Biografi Habib Anis bin Alwi bin Ali Al-Habsyi (Cucu Pengarang Maulid Simtudduror)

 
Biografi Habib Anis bin Alwi bin Ali Al-Habsyi (Cucu Pengarang Maulid Simtudduror)
Sumber Gambar: foto istimewa

Daftar Isi Biografi Habib Anis bin Alwi bin Ali Al-Habsyi (Cucu Pengarang Maulid Simtudduror)

1.    Riwayat Hidup dan Keluarga
1.1  Lahir
1.2  Riwayat Keluarga
1.3  Nasab
1.4  Wafat
2.    Sanad Ilmu dan Pendidikan
2.1  Guru-guru
3.    Perjalanan Hidup dan Dakwah
3.1  Guru Para Syuriah
4.    Referensi

1.  Riwayat Hidup dan Keluarga

1.1 Lahir
Habib Anis lahir pada tanggal 5 Mei 1928, di Garut Jawa Barat. Beliau merupakan putra dari Habib Alwi bin Ali Al-Habsyi dan cucu dari Al-Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi (Muallif Simtuddurar) yang hijrah dari Hadramaut Yaman ke Indonesia untuk berdakwah. Sedangkan ibunda beliau bernama Khadijah.

Ketika beliau berumur 9 tahun, keluarga beliau pindah ke Solo, sampai akhirnya menetap di kampung Gurawan, Pasar Kliwon Solo.

1.2 Riwayat Keluarga
Dari pernikahan Habib Anis bin Alwi bin Ali Al-Habsy dengan Syarifah Syifa As-Sagaf (Putri dari Habib Thaha As-Sagaf), Habib Anis dikaruniai enam putera yaitu:

  1. Habib Ali
  2. Habib Husein
  3. Habib Ahmad
  4. Habib Alwi
  5. Habib Hasan
  6. Habib Abdillah

1.3 Nasab Beliau
Habib Anis bin Alwi bin Ali Al-Habsyi masih keturunan dari Nabi Muhammad SAW, dengan urutan silsilah sebagai berikut :

  1. Nabi Muhammad Rasulullah SAW
  2. Sayyidah Fatimah Az-Zahra Istri Sayyidina Ali bin Abi Thalib
  3. Al- Imam Husein
  4. Al-Imam Ali Zainal Abidin
  5. Al-Imam Muhammad Al-Baqir
  6. Al-Imam Ja’far Shodiq
  7. Al-Imam Ali Uraidhy
  8. Al-Imam Muhammad An-Naqib
  9. Al-Imam Isa Ar-Rumi
  10. Al-Imam Ahmad Al-Muhajir
  11. Sayyid Abdullah atau Ubaidillah
  12. Sayyid Alwi Alawiyyin
  13. Sayyid Muhammad
  14. Sayyid Alwi
  15. Sayyid Ali Khala’ Ghasam
  16. Sayyid Muhammad Shahib Marbad
  17. Sayyid Ali
  18. Sayyid Muhammad Al-Fagih Mugaddam
  19. Sayyid Ali
  20. Sayyid Hasan At-Turabi
  21. Sayyid Muhammad As-Sadillah
  22. Sayyid Ahmad
  23. Sayyid Ali
  24. Sayyid Abu Bakar Al-Habsyi
  25. Sayyid Alwi
  26. Sayyid Muhammad Al-Asghor
  27. Sayyid Ahmad Shohibus Syi’ib
  28. Sayyid Husein
  29. Sayyid Muhammad
  30. Sayyid Abdullah
  31. Sayyid Syech
  32. Sayyid Abdullah
  33. Sayyid Husein
  34. Sayyid Muhammad
  35. Sayyid Ali (Shohibud Maulid Simtudduror)
  36. Sayyid Alwi
  37. Habib Anis

1.4 Wafat
Dua minggu pasca-Lebaran tahun 2006, umat muslim di Soloraya tersentak mendengar kabar duka. Seorang tokoh ulama panutan yang juga keturunan dari Rasulullah Saw, Habib Anis Al-Habsyi dikabarkan telah menghadap ke rahmatullah.

Beliau wafat pada hari Senin, tanggal 6 November 2006 atau 14 Syawal 1427 H pukul 12.55 WIB. Jenazah beliau dimakamkan di sebelah makam ayahnya, yang terletak di sisi selatan Masjid Riyadh. Beliau meninggal dunia karena penyakit jantung yang dideritanya.

Berita wafatnya beliau membuat para murid dan pecinta beliau yang tersebar di penjuru dunia, bergegas untuk ikut memberikan penghormatan terakhir kepada sang guru. Kota Solo di hari wafat Habib Anis diserbu puluhan ribu pentakziah.

Dengan diiringi tangisan dan air mata, mereka melepas kepergian cucu Muallif Simtuddurar tersebut. Kepergian Habib Anis memang patut menjadi duka bagi semua, khususnya kaum Aswaja di wilayah Solo Raya.

Meskipun Habib Anis bin Alwi bin Ali al Habsyi telah meninggalkan kita, namun kenangan dan penghormatan kepada beliau terus saja mengalir disampaikan oleh para habib atau para muhibbin. Habib Husein Mulachailah keponakan Habib Anis mengatakan, pada saat meninggalnya Habib Anis dia dan isterinya tidak mendapatkan tiket pesawat, dan baru keesok harinya datang ke Solo melalui bandara Adi Sumarmo Yogyakarta.

Selama semalam menunggu, mereka seperti mencium bau minyak wangi Habib Anis di kamarnya. “Aroma itu saya kenal betul karena Habib Anis membuat minyak wangi sendiri, sehingga aromanya khas.”

Dalam salah satu tausiyah, Habib Jindan mengatakan, “Seperti saat ini kita sedang mengenang seorang manusia yang sangat dimuliakan, yaitu Nabi Muhammad SAW. Kita juga mengenang orang shalih yang telah meningalkan kita pada tanggal 6 Nopember 2006 yaitu guru kita Habib Anis bin Alwi bin Ali Al-Habsyi.

Ketika kita hadir pada saat pemakaman Habib Anis, jenazah yang diangkat tampak seperti pengantin yang sedang diarak ke pelaminannya yang baru. Bagi Habib Anis, kita melihat semasa hidup berjuang untuk berdakwah di masjid Ar-Riyadh dan kini setelah meninggal menempati Riyadhul Janah, taman-taman surga. Ketika takziyah pada pemakaman Habib Anis kita seolah-olah mengarak pengantin menuju Riyadhul Jannah, taman-taman surga Allah.

Inilah tempat yang dijanjikan Allah kepada orang-orang yang beriman, bertaqwa dan shalih. Kita sekarang seperti para sahabat Habib Ali Al-habsyi, penggubah maulid Simtuddurar yang mengatakan bahwa, ketika mereka hidup di dunia, mereka seolah-olah tidak merasakan hidup di dunia tetapi hidup di surga. Sebab setiap hari diceritakan tentang akhirat, tentang ketentraman bathin di surga. Dan mereka baru menyadari bahwa mereka hidup di dunia yang penuh cobaan.

Kita selama ini hidup bersama Habib Anis, bertemu dalam majelis maulid, berjumpa dalam kesempatan rauhah dan berbagai kesempatan lainnya. Dalam berbagai kesempatan itu kita mendengar penuturan yang lembut dan menentramkan, sehingga sepertinya kita di surga. Dan kita merasakan bahwa kita hidup di dunia yang fana ketika menyaksikan bahwa beliau meninggal dunia. Namun begitu, kenangan beliau tetap terbayang di mata kita, kecintaan beliau tetap menyelimuti kita.

Habib Abdullah Al-hadad ketika menyaksikan kepergian para guru beliau: mengatakan, “Kami kehilangan kebaikan para guru kami ketika mereka meninggal dunia. Segala kegembiraan kami telah lenyap, tempat yang biasa mereka duduki telah kosong, Allah telah mengambil milik-Nya Kami sedih dan kami menangis atas kepergian mereka. Ah…andai kematian hanya menimpa orang-orang yang jahat, dan orang-orang yang baik dibiarkan hidup oleh Allah. Aku akan tetap menangisi mereka selama aku hidup dan aku rindu kepada mereka. Aku akan selalu kasmaran untuk menatap wajah mereka. Aku akan megupayakan hidupku semampukun untuk selalu mengikuti jalan hidup para guruku, meneladani salafushalihin, menempuh jalan leluhurku.”

2. Sanad Ilmu dan Pendidikan

Sejak kecil sebenarnya beliau telah dididik oleh sang ayah yang sekaligus menjadi gurunya. Selain itu beliau juga bersekolah di Madrasah Ar-Ribathah Alawiyah yang terletak di samping sekolahan beliau. Rabithah Alawiyah sendiri adalah sebuah madrasah yang didirikan oleh ulama’-ulama’ sepuh termasuk ayah beliau.

Sekarang, nama madrasah itu beralih menjadi Sekolah Diponegoro. Selain sang ayah, sosok yang juga menggembleng kepribadian Habib Anis disana adalah Habib Ahmad bin Abdullah al-Attas. Dengan pendidikan langsung dari sang ayah dan Habib Ahmad bin Abdullah Al-Attas, ditambah dengan pendidikannya di Madrasah, Anis kecil tumbuh sebagai pemuda yang alim dan berakhlak luhur.

Tentang maqam ilmu dan akhlak yang dimiliki Habib Anis, salah satu cucunya yang bernama Muhammad bin Husain mengungkapkan sosok Habib Anis sebagai orang yang sangat mencintai ilmu.

2.1 Guru Beliau
Guru-guru beliau selama hidupnya adalah sebagai berikut:

  1. Habib Alwi bin Ali bin Muhammad Al-Habsyi (Ayahanda Habib Anis)
  2. Habib Ahmad bin Abdullah Al-Attas.

3. Perjalanan Hidup dan Dakwah

Ketika usia muda, beliau gemar sekali membaca buku. Tiap malam ketika istrinya tidur, beliau membaca kalam Habib Ali bin Muhammad Al Habsyi (kakek Habib Anis) sampai beliau terkadang menangis ketika membaca untaian nasehat kakeknya. Ketika istrinya terbangun beliau langsung mengusap airmatanya supaya tidak terlihat oleh istrinya.

Bahkan ketika usia sudah mulai tua, Habib Anis masih haus kepada ilmu. “Beliau pernah berencana untuk membeli laptop dan belajar mengetik untuk bisa mencatat ilmu yang didapatnya. Beliau juga berencana untuk datang pameran kitab di Mesir supaya bisa membeli kitab-kitab langka yang dijual disana,” imbuh Habib Muhammad.

Pada tahun 1953, ayah Habib Anis pegi ke Palembang guna menghadiri pernikahan kerabatnya. Namun, di sana sang ayah tiba-tiba saja menderita sakit. Seperti mengetahui kalau waktunya tidak lama lagi, Habib Alwi al-Habsyi memanggil putra beliau, Habib Anis, yang pada waktu itu masih berada di Solo.

Setelah keduanya bertemu, Habib Alwi menyerahkan jubahnya dan berwasiat agar supaya Habib Anis, selaku putra tertua untuk meneruskan kepemimpinannya di Masjid dan Zawiyah Riyadh.

Habib Anislah yang kemudian mengganti peran sang ayah. Mulai rutin dengan kegiatan pembacaan Maulid Simtu ad-Durar di setiap malam Jum’at, mengadakan haul Habib Ali Al-Habsyi di setiap bulan Maulud, mengadakan khataman kitab Bukhari pada bulan Sya’ban, khataman kitab Ar-Ramadlan di bulan Ramadlan, dan rutin di setiap siang harinya untuk mengajar di Zawiyah Masjid Riyadh. Kegiatan belajar ini lebih terkenal dengan sebutan rohah.

Pemilik senyuman indah ini oleh adiknya, Habib Ali, dijuluki dengan “anak muda yang berpakaian tua” karena keistiqomahan dan kesabaran beliau dalam berdakwah dalam umur yang relatif muda. Juga karena mengemban beban seperti orang tua di umur beliau yang masih muda.

Habib Anis adalah seorang ulama yang sangat perhatian terhadap orang-orang yang berada disekitarnya baik itu tentang masalah pendidikan, ekonomi, akhlak, akidah, dan hubungan masyarakat dengan para salaf. Beliau sangat memperhatikan dan sering menanyakan.

Bahkan, ketika beliau masih sehat dan kuat, sering beliau pergi kedesa-desa untuk memberi bantuan kepada masyarakat desa, seperti kambing dibeberapa tempat untuk dipelihara, dan hasilnya untuk mereka.

Ditambahkan oleh Habib Muhammad, meskipun Habib Anis termasuk ahli ilmu, akan tetapi beliau lebih dikenal dengan kemuliaan akhlaqnya. “Karena beliau selalu menampilkan akhlaq yang mulia, padahal keluasan ilmunya tidak diragukan lagi,” terangnya.

Dalam sehari-hari Habib Anis sangat santun dan berbicara dengan bahasa jawa halus kepada orang jawa, berbicara bahasa sunda tinggi dengan orang sunda, berbahasa indonesia baik dengan orang luar jawa dan sunda, serta berbahasa arab Hadrami kepada sesama Habib.

Penampilan beliau rapi, senyumnya manis menawan, karena beliau memang sumeh (murah senyum) dan memiliki tahi lalat di dagu kanannya. Beberapa kalangan menyebutnya The smilling Habib.

Habib Anis sangat menghormati tamu, bahkan tamu tersebut merupakan doping semangat hidup beliau. Beliau tidak membeda-bedakan apahkah tamu tersebut berpangkat atau tidak, semua dijamunya dengan layak. Semua diperlakukan dengan hormat.

Seorang tukang becak (Pak Zen) 83 tahun yang sering mangkal di Masjid Ar-Riyadh mengatakan, Habib Anis itu ulama yang loman (pemurah, suka memberi). Ibu Nur Aini penjual warung angkringan depan Masjid Ar-Riyadh menuturkan, “Habib Anis itu bagi saya orangnya sangat sabar, santun, ucapannya halus. Dan tidak pernah menyakiti hati orang lain apalagi membuatnya marah”.

Saat ‘Idul Adha Habib Anis membagi-bagikan daging korban secara merata melalui RT sekitar Masjid Ar-Riyadh dan tidak membedakan Muslim atau non Muslim. Kalau dagingnya sisa, baru diberikan ke daerah lainnya.

Jika ada tetangga beliau atau handai taulan yang meninggal atau sakit, Habib Anis tetap berusaha menyempatkan diri berkunjung atau bersilaturahmi. Tukang becak yang mangkal di depan Masjid Wiropaten tempat Habib Anis melaksanakan shalat jum’at selalu mendapatkan uang sedekah dari beliau.

Menjelang hari raya Idul Fitri Habib Anis juga sering memberikan sarung secara Cuma-Cuma kepada para tetangga, muslim maupun non muslim. “Beri mereka sarung meskipun saat ini mereka belum masuk islam. Insya Allah suatu saat nanti dia akan teringat dan masuk islam.” Demikian salah satu ucapan Habib Anis yang ditirukan Habib Hasan salah seorang puteranya.

Hal itu dilakukan agar bisa berhubungan dengan masyarakat. Dan ketika masyarakat merasa diuntungkan, pada waktu itulah beliau menyisipkan dakwah dan mengisi mereka dengan berbagai macam ilmu yang berkaitan dengan salaf.

Waktu muda, beliau bekerja sebagai pedagang batik dan telah memiliki kios yang ditunggui oleh adik beliau. Namun, karena jama’ah di Masjid Riyadh semakin banyak dan butuh konsentrasi penuh, kios itu beliau tutup dan memilih untuk lebih tekun dalam mengajar.

Beliau adalah orang yang sangat kuat didalam mempertahankan ajaran salaf aqidah ahlu sunnah wal jama’ah. Sangat kuat, istiqamah, dan perhatian dalam mengamalkan thoriqoh yang diajarkan oleh ayah dan kakek beliau, hingga Rasulullah Saw.

Adat-istiadat yang dilakukan oleh ulama’ salaf sangat diperhatikan oleh beliau. Dan sangat sering sekali beliau menceritakan hal-hal seperti itu dimajelisnya yang penuh dengan cerita-cerita orang-orang salaf dan perikehidupannya. Sehingga orang-orang yang berada dimajelisnya selalu mendapatkan pencerahan-pencerahan tentang kehidupan orang salaf.

3.1 Guru Para Syuriah

Beliau adalah orang yang sangat istiqomah. Amalnya sangat banyak dan dilakukan oleh beliau secara terus-menerus. Contohnya dengan beliau menjadi imam 5 waktu di Masjid Riyadh dan hadir memimpin rohah dengan membaca kitab-kitab salaf di Zawiyah Masjid Riyadh disetiap harinya.

Jika hari Senin biasanya beliau akan mengajar kitab Tafsir, hari Selasa dengan kitab Fiqh, kalau Rabu adalah Sirrah Nabawiyyah dan kalau hari kamis adalah kitab Ihyaa’ Ulumuddin dalam fan Tasawwuf.

Menurut Habib Muhammad bin Husein, semasa hidupnya, Habib Anis mengabdikan untuk berdakwah dan bergelut dalam majelis ilmu. “Beliau punya pengajian setiap harinya saat ba'da dzuhur, kecuali Jumat dan Ahad, di kediaman beliau. Pernah, ketika istri beliau meninggal masyarakat datang untuk berta'ziyah. Namun begitu tiba waktunya pengajian, langsung beliau membuka kitabnya dan mulai membaca serta mengajar. Didalam rumah jenazah istrinya sedang dimandikan tapi beliau tetap istiqomah mengajar dan membimbing ummat,” terangnya.

Habib Anis juga dikenal sebagai pribadi yang istiqomah dalam segala hal, tentang keistiqomahan ini juga diakui oleh salah satu muridnya yang kini mengemban amanah sebagai Rais Syuriyah Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Sukoharjo, KH Ahmad Baidlowi.

“Dalam banyak hal, Habib Anis selalu tertata rapi, meskipun di banyak aktivitasnya sebagai imam sholat, pengajian, menerima tamu, membuka toko dan sebagainya,”

Dalam dakwahnya, Kiai Baidlowi menuturkan Habib Anis memiliki beberapa konsep, yang kesemuanya dapat dilihat langsung di Masjid Riyadh sampai sekarang. “Yakni, masjid sebagai tempat ibadah. Zawiyah, sebagai pusat ilmu dan toko sebagai media penggerak ekonomi,” ujarnya.

Terkait hal ini, Habib Anis sendiri pernah menyampaikan bahwa ada empat hal yang penting:

  1. Kalau engkau ingin mengetahui diriku, lihatlah rumahku dan masjidku. Masjid ini tempat aku beribadah mengabdi kepada Allah.
  2. Zawiyah, di situlah aku menggembleng akhlak jama’ah sesuai akhlak Nabi Muhammad SAW.
  3. Kusediakan buku-buku lengkap di perpustakaan, tempat untuk menuntut ilmu.
  4. Aku bangun bangunan megah. Di situ ada pertokoan, karena setiap muslim hendaknya bekerja. Hendaklah ia berusaha untuk mengembangkan dakwah Nabi Muhammad saw.

Ulama asal Pasuruan itu menambahkan, meskipun tidak pernah masuk dalam struktur NU di Solo, namun peranan Habib Anis atas kemajuan NU di wilayah Solo Raya sangatlah besar. Beberapa muridnya bahkan kini menjadi Rais Syuriyah, diantaranya KH A. Baidlowi dan KH Abdul Aziz (Wonogiri).

Sebagai penerus kekhalifahan (imam) di Masjid Riyadh, Habib Anis meneruskan beerbagai kegiatan yang telah dirintis oleh para pendahulunya. Kegiatan seperti Haul Habib Ali Al-Habsyi, Khatmul Bukhari, dan Maulid yang terselenggara setiap malam Jumat selalu dihadiri oleh ratusan bahkan puluhan ribu jamaah dari berbagai daerah. Para ulama terkemuka, seperti TG Zaini Abdul Ghani, Abuya Dimyati, Kiai Siraj dan lainnya, bahkan pernah hadir di Masjid Riyadh untuk mengikuti majelis ilmu yang dipimpin Habib Anis.

Sebagai seorang ulama, Habib Anis juga pernah berkeinginan untuk menulis kitab. Namun, hingga akhir hayat beliau belum berkesempatan untuk merealisasikannya. “Belum sempat menulis kitab, hanya berencana. tapi kedahuluan dijemput oleh Allah,” tutur Habib Muhammad.

4. Referensi

  1. https://jaringansantri.com/biografi-al-habib-anis-bin-alwi-bin-ali-al-habsyi
  2. https://nu.or.id/tokoh/mengenal-kepribadian-luhur-habib-anis-al-habsyi-

Chart Silsilah Sanad

Berikut ini chart silsilah sanad murid Habib Anis Al-Habsyi dapat dilihat DI SINI.


Artikel ini sebelumnya diedit tanggal 01 April 2021, dan terakhir diedit tanggal 06 September 2022.

 

Lokasi Terkait Beliau

    Belum ada lokasi untuk sekarang

List Lokasi Lainnya