Dampak Psikologis Setelah Divaksin

 
Dampak Psikologis Setelah Divaksin

LADUNI.ID, Jakarta - Hingga kini, proses vaksinasi terus dilakukan di Indonesia dalam rangka mencapai herd immunity covid yang ditargetkan pemerintah. Di tengah proses tersebut, ternyata masih banyak masyarakat yang ragu bahkan cenderung merasa enggan untuk melaksanakan vaksinasi. Nah, berikut ini Laduni.ID sajikan pengalaman sekaligus penjelasan prihal dampak psikologis seorang sosiolog saat setelah dilakukan vaksinasi (Senin, 15/3/2021). Selamat membaca.

Setelah dua hari mendapatkan vaksin, ada perasaan hati yang ingin saya bagikan kepada para sahabat. Walaupun saya tahu, kerja vaksin tak sepenuhnya menjamin dari potensi tertular Covid-19, dan daya tahan tubuh (antibody) masih belum terbangun maksimal sebelum vaksin ke dua dilakukan, tetapi terus terang hati saya saat ini terasa lebih tenteram.

Untuk itu, saya perlu nyatakan terima kasih pada petugas medis dan para relawan yang membantu proses vaksinasi ini. Tak lupa, saya juga berterima kasih pada pemerintah yang telah mengupayakan vaksinasi ini dalam waktu relatif cepat dan gratis pula. Rasa terimakasih ini tak berarti melupakan para sahabat dan masyarakat luas yang belum mendapat kesempatan vaksinasi. Semoga yang lain segera mendapatkan kesempatan sama dalam tempo sesingkat-singkatnya, amiin.

Rasa syukur ini perlu saya ungkapkan karena ternyata proses vaksinasi ini di banyak negara belum dilakukan secara meluas. Kemarin, saya kebetulan menanyakan kepada keluarga saya yang kini berada di Singapura dan Jepang. Ternyata, mereka belum mendapat vaksin dan bahkan belum mendengar proses vaksinasi kapan akan dilakukan. Gerakan vaksinasi tak segemuruh di Indonesia. Saya tak tahu apa alasannya.

Dalam rangka mendorong keluarga untuk segera bersiap menyerahkan lengannya untuk divaksin, kemarin sore, mereka saya kumpulkan. Dalam rapat keluarga, saya coba berbagi cerita bagaimana proses vaksinasi dilakukan mulai dari pendaftaran, antrian, screening, penyuntikan, hingga observasi pascapenyuntikan. Saya juga bercerita potensi efek samping dari vaksin yang mungkin terjadi. Tapi, alhamdulillah saya sama sekali tak merasakan apa-apa setelah divaksin kecuali sedikit pegal di bekas suntikan. Itupun sekarang sudah hilang.

Saya ingin berbagi rasa ketenangan pada seluruh anggota keluarga dan juga para sahabat. Semoga proses vaksinasi yang tengah berjalan dapat terus lancar dan tertib. Semoga pemerintah yang tengah berjuang mendapatkan lebih banyak vaksin juga berhasil sehingga seluruh rakyat Indonesia mendapat kesempatan dan kemudahan sama. Kita tahu, vaksin yang jumlahnya terbatas ini, tengah diperebutkan oleh banyak negara.

Akhirnya, saya hanya bisa berdoa. Semoga bila ada tangan-tangan jahat yang berniat korupsi dalam proses pengadaan vaksin ini, dengan mengambil kesempatan di tengah kesulitan, dapat dicegah sedini mungkin dan diawasi ketat.

KPK sebaiknya sigap mendampingi jalannya proses ini. Tak perlu ada Operasi Tangkap Tangan (OTT) bila pencegahan dan pengawasan ketat dilakukan. Tapi bila masih ada juga yang melakukan korupsi dalam situasi seperti ini, ya kebangetan banget. Saya tak tahu lagi, harus diapakan orang semacam itu.

***

Itulah cerita yang disampaikan oleh seorang sosiolog, Imam B. Prasodjo, dua hari usai dilakukan vaksinasi. Berdasakan pengalaman tersebut, setidaknya masyarakat bisa memiliki rasa antusias dan tidak perlu takut untuk mengikuti vaksinasi pemerintah, karena vaksinasi merupakan proses yang perlu ditempuh sebagai ikhtiar melindungi diri dan masyarakat agar virus Covid-19 tidak lagi tersebar. Semoga.(*)

***

Sumber tulisan: Imam B. Prasodjo (Sosiolog UI)
Editor: Muhammad Mihrob