Biografi Mama Ajengan Adang Badrudin

 
Biografi Mama Ajengan Adang Badrudin
Sumber Gambar: Istimewa, Ilustrasi: laduni.ID

Daftar Isi Biografi Mama Ajengan Adang Badrudin

  1. Kelahiran
  2. Wafat
  3. Keluarga
  4. Pendidikan
  5. Menjadi Pengasuh
  6. Karya-Karya
  7. Wasiat kepada NU dan Murid-Muridnya

 

Kelahiran

Mama Ajengan Adang Badrudin atau yang akrab disapa Abah Cipulus lahir pada 23 Juli 1948, di Desa Simpang, Kecamatan Wanayasa, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat. Beliau merupakan putra ketiga dari tiga bersaudara, dari pasangan Bapak Cece Tapsunji (dalam riwayat lain disebutkan Cece Saptunji) dan ibu Uju Juariyah.

Wafat

Mama Ajengan Adang Badrudin wafat pada hari Senin, tanggal 03 Agustus 2020 Siang, di Pondok Pesantren Al-Hikamussalafiyah. Pada hari itu, ribuan santri dan masyarakat Purwakarta berduyun-duyun mendatangi Cipulus untuk bertakziah dan turut menyampaikan penghormatan kepada Al-Mukarram Mama Ajengan KH. Adang Badrudin, pengasuh Pondok Pesantren Al-Hikamussalafiyah. Tak hanya warga Purwakarta, tetapi dari Subang, Bandung, Cimahi, Karawang, dan sekitarnya juga tak mau ketinggalan.

Ketua PWNU Jawa Barat KH. Hasan Nuri Hidayatullah bersaksi bahwa almarhum adalah sosok yang tegas dan bijaksana, punya komitmen yang besar kepada Ahlussunah wal Jamaah An-Nahdliyah. Menurut Gus Hasan, almarhum mengerahkan putra-putri dan menantunya untuk memperkuat NU di dalam segala lini, baik di jajaran struktural maupun di jajaran kultural. 

Tentu saja wafatnya Abah Cipulus merupakan kehilangan besar bagi warga NU, tak hanya Purwakarta, melainkan Jawa Barat sebab selama ini almarhum merupakan sesepuh yang menjadi rujukan Nahdliyin. Gus Hasan menyatakan dalam sambutannya: “Atas nama keluarga besar PWNU Jawa barat kami ucapkan turut berduka cita atas wafatnya beliau, semoga wafat beliau dalam keadaan husnul khatimah, segala amal salehnya diterima oleh Allah dan keluarga besar yang ditinggalkan diberikan oleh Allah kesabaran... sebagai generasi yang meneruskan perjuangan beliau, baik di pondok pesantren maupun di NU mari kita contoh nilai-nilai uswah yang sudah beliau bangun dalam membumikan nilai-nilai Ahlussunnah wal Jamaah di Purwakarta pada khsususnya, dan bumi Jawa Barat pada umumnya...”

Keluarga

Pada tahun 1971, Mama Ajengan Adang menikah dengan seorang putri dari Mama Izzudin. Buah dari pernikahannya tersebut, Ajengan Adang dikaruniai empat putra dan empat putri.

Pendidikan

Mama Ajengan Adang Badrudin memulai pendidikannya dengan belajar ilmu agama dari ibu dan saudara-saudara orang tuanya sebab sang ayah telah meninggal dunia pada saat beliau masih bayi.

Masa kecil Ajengan Adang adalah masa-masa prihatin. Beliau kerap kali berpindah tangan pengasuh dari satu saudara ke kerabat yang lain. Kemudian pada masa remajanya, beliau menghabiskan waktu dengan menimba ilmu di Pondok Pesantren Al-Hikamusslafiyah Cipulus yang di kemudian hari dipimpinnya. Waktu itu, Cipulus diasuh Mama Ajengan Izzudin yang di kemudian hari menjadi mertuanya.

Ajengan Adang tak pernah menuntut ilmu ke pesantren lain dalam waktu lama. Hanya beberapa bulan saja ketika mengikuti pasaran atau pesantren kilat. Ketika di Cibeureum, Sukabumi, beliau memperdalam ilmu falaq dan manthiq dan kemudian pindah ke Pesantren Cikole untuk memperdalam fiqih, dan ke Manonjaya untuk memperdalam ilmu tauhid.

Menjadi Pengasuh

Setelah menjadi menantu, Ajengan Adang tinggal di kompleks Pesantren Cipulus. Sebagai ajengan muda, beliau memanfaatkan waktunya untuk melanjutkan mereguk ilmu Mama Izzudin. Pada saat yang sama, Mama Izzudin mempercayai santri yang menjadi menantunya itu untuk memulai mengajar santri terkait beragam bidang ilmu yang lazim diajarkan di pesantren. 

Namun, di kemudian hari Ajengan Adang memberi penekanan khusus kepada ilmu tauhid dan fiqih. Hal itu ditunjukkan dengan membuka pasaran Kitab Tijanud Darary dan Fathul Qarib tiap bulan Syawal. 

“Sebetulna nu diaos ku Abah bukan hanya fikih dan tauhid, tetapi hampir semua fan. Hanya saja, setiap pasaran tahunan bulan Syawal, Abah membaca Tijan dan Fathul Qarib karena barangkali dua kitab atau fan tersebut dirasa paling dibutuhkan masyarakat luas, karena isinya merupakan pelajaran mendasar bagi seorang muslim,” jelas seorang cucu Ajengan Adang yang bernama Hilmi Sirojul Fuadi, dalam sebuah kesempatan.  

Ada yang mengatakan bahwa selama di Cipulus, Ajengan Adang telah mengajar pasaran dua kitab tersebut sebanyak 41 kali, terhitung sejak 1978-2000. Bahkan ada yang mengatakan sebanyak 42 kali.

Karya-Karya

Di tengah kesibukan sebagai ajengan yang rutin mengajar ribuan santri, serta warga masyarakat sekitar, Ajengan Adang juga menuangkan pikirannya dalam karya tulis. Berikut ini beberapa karya yang berhasil dikumpulkan, di antaranya:  

  1. Aurad Jamaah Ibu-ibu Majelis Ta’lim Al-Hikamus Salafiyah, Cipulus Nagrog, Wanayasa 
  2. Cacarakan Aqaidul Iman 
  3. Mabadi Ilmu Tauhid sareng Pembahasan Bismillah 
  4. Nadham Durusul Fiqhiyah 
  5. Nadham Aqaidul Iman fi Aqidatil Awam 
  6. Al-Aurad wal-ad’iyah wal-Ahzab ala Pesantren Cipulus
  7. Ieu Nadham Sunda Aqaidul Iman
  8. Pelajaran Bacaan Shalat Nganggo Ma’na Sunda 

Selain karya-karya tersebut, Ajengan Adang juga menggubah ragam syair. Salah satu di antaranya adalah Syair NU. Berikut ini salah satu petikan bagian syair tersebut:

Sholatullah Salamullah Alaa Thoha Rosulillah * Sholatullah Salamullah Alaa Yasiin Habibillah

Imam Hanafl Imam Maliki 
imam syafi'I ahmad hambalu
ltu Imam-imam pilihan
pilihan warganya Nu
 

Wasiat kepada NU dan Para Murid

Ketua PWNU Jawa Barat KH. Hasan Nuri Hidayatullah bersaksi bahwa Ajengan Adang adalah sosok yang mempunyai mahabbah (cinta) yang sangat besar kepada NU.

 “Tidak hanya beliau, tapi keluarga besarnya, yaitu anak bahkan mantu beliau juga digerakkan untuk aktif dalam ber-NU di berbagai lini bahkan tidak hanya di struktur tapi juga kultur...,” kata Pengasuh Pondok Pesantren As-Shiddiqiyyah Karawang, dalam sebuah kesempatan. 

Sementara Cucu Ajengan Adang, Hilmi Sirojul Fuadi, menunjukkan bukti kuat terkait kecintaan kakeknya kepada NU, yaitu pesan tertulis untuk alumni Pesantren Cipulus; 

"Aranjeun kudu jadi pemuda anu teguh, kokoh, kuat, membela Islam Ahlussunah wal Jamaah anu persi NU sanajan loba rintangan, godaan jeung hahalang, ulah jadi pemuda cengeng, miris, elehan, insyaallah aranjeung ditulungan ku Allah."

(Kalian harus menjadi pemuda yang teguh, kokoh, kuat dan terus membela Islam Ahlussunnah wal Jamaah dengan versi NU walaupun banyak rintangan, godaan, dan halangan. Jangan menjadi pemuda yang cengeng, lemah, dan penakut. Insya Allah kalian akan diberi pertolongan oleh Allah).

"Jeung aranjeun ulah pernah eureun ngala elmu ti ulama Ahlussunah wal Jamaah sampai anjeun maot. Insyaallah aranjeun jadi jalma anu salamet jeung beruntung. Sakitu ti Abah."

(Kalian jangan pernah berhenti mencari ilmu dari Ulama Ahlussunnah wal Jamaah sampai mati. Insya Allah kalian akan menjadi orang yang selamat dan beruntung. Hanya itu nasehat dari Abah). []


Artikel ini sebelumnya diedit tanggal 27 Januari 2021, dan kembali diedit dengan penyelarasan bahasa tanggal 03 Agustus 2023.

 

Lokasi Terkait Beliau

List Lokasi Lainnya