Ekspresi Kemerdekaan Mbah Malik Kedungparuk

 
Ekspresi Kemerdekaan Mbah Malik Kedungparuk
Sumber Gambar: Dok. Laduni.ID (ist)

Laduni.ID, Jakarta – Hari ini, 76 tahun lalu Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya. Setelah perjalanan panjang dengan mengorbankan banyak darah dan nyawa, akhirnya Indonesia merdeka.

Setiap tahun spirit kemerdekaan selalu menjadi momen yang sangat memorial bagi seluruh masyarakat Indonesia. Spirit kemerdekaan itu terekspresikan dengan berbagai cara, dan hal yang patut dicontoh adalah seperti yang dilakukan oleh Syeikh al-'Arif Billah KH Abdul Malik bin Ilyas Purwokerto (Mbah Malik).

Saat itu tepat pada 17 Agustus, Mbah Malik ditemani dengan muridnya, Habib Luthfi pergi ke suatu tempat di daerah Pemalang. Mbah Malik meminta kepada supirnya, Pak Suyuti untuk berhenti dahulu. “Pak Yuti, berhenti dulu,” ucap Mbah Malik kepada sopirnya. “Kita istirahat di tempat yang adem,” ajak Mbah Malik.

Pak Yuti secara spontan menggelar tikar untuk menjadikannya alas duduk. “Nah, sebentar lagi,” gumam Mbah Malik.

Ketika hampir jam sepuluh, Mbah Malik mulai membaca rangkaian Fatihah, untuk mendoakan para pahlawan bangsa.

“Ada apa ya, Mbah?” tanya Habib Lutfi setelah Mbah Malik usai berdoa.

“Sekarang tanggal 17 Agustus jam 10. Dulu Pak Karno dan Pak Hatta membaca apa, ya?” Mbah Malik balik bertanya.

“Proklamasi, Mbah,” sahut Habib Lutfi.

“Nah, itu. Kita berhenti sebentar untuk menghormati,” terang Mbah Malik.

Kisah ini masyhur diceritakan oleh Maulana Habib Lutfi bin Yahya Pekalongan, tentang guru beliau, Mbah Kiai Abdul Malik bin Muhammad Ilyas Kedungparuk Purwokerto.

Dirgahayu Republik Indonesia!


Editor: Daniel Simatupang