Khutbah Jumat: Cinta Merupakan Puncak Sebuah Ajaran

 
Khutbah Jumat: Cinta Merupakan Puncak Sebuah Ajaran
Sumber Gambar: Koleksi Laduni.ID

KHUTBAH 1

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ لَهُ الْحَمْدُ كُلُّهُ وَ لَهُ الْمُلْكُ كُلُّهُ وَ بِيَدِهِ الْخَيْرُ كُلُّهُ وَ إِلَيْهِ يَرْجِعُ الْأَمْرُ كُلُّهُ وَأَشْهَدُ أَنْ لَاإِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ فِيْ ذَاتِهِ وَ أَسْمَائِهِ وَصِفَاتِهِ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ أَفْضَلُ مَخْلُوْقَاتِهِ أَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَ بَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى أَلِهِ وَ أَصْحَابِهِ الْمُقْتَدِيْنَ بِهِ فِيْ كُلِّ حَالَاتِهِ. أما بعد فَيَا عِبَادَاللهِ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ وَتَزَوَّدُوْا فَإِنَّ خَيْرَالزَّادِ التَّقْوَى فَقَالَ اللهُ عَزَّ مِنْ قَائِلٍ : لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِنْ أَنْفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah

Marilah kita memanjatkan Puja dan Puji Syukur kehadirat Allah SWT dengan nikmatnya dan hidayahnya kita dapat berkumpul disini menunaikan solat berjamah

Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wasallam yang telah menyampaikan Agama yang sempurna kepada umat manusia. Semoga kita termasuk kedalam golongan orang-orang selalu berpegang teguh dengan sunnah Beliau hingga ajal menjemput kita.

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah

Naluri alamiah dasar manusia adalah suka akan segala kebaikan dan benci terhadap kejahatan. Iya, siapapun itu, agama apapun itu, di manapun kita berada, dan kapan pun kita hidup. Akan menjadi tabu jika seseorang tidak bersedih karena melihat pembantaian manusia. Dan sebaliknya, akan sangat mengherankan kalau seseorang tidak senang mendapat kabar diselamatkannya seseorang yang ingin bunuh diri dengan cara meloncat dari lantai 10 hotel berbintang. Ini semua tentang naluri. Naluri itu tidak bisa dibuat-buat dan tidak bisa dibohongi.

Dalam perjalanannya, manusia dipengaruhi lingkungan. Terus menerus menjadi baik jika dimotivasi kebaikan sekitarnya. Boleh jadi berubah menjadi jahat jika dihadapkan sumpah serapah, ujaran kebencian, hoaks, dan lain sebagainya dan lain seterusnya. Akan tetapi naluri tadi, tetap tidak bisa tergantikan posisinya dalam menyuarakan suara-suara hati setiap insan. Mereka yang suka menipu baik di tingkat pasar maupun kantor, dalam hati sebenarnya tidak menyetujui perbuatannya. Mungkin karena keterpaksaan, godaan, dan alasan ini itu, ia melakukannya. Tapi lagi-lagi, nuraninya tidak membenarkan itu.

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah

Nurani tempat bersemayam kejujuran. Kejujuran tidak akan pernah luntur di sana, yang luntur hanyalah warnanya. Apa sebab ? Nurani tahu yang sesungguhnya, tapi akal kadang membelokkannya. Kebohongan pertama menuntut kebohongan kedua. Untuk menutupi kebohongan kedua, dibutuhkan kebohongan ketiga. Begitu seterusnya sampai ia lupa bahwa nuraninya sudah ia khianati. Nah, amat boleh jadi ketika itu ia sudah menciderai cinta.

Semua manusia yang berada di kolong langit sepakat, bahwa kemanusiaan adalah bagian dari manusia itu sendiri. Menghormatinya adalah menghormati manusia. Menginjak-injaknya berarti juga menginjak-injak manusia. Tak ayal, almarhum Gus Dur sangat getol mengkampanyekan kemanusiaan. Mengapa ? Karena beliau tahu bahwa puncak beragama adalah cinta dan kasih sayang. Sampai-sampai di nisannya terpatri sebuah tulisan “Di Sini Berbaring Seorang Pejuang Kemanusiaan”.

Baca juga: Menguatkan Sunnah Menganulir Bid’ah

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah

Ketika kita menolong seseorang yang terperosok ke lubang, kemanusiaan lah yang memanggil nurani kita. Tidak mungkin kita bertanya apa agama orang yang terperosok tadi sebelum kita ulurkan tangan. Justru ketika kita bertanya soal agamanya apa, itu berarti kita sedang menodai agama dan kita ridha atas itu. Membantu sesama dalam hal-hal di luar keimanan tidak ada kaitannya dengan keyakinan. Itu murni tolong menolong yang memang harus dan tidak mengenal “agamamu apa”.Seorang filsuf muslim tersohor, Syekh Muhyiddin bin Arobi dalam syairnya berkata:

“Aku beragama dengan agama cinta. Ke mana pun bahteranya berlayar, cinta tetap menjadi agama dan imanku.”

Lihat, betapa syair ini ingin menggambarkan bahwa puncak sebuah ajaran adalah cinta. Ke mana pun kita melangkah, selama kita mengantongi cinta, pasti orang-orang baru yang kita temui akan menerima dengan baik. Jadi, wajar saja jika cinta kasih menjadi sulit dalam kehidupan. Sebab itu terletak di pucuk tertinggi dalam setiap ajaran, termasuk ajaran agama Islam.

Baca juga: Ridho dan Ikhlas apakah Sama?

Itu alasan mengapa Allah memperkenalkan dirinya dengan dua sifat utama, Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Bahkan, cinta kasih-Nya jauh melampaui murka amarah-Nya. Nabi Muhammad pun diutus sebagai duta cinta dan kasih sayang untuk seluruh makhluk sejagad raya. Adakah yang lebih kasih sayang dari Nabi Muhammad ? Ketika beliau membiarkan orang Arab badui yang kencing di dalam masjid dan menahan para sahabat untuk menjegalnya sampai si Arab badui tadi menyelesaikan kencingnya.

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah

Perlu diingat, cinta-kasih bukan hanya berlaku sesama manusia. Bahkan kepada seluruh makhluk-Nya. Dalam ajaran agama Islam, ada beberapa pesan cinta-kasih yang tertuang remang dalam sebuah syariat. Sebut saja, pada hal penyembelihan. Mengapa jagal dilarang menggunakan pisau atau golok yang tumpul ketika menyembelih ? Benar sekali, karena di sana Tuhan ingin mengajarkan manusia akan cinta-kasih terhadap hewan. Semakin cepat nyawa hewan hilang, semakin sedikit rasa sakit yang dideritanya. Dan itu bisa dilakukan hanya dengan menggunakan pisau atau golok yang tajam.

Baca juga: Amar Ma'ruf Nahi Munkar

Bukankah dalam satu riwayat, Sayyidina Umar diimpikan masuk surga karena satu amalnya, yaitu menebus dan melepaskan burung yang dibuat mainan oleh anak-anak sebab kasih sayang terhadap makhluk-Nya ? Begitu pula Imam Ghozali, ketika ditanya dalam mimpi, dengan apa Allah memasukkannya ke dalam surga ? Beliau menjawab, sebab membiarkan lalat minum di tempat tintanya sampai lalat tadi merasa cukup dan terbang dengan sendirinya, semata-mata karena cinta-kasih.

Pentingnya posisi cinta-kasih dalam kehidupan, membuat Sayyidah Robi’ah Adawiyyah pernah ditanya perihal cinta dan kebencian. Beliau menjawab, “Tidak ada ruang untuk membenci dalam hatiku, sebab cinta sudah mengambil setiap sisi yang ada”. Ini kelas berat, sulit untuk ditiru oleh orang yang tutur katanya saja masih bau busuk penuh aroma kebohongan, hoaks, dan yang serupa dengan itu.

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah

Pada konteks ini, Nabi Muhammad SAW dalam sabdanya juga menegaskan apa arti cinta dalam hidup seseorang. Tegas, beliau memberikan warning bahwa seseorang tidak dianggap sempurna imannya selama belum mencintai saudaranya seperti ia mencintai dirinya sendiri. Apa artinya ? Cinta-kasih adalah barang mahal, sampai-sampai dijadikan standar untuk “iman yang sempurna”.

Baca juga: Amanah Allah Kepada Manusia

Jelas saja, ia tak didapat begitu saja tanpa melalui pengembaraan spiritual dan pengayaan intelektual yang benar-benar dilakukan. Cinta-kasih harus dilatih sejak dini. Mendahulukan untuk menyelamatkan semut yang tenggelam di genangan air lebih baik daripada mengejar shalat jama’ah. Memberi makan orang yang kelaparan lebih baik daripada menyumbang untuk pembangunan masjid.

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah

Marilah kita bercinta-kasih terhadap apapun dan siapapun. Hadiah terbesar setelahnya adalah kita akan mendapati Tuhan ridha dan senang dengan kita. Tanpa disadari, ketika itu kita sudah mengamalkan puncak sebuah ajaran, yaitu cinta-kasih. 

Demikianlah khotbah singkat kali ini, semoga hal ini dapat menjadi bahan renungan yang mendalam, bagi kita semua amin.

بارَكَ اللهُ لِي ولَكُمْ فِي الْقُرْءانِ الْعَظِيمِ  ونَفَعَنِي وإِيَّاكُمْ مِنَ الْآياتِ  وَالذِّكْرِ الْحَكِيمِ أَقُلُ قَوْلِي  هذا وَأَسْتَغفِرُ اللهَ لِيْ ولَكُمْ ولِجَمِيعِ الْمٌسلِمِين فاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّه تعالى جَوادٌ كَرِيمٌ مَلِكُ بَرٌّ رَءُوْفٌ رَحِيمٌ.

KHUTBAH 2

سَيِّدُ الْإِنْسِ والْبَشَرِ.اللَّهمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ على سيِّدِنا على عَبْدِكَ  ورَسُولِك محمَّدٍ وآلِه وصَحْبِه مَااتَّصَلَتْ عَينٌ بِنَظَرٍ وأُذُنٌ بِخَبَرٍ. ( أمّا بعدُ ) فيَآايُّهاالنّاسُ اتَّقُوا اللهَ تعالى وَذَرُوا الْفَواحِشَ ما ظهَرَ مِنْها وما بَطَنَ وحافَظُوا على الطَّاعَةِ وَحُضُورِ الْجُمُعَةِ والجَماعَةِ . وَاعْلَمُوا  أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ  فِيه بِنَفْسِهِ وَثَنَّى بِمَلائكةِ قُدْسِهِ. فَقالَ تعالى ولَمْ يَزَلْ قائِلاً عَلِيمًا: إِنَّ اللهَ وَملائكتَهُ يُصَلُّونَ على النَّبِيِّ يَآ أَيّها الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وسَلِّمُوا تَسْلِيْمًا اللَّهمَّ صَلِّ وسَلِّمْ على سيِّدِنا محمَّدٍ وعلى آلِ سيِدِنَا محمَّدٍ  كَما صَلَّيْتَ على سيِّدِنا إِبراهِيمَ وعلى آلِ سيِّدِنَا إِبراهِيمَ في الْعالَمِينَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ. اللَّهمَّ وَارْضَ عَنِ الْخُلَفَاء الرّاشِدِينَ الَّذينَ قَضَوْا بِالْحَقِّ وَكانُوا بِهِ يَعْدِلُونَ أَبي بَكْرٍ وعُمرَ وعُثْمانَ وعلِيٍّ وَعَنِ السَتَّةِ الْمُتَمِّمِينَ لِلْعَشْرَةِ الْكِرامِ وعَنْ سائِرِ أَصْحابِ نَبِيِّكَ أَجْمَعينَ وَعَنِ التَّابِعِينَ وتَابِعِي التَّابِعِينَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسانٍ إِلَى يَومِ الدِّينِ. اللَّهمَّ لا تَجْعَلْ لِأَحَدٍ مِنْهُمْ فِي عُنُقِنَا ظَلَامَة ونَجِّنَا بِحُبِّهِمْ مِنْ أَهْوالِ يَومِ الْقِيامَةِ. اللَّهمَّ أَعِزَّ الْإِسْلَامَ والمُسلمينَ وأَهْلِكِ الْكَفَرَةَ والمُشْركِينَ. ودَمِّرْ أَعْداءَ الدِّينِ. اللَّهمَّ آمِنَّا فِي دُوْرِنا وأَصْلِحْ وُلَاةَ أُمُورِنا. وَاجْعَلِ اللَّهمَّ وِلَايَتَنا فِيمَنْ خافَكَ وَاتَّقَاكَ  اللَّهمَّ آمِنَّا فِي دُوْرِنا وأَصْلِحْ وُلَاةَ أُمُورِنا. وَاجْعَلِ اللَّهمَّ وِلَايَتَنا فِيمَنْ خافَكَ وَاتَّقَاكَ

DOA KHUTBAH

اللَّهمَّ اغْفِرْ لِلمُسلِمينَ والمُسلماتِ والمُؤْمنينَ والمُؤْمِناتِ الْأَحْياءِ مِنْهُمْ والْأَمْواتِ بِرَحْمَتِكَ يَا وَاهِبَ الْعَطِيَّاتِ. اللَّهمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ والوَباءَ والزِّنا والزَّلَازِلَ وَالمِحَنَ وَسُوءَ الفِتَنِ ما ظَهَرَ مِنْها وما بَطَنَ عَنْ بَلَدِنا هَذا خاصَّةً وعَنْ سائِرِ بِلَادِ الْمُسلمينَ عامَّةً يا رَبَّ الْعَالَمِينَ.رَبَّنا آتِنا في الدّنيا حَسَنَةً وَفي الآخرة حَسَنَةً  وقِنَا عَذَابَ النَّارِ. عِبادَ اللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ والْإِحْسان وإِيتاءَ ذِي الْقُرْبَى  ويَنْهَى عَنِ الْفَحْشاءِ والْمُنْكَرِوَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ العَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوهُ على نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَاسْئَلُوهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ أَكْبَرُ.

_________________________
Oleh: Gus Imamuddin Muchtar