Kisah Seorang Pelukis dan Lukisan Kebanggannya

 
Kisah Seorang Pelukis dan Lukisan Kebanggannya
Sumber Gambar: Ilustrasi/Laduni.ID

Laduni.ID, Jakarta – Dalam kehidupan seringkali kita menemukan seseorang yang selalu melihat dengan kebaikan, selalu khusnudzon, dan tidak berprasangka buruk pada orang yang ia temui. Tetapi, ada juga manusia yang melihat orang lain dengan prasangka buruk, gemar mencari kesalahan, dan bahkan perilakunya sangat tercela.

Dalam postingan di laman facebook pribadinya, KH. Taufik Damas menceritakan sebuah kisah dari seorang pelukis yang sangat bangga dengan lukisannya.

Suatu hari setelah menyelesaikan lukisannya, sang pelukis pergi untuk memamerkan lukisannya di tempat umum. Dengan bangga ia menuliskan kalimat “siapa yang melihat kesalahan/kekurangan pada lukisan ini, silakan kasih tanda merah di atas kesalahan/kekurangannya” di atas lukisannya. Setelah itu ia pergi untuk untuk melanjutkan pekerjaannya yang lain.

Orang yang lewat dan berada di tempat melihat lukisan yang dipamerkan, mereka melihat banyak sekali kesalahan/kekurangan yang ada pada lukisan itu. Mereka juga memberikan tanda merah pada lukisan itu, saking banyaknya kesalahan/kekurang yang mereka lihat lukisan itu tidak tampak sesempurna sebelumnya.

Sore harinya sang pelukis kembali untuk mengambil lukisan yang tadi ia pagi ia pamerkan, dirinya begitu kaget melihat lukisannya yang sempurna menjadi tak karuan karena tanda merah. Sang pelukis sangat sedih mendapati karyanya yang sempurna berubah menjadi sesuatu yang tak indah.

Setelahnya ia pergi menemui gurunya dan menceritakan apa yang ia alami saat itu. Ia menceritakan kesedihannya tersebut pada sang guru. Mendengar apa yang diceritakan oleh muridnya sang guru berkata, “Kamu hanya harus mengubah tulisan di atas lukisanmu itu. Tulislah begini, ‘Jika anda melihat kesalahan/kekurangan pada lukisan ini, silakan perbaiki.’”

Setelah mendengar nasihat gurunya, sang pelukis lalu pulang dan menyelesaikan lukisan untuk dipamerkan kembali esok harinya. Esok hari ia kembali datang ke tempat umum dan memamerkan lukisannya yang sempurna, lalu ia tuliskan di atas lukisannya sesuai dengan nasihat sang guru.

Ternyata benar saja, hari itu tidak satupun orang yang berusaha untuk memperbaiki kesalahan/kekurangan tulisan tersebut. Sudah berhari-hari juga lukisan itu tetap bersih dari coretan. Sang pelukis langsung pergi menemui gurunya dengan perasaan senang, dan menceritakan semua yang ia rasakan. Sang guru tersenyum dan berkata, “Banyak manusia yang bisa melihat kesalahan/kekurangan, tapi jarang sekali manusia yang mau memperbaiki kesalahan/kekurangan. Kebanyakan hanya bisa mengatakan dan bahkan mencelanya. Dan mereka sangat puas hanya dengan mengatakan dan mengolok-olok.”


Editor: Daniel Simatupang