Keutamaan Memberi Hadiah Pada Ulama

 
Keutamaan Memberi Hadiah Pada Ulama
Sumber Gambar: Any Lane/Pexels (foto ilustrasi)

Laduni.ID, Jakarta – Namanya Ahmad profesinya hanya penjual permen atau manisan. Dia memang fakir tapi mencintai Ulama dan suka hadir dalam majlis ilmu. Dia juga suka memberi hadiah kepada para ahli fikih sembari meminta do'a agar anaknya (Abdul Aziz) menjadi Faqih.

Do'a dikabulkan

Kelak, tatkala menjadi ulama, dengan bangga anaknya menyematkan profesi ayahnya sebagai penjual manisan (al-Halwani) dibelakang namanya. Dia masyhur dengan nama imam Abdul Aziz bin Ahmad Al Halwani. Gelarnya Syamsul Aimmah. Guru dari Imam Sarakhsyi. Keduanya menjadi raksasa pengetahuan fiqih madzhab hanafi.

Di lain daerah, ada seorang ayah bernama Muhammad. Anak pertamanya bernama Muhammad. Adiknya bernama Ahmad. Dia hanya pemintal benang (al-Ghozzal). Dia suka hadir di majlis ilmu dengan mengajak 2 anaknya seraya meminta do'a kepada para ulama yang hadir. Kelak Muhammad kondang dengan nama Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al-Ghozzali alias Imam Ghozali: filosof, waliyulloh, sekaligus sufi agung.

Adiknya Ahmad bin Muhammad lebih dulu menjadi waliyullah, sehingga konon sang kakak bergurau kepada adiknya soal olah jiwa, hingga futuh melalui sentuhan ruhaninya.

Imam al Halwani maupun Imam Al Ghozali ada yang membacanya Ghozzali, sesuai dengan profesi ayahnya - lahir bukan dari keluarga ulama, bukan pula berasal dari keluarga tajir. Yang pasti, kondisi ekonomi ayah kedua ulama ini tidak membuatnya lalai mendidik dan mendo'akan agar mereka menjadi ulama yang sholeh.

Mereka di didik untuk mencintai ulama agar terpatri motivasi untuk mengikuti jejak keilmuannya. Juga, diperlihatkan upaya ayahnya memberi sesuatu berupa hadiah walaupun nilainya sedikit dan sederhana kepada ulama dan orang sholeh, semata mata berharap keberkahan ilmu dan limpahan do'a mereka.


Editor: Nasirudin Latif