Menjelang Wafat, Habib Mundzir Kisahkan Pertemuannya dengan Rasulullah SAW

 
Menjelang Wafat, Habib Mundzir Kisahkan Pertemuannya dengan Rasulullah SAW
Sumber Gambar: liputan6.com

LADUNI.ID, Jakarta - Duka mendalam selalu datang ketika ada salah satu ulama yang wafat. Begitupula saat wafatnya Habib Munzir. Tangis jama’ah Majlis Rasulullah dan para pecinta Habib Mundzir menjadi saksi bahwa sosok Habib Mundzir sangat mencintai jama’ahnya dan dicintai jama’ahnya.

Perasaan duka itu tidak terlepas dari kemuliaan akhlak Habib Mundzir yang sangat terasa di hati para jama’ah. Sebuah akhlak yang terpancar dari sang kekasih Nabi Muhammad SAW.

Sebagaimana dilansir Bangkit Media, sebelum malaikat Izrail datang, Habib Mundzir mengisahkan pertemuannya dengan Nabi Muhammad SAW. Berikut kisahnya.

“Aku teringat mimpiku beberapa minggu yang lalu. Aku berdiri dengan pakaian lusuh bagai kuli yang bekerja sepanjang hari, di hadapanku Rasulullah saw berdiri di pintu kemah besar dan megah, seraya bersabda, “Semua orang tak tega melihat kau kelelahan wahai Munzir, aku lebih tak tega lagi. Kembalilah padaku, masuklah ke dalam kemahku dan istirahatlah….”

“Kujenguk dalam kemah mewah itu ada Guru Mulia (Habib Umar bin Hafidz) seraya berkata, “Kalau aku bisa keluar dan masuk ke sini kapan saja, tapi Engkau wahai Munzir jika masuk kemah ini kau tak akan kembali ke dunia.” Kisah Habib Mundzir.

Setelah peristiwa itu, Rasulullah SAW terus mengajak cucunya Habib Mundzir untuk masuk menuju kemah besar itu.

“Masuklah, kau sudah kelelahan. Kau tak punya rumah di dunia (memang Habib Mundzir hingga saat itu masih belum punya rumah-red). Tak ada rumah untukmu di dunia, karena rumahmu adalah di sini bersamaku, serumah denganku, seatap denganku, makan dan minum bersamaku. Masuklah!”

Habib Mudzir masih memikirkan dakwahnya dalam menegakkan panji-panji ajaran Nabi Muhammad SAW di Jakarta.

“Wafatmu akan membangkitkan ribuan hati untuk meneruskan cita-citamu…! Masuklah…!” kata para sesepuh Wali Allah saat itu.

Kemudian, saat itu Malaikat Izrail as. Menggenggam Habib Mundzir dari belakang, ia memegang dua pundak Habib Mundzir, terasa seluruh uratnya sudah digenggamannya, seraya berkata, “Mari, ku hantar kau masuk, mari”

“Saya masih mau membantu Guru Mulia saya (Habib Umar-red),” jawab Habib Mundzir.

Setelah itu, Rasulullah memerintahkan Izrail untuk melepaskan Habib Mundzir.

“Aku terbangun, semalam ketika aku rebah dalam kegelapan kulihat dua tamu bertubuh cahaya, namun wajahnya tidak berbentuk kecuali hanya cahaya. Ia memperkenalkan bahwa ia adalah Izrail as. Kukatakan padanya, “Belum… belum… aku masih ingin bakti pada Guru Muliaku… pergilah dulu!” Maka ia pun menghilang gaib begitu saja,” kisah Habib Mundzir.

"Penadangan otak ini adalah penyakit terakhirku. Aku senang wafat dengan penyakit ini, karena Rasulullah SAW beberapa bulan sebelum wafatnya terus mengeluhkan sakit kepala. Salam rinduku untuk kalian semua jamaah Majlis Rasulullah saw kelak, jika terjadi sesuatu padaku maka teruskan perjuanganku. Ampuni kesalahanku, kita akan jumpa kelak dengan perjumpaan yang abadi,” kata Habib Mundzir kepada para jama’ah di detik-detik terakhir menjelang Izrail mengantarkannya bertemu kepada Nabi Muhammad SAW. Al-Fatihah…

Demikian kisah Habib Mundzir Al-Musawa bertemu dengan Rasulullah SAW menjelang kewafatannya. Semoga dengan mengetahui kisah ini, kita dapat mengambil hikmah dan meneladani akhlak Habib Mundzir Al-Musawa untuk kita praktikkan di dalam kehidupan sehari-hari. Barakallah…(*)

***

Editor: Muhammad Mihrob