Banyak Orang yang Tulus Mengurusi NU, Meskipun Bukan Pengurus NU

 
Banyak Orang yang Tulus Mengurusi NU, Meskipun Bukan Pengurus NU
Sumber Gambar: Facebook Majlis Fpkk Dukem

Laduni.ID, Jakarta - Nahdlatul Ulama itu dibangun dengan berbagai macam ihtiar batin para muasis. NU juga dibangun dengan strategi, metode, media dan jaringan, diantaranya:  tarbiyah, dakwah, mu'amalah, siyasah, bahkan jihad fi sabilillah.

Penjelasannya begini:
Jaman para wali, diantaranya wali songo, Islam di nusantara yang kemudian menjadi Indonesia ini diperkenalkan dengan tarbiyah dan dakwah.

Tarbiyah dan dakwah para wali ini dilanjutkan oleh para kyai dengan mendirikan pondok pondok pesantren. Para kyai pengasuh pondok pesantren inilah yang kemudian mendirikan jam'iyah NU.

Jadi ruh jihadnya NU itu adalah tarbiyah dan dakwah. NU bisa menjadi mayoritas karena didukung oleh pondok pondok pesantren, madrasah dinniyah, majelis ta'lim, majelis sholawat dan sebagainya.

Para pengasuh pondok pesantren inilah yang mendirikan NU. Bukan para politisi dan teknokrat, bukan konglomerat dan pejabat. NU didirikan oleh pondok pesantren.

Bagaimana dengan mu'amalah dan siyasah?
Sebelum NU terbentuk secara formal. Para pedagang dari kaum santri membangun juga jaringan mu'amalah dengan mendirikan Nahdlatut Tujjar 1918. Di tahun yang sama, para cendekiawan santri juga mendirikan Taswirul Afkar tahun 1918. NU juga membuat program pengembangan umat, bernama Mabadi Khoiro Umah. Baik sebelum NU berdiri maupun NU sesudah berdiri, kegiatan mu'amalah warga NU ikut mendukung kegiatan NU.

Berhasil?
Kurang berhasil, mengapa kurang berhasil? Karena tidak banyak kader NU yang ikut memimpin negara. Karena itu kemudian NU masuk ke jaringan pemerintahan. Tetapi bukan karena sebab itu saja. NU bersiyasah. Masuk ke politik. Baik politik keumatan dan kebangsaan, maupun politik kekuasaan. Tujuannya untuk kemaslahatan. Meskipun semangat kemaslahatan ini sering menjadi pertanyaan besar.

NU pernah mendirikan Partai NU, mendirikan PPP, PKB dan berjejaring menjadi bagian dari kekuasaan. Tetapi kekuasaan yang berorientasi keumatan. Untuk mendukung dan mengayomi kegiatan umat Islam. Berhasil, belum semuanya berhasil. Terutama di bidang politik ekonomi.

Bagaimana dengan jihad?
NU juga menggerakkan jihad melawan penjajah. Resolusi jihad yang diserukan oleh KH. Hasyim Asy'ari menjadi bukti, bahwa perjuangan NU bukan hanya tarbiyah, dakwah, muamalah dan siyasah, juga jihad fisabililillah.

Karena itu, kita tidak bisa meremehkan warga NU yang tidak menjadi pengurus NU. Meskipun tidak menjadi pengurus di struktur NU, tapi mereka juga bagian dari gerakan jam'iyah NU.

Siapa mereka?
Guru TPQ, para guru ngaji, guru madrasah dinniyah, guru Majlis Tak'lim, guru madrasah NU, para pengasuh Pondok Pesantren, para santri dan sebagainya. Mereka ada di barisan tarbiyah NU.

Siapa lagi?
Para pengurus takmir masjid mushola NU, para imam dan khotib, mua'dzin dan bilal, para juru dakwah NU. Para imam tahlil, imam yasinan, pengurus jamaah diba', sholawat, al barzanji, manakib, dan sejenisnya.  Mereka mungkin bukan pengurus struktural NU, tapi ada di barisan NU.

Lalu, siapa lagi?
Mereka yang mengelola lembaga lembaga milik NU, Rumah sakit NU, poliklinik NU, koperasi, bait al tamwil, lembaga keuangan, dan sejenisnya. Mereka mengerjakan tugas tugas mu'amalah NU. Mereka juga NU. Meski tidak masuk struktur NU.

Siapa lagi?
Para kaum intelektual NU, anggota dan pengurus parpol dari NU. Mereka mungkin tidak masuk struktur NU, tapi bersiyasah untuk kebaikan NU, umat dan Bangsa Indonesia. Yakin, meski belum sempurna.

Mereka itu NU, ikut NU, kader NU, ada dibarisan NU, ada di tengah NU, meski bukan pengurus NU. Wallahu a'lam bi shawab.

_______________________________
Oleh: Dr. Supriyanto – Dosen Universitas Islam Malang Jawa Timur