beliau, beliau sering menggunakan sepeda pancal atau dokar sebagai sarana transportasi yang murah dan efektif.

Anehnya jika beliau sedang pergi mengendarai kendaraan berkuda ini, tidak ada kendaraan yang berani mendahului beliau. Konon, pernah dokar yang beliau kendarai berpacu dengan kereta api jurusan Jombang - Pare, sehingga dokar beliau terserempet, tapi apa yang terjadi kemudian? ternyata bukan dokar beliau yang rusak dan terbalik, namun justru tangga tempat naik kereta api itu yang rusak berat, sampai patah berantakan. Sementara beliau berikut dokarnya selamat tidak mengalami luka-luka serta kerusakan sedikitpun.

5. Karomah dan Teladan Beliau
5.1 Karomah
Pada zaman kolonial, masyarakat banyak yang mengadukan keluh - kesah pada KH. Anwar Alwi, gara-gara pemerintah kolonial Belanda membuat sumur bor pompa yang cukup besar sehingga banyak merugikan sumber air masyarakat desa Paculgowang, karena daya serapnya sangat besar.

Maka beliau beserta warga setempat segera bertindak melaksanakan istighotsah dengan memanjatkan do’a dengan harapan semoga sumur bor itu macet. Dan do’a mereka pun terkabulkan. Beberapa hari setelah itu, sumur bor tersebut macet total, sama sekali tidak berfungsi. Demikianlah keampuhan beliau bila sudah memohon kepada sang penolong, Allah SWT.

5.2 TELADAN
Dalam mendidik dan melatih serta membimbing para santri KH. Anwar Alwi terkenal sangat telaten. Kelemah lembutan beliau dalam mendidik santri inilah yang kemudian membentuk kepribadian seorang Kyai disegani oleh para santri dan masyarakat di sekitar beliau.

Karakteristik beliau yang penuh perhatian itu, bukan hanya dicurahkan kepada para santri dan masyarakat disekitar beliau saja, tapi kepada putra-putri beliau juga. Lebih-lebih dalam ikatan pendidikan, hampir seluruh putra-putri beliau mendapat pendidikan langsung dari beliau. Pantas jika kelak dari salah seorang putra beliau yang bernama  KH. Manshoer Anwar dapat mewarisi sikap kepribadian beliau.

Semoga apa yang beliau kerjakan menjadi amal baik yang tak akan pernah terputus dan Allah senantiasa mencurahkan Rahmat-Nya kepada beliau.

6. Referensi
https://pwnujatim.or.id

 

CHART SILSILAH SANAD

Berikut ini chart silsilah sanad guru KH. Anwar Alwi Paculgowang dapat dilihat DI SINI.


Artikel ini sebelumnya diedit tanggal 25 Januari 2021, dan terakhir diedit tanggal 12 Oktober 2023.

 

Lokasi Terkait Beliau

List Lokasi Lainnya