Pentingnya Rasa Malu dalam Kehidupan

 
Pentingnya Rasa Malu dalam Kehidupan
Sumber Gambar: Pinterest, Ilustrasi: laduni.ID

Laduni.ID, Jakarta - “Hidup itu harus punya rasa malu, jika tidak, berarti putus urat malunya,” setidaknya itulah kalimat yang populer di negeri kita. Ilmuwan dari University of California berhasil mengungkapkan bahwa otak adalah bagian yang sangat bertanggungjawab terhadap muncul tidaknya rasa malu.

Menurut Virginia Sturm, timnya telah mengidentifikasi adanya bagian otak di sebelah kanan depan yang disebut pregenual anterior cingulate cortex sebagai penyebab kunci rasa malu manusia.

"Ini adalah wilayah otak yang bisa memprediksi perilaku seseorang. Semakin kecil bagian otak ini maka semakin sedikit orang punya rasa malu," menurutnya.

Dalam khazanah keislaman, kita dapat menemukan petunjuk dari Nabi mengenai rasa malu tersebut, sebagaimana berikut ini:

"Jika Allah hendak menghancurkan suatu kaum (negeri), maka terlebih dahulu dilepaskannya rasa malu dari kaum itu." (HR. Bukhari dan Muslim)

Kaum Sodom telah kehilangan rasa malu sehingga dengan terang-terangan melakukan hubungan homoseksual. Kaum Madyan menanggalkan malunya dengan berlaku curang dalam berdagang. Qorun berbuat tidak tahu malu dengan menyombongkan harta kekayaannya dan mengakui itu sebagai hasil jerih payahnya semata, dia melupakan doa Nabi Musa dan kemurahan Allah dalam hartanya. Dan sederet kisah lama yang mengajarkan kepada kita betapa kehilangan malu, akan membuat manusia berbuat semaunya tanpa batas. Bahkan dalam lembaran sejarah kekhalifahan Islam, bisa runtuh karena hilangnya malu dari pemimpin umat Islam dengan mabuk-mabukan, konflik kekuasaan, dan hidup foya-foya sementara rakyat menderita.

Rasulullah SAW juga bersabda:

إِنَّ مِمَّا أَدْرَكَ النَّاسُ مِنْ كَلَامِ النُّبُوَّةِ إِذَا لَمْ تَسْتَحْيِ فَاصْنَعْ مَا شِئْتَ

“Sesungguhnya di antara perkataan kenabian pertama yang diketahui manusia ialah ‘Jika engkau tidak malu, maka berbuatlah sesukamu.’” (HR. Bukhari)

Manusia akan hidup dalam kebaikan selama rasa malu masih terpelihara, sebagaimana dahan akan tetap segar selama masih terbungkus kulitnya. Rasa malu tak lain merupakan refleksi keimanan, laksana perisai yang dapat mencegah seseorang dari melakukan kemungkaran dan kemaksiatan.

Bahkan mulia atau hinanya akhlak seseorang dapat diukur dari rasa malu yang dimiliki. Karena itulah, malu tak dapat dipisahkan dari keimanan. Keduanya selalu hadir bersama-sama. Makin kuat iman seseorang, makin tebal pula rasa malunya. Begitu juga sebaliknya.

Hakikat rasa malu adalah suatu akhlak yang mendorong untuk meninggalkan hal-hal yang buruk dan kurang memperhatikan haknya orang yang memiliki hak.

Dikatakan oleh Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah,

“Kata Al-Haya’ berasal dari (satu kata dasar dengan) Al-Hayat (kehidupan). Oleh karena itu, hujan juga disebut Al-Haya' (pembawa kehidupan). Kadar rasa malu seseorang sangat tergantung dengan kadar hidupnya hati. Sedikitnya rasa malu merupakan indikasi hati dan ruhnya telah mati. Semakin hidup hati seseorang, maka rasa malunya akan semakin sempurna.”

Rasulullah SAW pernah menyampaikan,

الْحَيَاءُ لَا يَأْتِي إِلَّا بِخَيْرٍ

“Rasa malu itu hanya mendatangkan kebaikan.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Dalam Hadis lain juga diterangkan berikut ini:

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْحَيَاءُ خَيْرٌ كُلُّهُ قَالَ أَوْ قَالَ الْحَيَاءُ كُلُّهُ خَيْرٌ

"Rasulullah bersabda, 'Rasa malu adalah kebaikan seluruhnya atau rasa malu seluruhnya adalah kebaikan.'" (HR. Muslim)

Rasa malu itu ada dua macam. Pertama, adalah rasa malu kepada Allah SWT. Artinya seorang hamba merasa malu jika Allah melihatnya sedang melakukan kemaksiatan dan menyelisihi perintah-Nya. Kedua, adalah rasa malu dengan sesama manusia.

Tanda memiliki rasa malu kepada Allah adalah menjaga anggota badan agar tidak digunakan untuk bermaksiat kepada Allah, mengingat kematian, tidak panjang angan-angan di dunia ini dan tidak sibuk dengan kesenangan syahwat serta larut dalam gemerlap kehidupan dunia sehingga lalai dari akhirat.

Rasa malu yang kedua adalah malu dengan sesama manusia. Malu inilah yang mengekang seorang hamba untuk melakukan perbuatan yang tidak pantas. Dia merasa risih jika ada orang lain yang mengetahui kekurangan yang dia miliki.

Rasa malu dengan sesama akan mencegah seseorang dari melakukan perbuatan yang buruk dan akhlak yang hina. Sedangkan rasa malu kepada Allah akan mendorong untuk menjauhi semua larangan Allah dalam setiap kondisi dan keadaan, baik ketika bersama banyak orang ataupun saat sendiri.

Dalam menutup pembahasan ini, perhatikanlah nasihat Rasulullah SAW berikut ini:

“Setiap agama memiliki akhlak dan akhlak Islam adalah rasa malu.” (HR.Ibnu Majah)

Semoga bermanfaat. []


Catatan: Tulisan ini telah terbit pada tanggal 19 Oktober 2021. Tim Redaksi mengunggah ulang dengan melakukan penyuntingan dan penyelarasan bahasa.

___________

Penulis: Rakimin Al-Jawiy (Dosen Psikologi Islam Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia dan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)

Editor: Hakim