Biografi KH. Alwi Dawud Paculgowang

 
Biografi KH. Alwi Dawud Paculgowang

Daftar Isi Profil KH. Alwi Dawud Paculgowang

  1. Kelahiran
  2. Keluarga
  3. Mendirikan Pesantren

Kelahiran

KH. Alwi Dawud atau yang kerap disapa dengan panggilan Asngodo dilahirkan di Sumatera.  Beliau merupakan putra dari K. Dawud.

Keluarga

KH. Alwi Dawud melepas masa lajangan dengan menikahi gadis dari desannya. Buah dari pernikahannya, beliau dikaruniai 3 anak, putra-putri beliau diantaranya Waritsah, Munshorif, Manshoer dan Anwar.

Mendirikan Pesantren

Saat beliau mulai pindah ke Desa Keras, Jombang, beliau bertemu dengan kiai asal Jawa Tengah yang telah lama bermukim, yaitu Kiai Asya’ri yang tidak lain adalah ayah dari Hadrotusyekh KH. Hasyim Asya’ri, pendiri Jam’iyah Nahdlatul ‘Ulama. Hal ini membuat KH. Alwi semakin tenang. Setelah beberapa tahun KH. Alwi atau Asngodo dan keluarganya bermukim di Desa Keras, beliau akhirnya memutuskan pindah ke Desa Cukir. Di Desa Cukir ini KH. Alwi menempati suatu tempat yang sekarang di kenal sebagai Masjid Al – Falah, Cukir.

Di Desa Cukir ini KH. Alwi dan beberapa keluarganya merasa kurang nyaman, karena banyak dijumpai orang-orang Belanda, sebab waktu itu telah berdiri Pabrik Gula Cukir yang berada dalam kekuasaan Pemerintahan Hindia Belanda. Untuk lebih menenangkan hati, beliau memutuskan untuk berpindah lagi ke Dusun yang terletak di arah timur laut desa Cukir yang bernama Dusun Sumber Macan yang mayoritas masih berupa hutan.

Di Dusun kecil yang minim penduduk ini, sedikit demi sedikit beliau membuka hutan untuk tempat bermukim. Lokasi yang sepi dan terasa aman membuat KH. Alwi merasa lebih cocok dan betah. Oleh sebab itu, beliau menyempatkan diri kembali lagi  ke Klaten untuk mengajak sebagian sanak keluarganya yang masih tertinggal di sana untuk hijrah ke Jawa Timur dan menetap di sana selamanya.

Seiring berjalannya waktu, Dusun Sumber Macan kemudian disebut dengan Dusun “Fauzul Qiwam” yang berarti “Kaum-kaum yang beruntung”, mungkin karena masih minimnya pengetahuan masyarakat jawa sekitar pada waktu itu tentang bahasa arab dan untuk mempermudah penyebutannya, maka di kemudian hari “Fauzul Qiwam” lebih dikenal dengan sebutan Paculgowang sampai sekarang.

Di tempat baru ini, KH. Alwi beserta Ayahandanya (K. Dawud) serta putera-puterinya, yakni: Waritsah, Munshorif, Manshoer dan Anwar memulai suasana hidup yang baru. Beliau mulai membangun musholla untuk mengajarkan ilmu agama kepada penduduk sekitar, sekarang musholla ini sudah menjadi sebuah masjid yang bernama Masjid Al-Alawy, Paculgowang.

Bermula dari pengajaran agama kepada penduduk sekitar di musholla inilah cikal bakal Pondok Pesantren Tarbiyatunnasyi’in, Paculgowang berdiri. Sebab antusiasme masyarakat waktu itu begitu besar yang ditandai dengan semakin banyaknya orang tua yang menitipkan anaknya kepada KH. Alwi untuk diajarkan ilmu agama. Santri-santri itu ada yang berasal dari penduduk sekitar, ada juga yang berasal dari luar daerah seperti Jawa Tengah, bahkan sekarang sudah ada yang berasal dari luar Jawa.

 

Lokasi Terkait Beliau

List Lokasi Lainnya