Hindari Makan Berlebihan Saat Berbuka Puasa

 
Hindari Makan Berlebihan Saat Berbuka Puasa
Sumber Gambar: Foto (ist)

LADUNI.ID Jakarta – Menjelang berbuka puasa pasti rasanya ingin menyantap semua makanan yang telah disediakan. Karena terlihat begitu menggiurkan, apalagi rasa lapar dan dahaga yang seharian penuh berpuasa. Makan dan minumlah tetapi jangan berlebihan sebagaimana firman Allah Swt dberikut.

وَكُلُوْا وَاشْرَبُوْا وَلَا تُسْرِفُوْا اِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِيْنَ

Artinya:”Dan makan dan minumlah tetapi jangan berlebihan, Sesungguhnya alloh tidak menyukai orang yang berlebih lebihan (surat Al a’rof ayat: 31)

Baca Juga: Lima Adab Berbuka Puasa

Dalam tafsir showi  juz: 2 hal: 87 di jelaskan . “Makanlah yang halal karena makan yang halal itu pangkalnya takwa, dan janganlah berlebihan maksudnya dengan mengharamkan yang halal atau mengharamkan yang halal, atau melampaui batas dalam makan dan minum (kekenyangan)

Nasihat Imam ghozali dalam ihya juz: 1 hal: 278

ان لا يستكسر من الطعام الحلال وقت الافطار بحيث يمتلئ جوفه فما من وعاء ابغض الى الله عز وجل من بطن ملئ من الحلال

Artinya: Hendaklah untuk tidak memperbanyak makanan yang halal saat berbuka puasa dengan memenuhi perutnya, maka tidak ada suatu wadah yang lebih di benci oleh allah azza wajalla dari pada perut yang di penuhi dengan barang (makanan atau minuman) yang halal”.

Berkaitan dengan buruknya makan berlebihan sehingga mengakibatkan kekenyangan ini imam Syafi’i pun menjelaskan: Ibnu Abi Hatim dari Ar Robi’ menambahkan (perkataan Imam Syafi’i),

لان الشبع يثقل البدن، ويقسي القلب، ويزيل الفطنة، ويجلب النوم، ويضعف عن العبادة

“Karena yang namanya kenyang membuat badan menjadi berat, hati menjadi keras, kecerdasan berkurang, lebih banyak tidur dan malas ibadah.” (Siyar A’lamin Nubala, 10: 36)

Baca Juga: Khutbah Jumat: Adab Berpakaian, Mengonsumsi Makanan dan Minuman

Karena buruk dan bahaya kenyang ini Imam Syafi’I tidak pernah kenyang selama enam belas tahun. Abu ‘Awanah Al Isfiroyaini berkata bahwa Ar Robi berkata bahwa ia mendengar Imam Asy Syafi’i berkata,

ما شبعت منذ ست عشرة سنة إلا مرة، فأدخلت يدي فتقيأتها

“Aku tidaklah pernah kenyang selama 16 tahun kecuali sekali. Ketika kenyang seperti itu aku memasukkan tanganku (dalam mulut) agar aku bisa memuntahkan (makanan di dalam).” (Siyar A’lamin Nubala, 10: 36)

Adapun tidak disukainya banyak makan, juga disebutkan dalam sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai berikut:

مَا مَلَأَ آدَمِيٌّ وِعَاءً شَرًّا مِنْ بَطْنٍ بِحَسْبِ ابْنِ آدَمَ أُكُلَاتٌ يُقِمْنَ صُلْبَهُ فَإِنْ كَانَ لَا مَحَالَةَ فَثُلُثٌ لِطَعَامِهِ وَثُلُثٌ لِشَرَابِهِ وَثُلُثٌ لِنَفَسِهِ

“Tidaklah manusia memenuhi wadah yang lebih buruk daripada perutnya. Cukup bagi anak Adam beberapa suap yang menegakkan tulang punggungnya. Jika tidak ada pilihan, maka sepertiga untuk makanannya, sepertiga untuk minumannya, dan sepertiga untuk nafasnya )HR at-Tirmidzi, no. 2380. Ibnu Majah, no. 3349

Rakus dan kenyang inilah yang di sebut dengan syahwat perut. Dan syahwat perut ini termasuk hal yang di hawatirkan oleh rosulullah saw. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّ مِمَّا أَخْشَى عَلَيْكُمْ شَهَوَاتِ الْغَيِّ فِي بُطُونِكُمْ وَ فُرُوجِكُمْ وَمُضِلَّاتِ الْفِتَنِ

“Sesungguhnya di antara yang aku takutkan atas kalian, ialah syahwat mengikuti nafsu pada perut dan pada kemaluan kalian serta fitnah-fitnah yang menyesatkan”. (HR Ahmad dari Abu Barzah al-Aslami

Baca Juga: Cara Mencegah Bau Mulut Pada Waktu Berpuasa

Oleh karena itu seorang mukmin memiliki cara makan yang berbeda dengan orang-orang kafir. Di dalam hadits yang shahih diriwaytakan:

عَنْ نَافِعٍ قَالَ كَانَ ابْنُ عُمَرَ لَا يَأْكُلُ حَتَّى يُؤْتَى بِمِسْكِينٍ يَأْكُلُ مَعَهُ فَأَدْخَلْتُ رَجُلًا يَأْكُلُ مَعَهُ فَأَكَلَ كَثِيرًا فَقَالَ يَا نَافِعُ لَا تُدْخِلْ هَذَا عَلَيَّ سَمِعْتُ النَّبِيَّ يَقُولُ الْمُؤْمِنُ يَأْكُلُ فِي مِعًى وَاحِدٍ وَالْكَافِرُ يَأْكُلُ فِي سَبْعَةِ أَمْعَاءٍ

“Dari Nafi’, ia berkata: “Kebiasaan Ibnu ‘Umar, tidak makan sehingga didatangkan seorang miskin yang akan makan bersamanya,” maka aku memasukkan seorang laki-laki yang akan makan bersamanya. Laki-laki itu makan banyak, maka Ibnu ‘Umar berkata: “Wahai Nafi’, janganlah engkau masukkan (lagi) orang ini kepadaku. Aku telah mendengar Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,’Seorang mukmin makan memenuhi satu usus, sedangkan orang kafir makan memenuhi tujuh usus’. [HR. Bukhari, no. 5391].*