Mencapai Ma'rifat dengan Mengenal Diri Sendiri

 
Mencapai Ma'rifat dengan Mengenal Diri Sendiri
Sumber Gambar: Foto (dok Laduni.ID)

LADUNI.ID, Jakarta – Satu ciri orang yang telah mampu mengenal dirinya adalah ketika dia tau dari mana asalnya dan sekarang sedang apa, lalu nantinya mau kemana.

Dikisahkan ada sepasang suami istri bernama Yanto dan Yanti yang sedang ingin berbelanja kebutuhan pokok, Yanti punya uang 10.000 dan ia hanya ingin membelanjakannya 5000 saja sedangkan Yanto ingin uang itu belanjakan semua. Lalu terjadilah pertengkaran dan saling merebutkan uang, sampai-sampai uang tersebut sobek dan akhirnya Yanti mengalah lalu memberikan uang tersebut kepada Yanto.

Baca juga: Buya Syakur Yasin: Tauhid Bukan Konsep Matematika!

Yanto memperbaiki uang tersebut lalu dibelikannya rokok 2 batang di warung, satu rokoknya ia bakar dan satunya lagi ia letakkan di telinga. Setelah itu mereka beranjak pulang, saat di jalan pulang mereka ditabrak oleh bus, nahasnya Yanto terhempas dan kepalanya membentur sebuah batu yang langsung membuatnya tidak sadar. Dibawalah Yanto ke rumah sakit, semua biaya rumah sakit tersebut ditanggung oleh perusahaan bus yang menabrak mereka.

Baca juga: Pilih Qadariyah atau Jabariyah? Begini Penjelasan KH Buya Syakur Yasin

Seminggu sudah Yanto tak sadarkan diri, anak dan istrinya merasa takut karena mereka berfikir suaminya tidak ada kesempatan untuk hidup lagi, tetapi sang dokter rumah sakit terus meyakinkan Yanti dan anaknya bahwa dokter sedang berupaya semaksimal mungkin agar yanto sehat kembali, dan setelah dokter melakukan berbagai macam cara akhirnya Yanto sadar dari komanya.

Yanti yang pada saat itu ada disampingnya ditanya oleh Yanto, "siapa kamu? Lalu dimana aku? Kenapa aku bisa sampai ada disini?". Ternyata Yanto belum sembuh total, akhirnya para dokter kembali melakukan operasi untuk memulihkan ingatan Yanto, dan selang beberapa hari akhirnya Yanto dinyatakan sehat, lalu Yanti bertanya, "siapa saya?" Yanto menjawab, "Kau Yanti, istriku." Secara spontan Yanti menangis terharu melihat ingatan Yanto kembali.

Baca juga: Buya Syakur Yasin: Membangun Kepercayaan Setelah Dikhianati

Yanti menanyakan kembali bagaimana bisa Yanto masuk rumah sakit, lalu Yanto mengingat dan menjelaskan kronologis awal mula iya bertengkar dengan Yanti dan sampai akhirnya mereka mengalami kecelakaan.

Dokter menduga bahwa Yanto sudah benar-benar sembuh, lalu dokter mengatakan, "Pak, bapak sudah sembuh dan karena semua administrasi sudah ditanggung oleh perusahaan yang menabrak bapak, maka bapak sekarang sudah boleh siap-siap untuk pulang dan akan diantarkan oleh ambulance rumah sakit."

Yanto    : "Saya tidak mau pulang!"

Yanti      : "Kenapa kamu tidak mau pulang?"

Yanto    : "Karena enak di sini, lantainya putih, kasurnya putih, dindingnya putih, jendelanya putih, dan orang-orang yang bekerja di sini memakai baju putih."

Pertanyaannya, apakah Yanto sudah benar-benar sadar?

Dari cerita di atas dapat dipetik pribahasa, "maka siapapun yang masih nyaman dengan dunia berarti ia masih linglung (belum sadar)." Karena kalau manusia sudah benar-benar sadar, pasti ia akan merindukan tempat pulang.

Baca juga: Buya Syakur: Allah Melihat Hati yang Mudah Merasakan Haru

Lalu bagaimana kita bisa mengenal diri kita? Bahkan dalam bulan Ramadhan pun kita masih belum bisa mengenal diri kita, kita hanya bisa ‘mengintip’ dari celah-celah kecil, kenapa seperti itu? Padahal potensi mengenal diri sendiri ketika bulan Ramadhan cukup besar, karena hanya dengan ‘mengintip’ siapa diri kita saja, sudah mampu untuk berbuat dermawan, kebajikan, beribadah kpada Allah, dan mampu mengurangi kemaksiatan.

Sejak dahulu, dalam proses mengenal diri, para Shalihin melakukan gemblengan jasadnya (ragawiyah) melalui pertapaan-pertapaan. Karena orang-orang besar yang telah merubah sejarah dunia dan menulis dengan tinta emas peradaban yang hebat, rata-rata semuanya keluar dari pertapaan.

Baca juga: Tuhan yang Berkebudayaan dalam Pandangan Buya Syakur Yasin

Buya Syakur Yasin setiap tahun rutin mengadakan kegiatan khalwat selama 40 hari di hutan, yang di mana tujuan dari kegiatan khalwat ini adalah untuk lebih dapat mengenal diri dengan berpuasa. Mata tidak maksiat, telinga tidak maksiat, mulut tidak maksiat, hidung tidak maksiat, dan kegiatan harian hanya diisi dengan berdzikir siang dan malam supaya dapat mengenal diri.

Sebagaimana ungkapan seorang ulama sufi terkenal Yahya bin Mu’adz Ar Razi, bahwa:

مَنْ عَرَفَ نَفْسَهُ فَقَدْ عَرَفَ رَبَّه

Artinya, “Barang siapa yang mengenal dirinya, sungguh ia telah mengenal Tuhannya.”

Maka tidak jarang mereka yang telah mencapai ma’rifat telah terlebih dahulu mengenal dirinya, mengetahui bagaimana asal-usulnya, dan kemana tujuan ia selanjutnya.

 

Penulis: Salsabilla
Mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

 

Sumber:
Ciri-Ciri Orang Yang Sudah Mengenal Diri Sendiri – Buya Syakur Yasin