Arrazy Hasyim: Ciri Rumah Tahfidz Disusupi Khawarij

 
Arrazy Hasyim: Ciri Rumah Tahfidz Disusupi Khawarij
Sumber Gambar: Dok. Laduni.ID

Laduni.ID, Jakarta - Kedok yang paling aman untuk penyebaran paham Wahabi dan Khawarij adalah dengan mendirikan rumah-rumah Tahfidz. Meski tidak semua Rumah Tahfidz itu milik Wahabi atau Khawarij, tapi tidak sedikit yang memang digunakan untuk menyebarkan ajaran Wahabi.

Masyarakat umum biasanya akan mudah menaruh minat dan simpati kepada Rumah Tahfidz itu, karena siapa orang tua yang tidak ingin anaknya hafal Al Qur'an?!

Oleh karena itu, orang tua harus bisa memilih Rumah Tahfidz yang tepat bagi putra putrinya. Jangan sampai dengan maraknya Rumah Tahfidz itu malah melahirkan generasi seperti yang dijelaskan dalam hadits berikut ini:

Dari Sayidina Imam Ali bin Abi Thalib Karromallohu Wajhahu, bahwa beliau mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

سَيَخْرُجُ فِي آخِرِ الزَّمَانِ قَوْمٌ أَحْدَاثُ الأَسْنَانِ سُفَهَاءُ الأَحْلاَمِ يَقُولُونَ مِنْ خَيْرِ قَوْلِ الْبَرِيَّةِ، يَقْرَءُونَ الْقُرْآنَ لاَ يُجَاوِزُ حَنَاجِرَهُمْ، يَمْرُقُونَ مِنْ الدِّينِ كَمَا يَمْرُقُ السَّهْمُ مِنْ الرَّمِيَّةِ، فَإِذَا لَقِيتُمُوهُمْ فَاقْتُلُوهُمْ؛ فَإِنَّ فِي قَتْلِهِمْ أَجْرًا لِمَنْ قَتَلَهُمْ عِنْدَ اللَّهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

“Akan keluar di akhir zaman, sekelompok kaum yang pengalamannya kurang (pemahaman agamanya sedikit), akalnya bodoh. Mereka mendengung-dengungkan sebaik-baik ucapan makhluk. Mereka membaca Al-Quran, namun tidak melewati tenggorokannya. Mereka melesat dari agama, sebagaimana anak panah melesat dari hewan sasaran. Jika kalian menjumpai mereka, bunuhlah mereka. Karena membunuh mereka ada pahalanya di sisi Allah, bagi yang berhasil membunuh mereka.” (HR. Al Bukhari 3611, dan Muslim 1066)

Ustad Arrazy Hasyim menjelaskan beberapa ciri yang menandakan sebuah lembaga pendidikan telah disusupi leh paham Khawarij dan Wahabi. Beberapa diantaranya ialah tidak cinta terhadap NKRI dengan tidak melakukan hormat bendera, tidak menyanyikan lagu Indonesia Raya, menekankan pada perbedaan ketimbang persamaan/persatuan, memasukkan politik pada ranah agama.

Beliau mengatakan bahwa politik bukan bagian dari ushuluddin, politik itu bukan bagian pokok dari beragama. maka, perbedaan dalam pandangan berpolitik bukan berarti berbeda agama dan berbeda akidah. 

Wal 'iyadzu Billah.

Dikutip dari Ngaji Online


Editor: Daniel Simatupang